56.Bully

36 13 1
                                    

Happy Reading
🌱🌱🌱

Sesuai yang dikatakannya kemarin kepada Kelas Dblackclass, hari ini Ika akan berangkat menggunakan angkutan umum. Yang dimana Ika harus menjelaskan tentang rencananya kepada Dila dan Abas.

Dan sebagai orang tua yang baik, tentunya Abas dan Dila mencoba memposisikan dirinya sebagai Ika. Namun masalahnya diantara mereka belum ada yang pernah naik angkutan umum sejenis angkot.

Membuat Abas dan Dila memutar otak agar mencari jalan tengah. Dengan telepon yang melekat disamping telinga, kedua orang tua itu berusaha mendapat solusi.

Ika yang menjadi titik pusat pikiran mereka saat ini duduk berdampingan dengan Gumi yang kini sedang memakan roti dengan olesan coklat untuk ketiga kalinya.

"Jeng Dila!"

Dila yang sedang mengamati google maps menoleh, dan menemukan tetangga didepan rumahnya, "Eh jeng Rani, ada apa yah?"

"Ini loh, aku punya kepiting kiriman Abah dari laut. Jeng Dila kan waktu itu nanya sama aku, di warung ada kepiting engganya."

Dila tersenyum malu "Padahal waktu itu loh, udah lama. Oh iya berapa ya Jeng Rani."

Wanita yang dipanggil Rani itu menggelengkan kepalanya "Engga usah Jeng, ini buat Jeng Dila sekeluarga."

"Ga enak banget, saya jadi malu."

"Jeng Dila ini kaya sama siapa aja, loh kenapa Ika dan Gumi belum berangkat?"

Dila menepuk keningnya "Ini loh, Kaka Ika mau naik angkot. Tapi ya gitu, saya dan suami ga tau harus yang nomor berapa, apalagi Kaka."

"Mobilnya mogok?" Tanya Rani yang bingung, jika mogok bukankah masih ada satu lagi dan satu kendaraan motor.

"Bukan, ini tuh semacam contoh kepada mereka yang suka telat." Dengan gaya mengibaskan tangan ala ibu-ibu yang sedang bergosip, Dila berujar dengan pandangan menatap keresek berisi kepiting yang masih hidup. Buat apa ya? Mmm harus liat mukbang di tiktok nih.

"Wah bagus itu. Sama saya aja berangkatnya Jeng."

Abas yang tidak sengaja mendengarkannya pun, menepuk keningnya dengan ponsel. Dia melupakan fakta jika tetangga mereka ini, mempunyai warung kelontong dekat sekolahan Ika.

Sementara Dila yang bengong dengan mulut terbuka, membuat Rani menepuk pelan bahu wanita itu, "Tutup Jeng, nanti takut masuk lalat."

Dila menurut, dia mengatupkan mulutnya namun masih dengan mata yang sedikit melotot, "Kenapa Jeng Rani ga kasih tau dari tadi."

"Dua, tiga rama-rama. Jeng Dila engga nanya loh."

***

"Makasih ya, Tante Rani." Ujar Ika dengan tersenyum lebar.

"Sama-sama, nanti kapan-kapan kalau mau naik angkot lagi. Kasih tau aja Tante ya. Kalaupun udah tau yang mana, tapi lebih aman dibarengi."

Ika mengangguk, "Iya Tante. Tapi, Tante jadi harus jalan dulu."

Rani tersenyum "Ya ga apa, lagian hanya ngelewatin dua bangunan aja. Kalau gitu Tante duluan ya."

"Iya Tante."

Saat akan melangkah, wanita itu kembali berbalik menatap Ika yang masih berada ditempatnya "Pulangnya dijemput bukan?"

Ika mengangguk "Iya Tante Rani."

Wanita itupun tersenyum kemudian melangkahkan kaki nya kembali.

Setelah memastikan wanita yang menemaninya menaiki angkot masuk kedalam Toko kelontong miliknya, Ika mulai melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah.

JESIKA [END][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang