Happy Reading
🌱🌱🌱Dila menatap Ika dan Gumi yang saat ini menikmati semangkuk besar kerang hijau buatannya, mereka nampak lahap dengan saling mencari kerang yang ukuran besar.
Padahal menurut Dila, semuanya sama. Karena dia sendiri yang memilih satu persatu kerangnya tapi lihatlah mereka seakan berkompetisi mendapat siapa yang paling berhasil.
"Yee Gumi dapet yang gede."
"Eh Kaka juga dapet ya. Ini jagungnya satu ewang."
"Okee."
Abas tersenyum melihat kedua anaknya yang akur berbagi makanan, meski terkadang banyak ributnya. Abas tidak mempermasalahkan itu, terkadang mungkin pertengkaran sederhana itu yang membuat kedua saudara menjalin kedekatan.
Abas memang anak tunggal, namun melihat interaksi Dila dengan saudara Kakak dan Adik nya. Membuatnya mengerti akan hal itu.
Komunikasi persaudaraan melalui keributan sederhana.
Menoleh kearah Dila yang tatapannya tetap fokus melihat Ika dan Gumi, membuat Abas tersenyum. Dirinya bersyukur Dila telah pulih, tidak ada lagi tatapan kosong yang terpancar kini hanya binar bahagia dimatanya.
Dua hari yang lalu, tepatnya saat Dila mengetahui perihal Ika yang diajukan menjadi ketua OSIS. Abas menelpon Rere untuk menjemput anak-anaknya agar menginap di apartemen milik sang Nene.
Dengan alasan esok hari minggu, mereka akhirnya ikut Rere tanpa kerumah terlebih dahulu.
Abas sama sekali tidak malu dengan keadaan Dila, dia hanya tidak mau kedua anaknya melihat sang Mama dalam kondisi seperti itu, dia tidak ingin mereka sedih dan merasa bersalah.
Abas menepuk pelan lengan Dila "Kamu lupa ya sayang?"
Dila menatap bingung "Lupa apa?"
Abas tidak menjawab dia memperagakan sebuah kotak dengan kedua tangannya, membuat Ika menatap sang Ayah bingung.
"Papa ngapain?"
Abas menghela napas, kenapa tidak peka istrinya itu?
"Kotak hadiah loh sayang."
Dila menepuk jidatnya "Lupa, bentar ya Mama ambilin."
Perlahan Abas mengalihkan pandangannya dari punggung Dila menuju Ika, matanya menatap Ika sendu.
Apa pilihannya benar, membiarkan Ika mengikuti pemilihan Ketua OSIS itu?
***
Ika menutup pintu kamar dengan perlahan, kedua tangannya membawa sebuah kotak yang dilapisi kertas kado serta pita diatasnya. Kata Dila ini hadiah dari Wildan yang lupa dia berikan.
Menyimpannya diatas kasur, Ika mengikat rambutnya asal. Tangannya sudah bersedia menarik pita namun terhenti saat ponselnya berbunyi.
Ika mengerutkan keningnya "Tumben Ka Tomy telpon jam segini?" Dia menggeser kearah tombol hijau.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumssalam."
"Ka Tomy ada apa? Tumbenan jan segini main hape?"
"Ade Kaka ini ya, Ika sibuk ga sekarang?"
Ika menggeleng, membuat Tomy yang berada disana menatap heran ponselnya. Masih tersambung tapi tidak dijawab.
"Ika? Lagi sibuk ya? Sampe engga jawab."
"Engga ko, lagian Ika udah jawab."
"Hah. Jawab apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JESIKA [END][COMPLETED]
Dla nastolatków[Series Teen Fiction] "Kalau engga baik, bukan Ika namanya." Jesika yang kerap dipanggil Ika, gadis maniak stroberi, penyuka yupi dan barang-barang gemoy. Pemilik gingsul yang menambah kesan manis diwajahnya dengan pipi chubby. Ini kisahnya, memasuk...