___HAPPY READING___"Wouy wouy saos mana saos!!" Teriak Arden dengan tangan satu nya memegang gorengan dan kepala nya clingak-clinguk mencari keberadaan saos.
Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, dan Sekarang, keberadaan kantin sudah sangat ramai.
"Nih, buta mata lo." Ucap Dimas sambil menyodorkan saos kehadapan Arden. Arden hanya nyengir kuda.
Lia menggeleng, Saat melihat Arsil yang sedang menggunakan bedak. Padahal Arsil itu sedang kepedesan, tapi sempat-sempatnya memakai bedak."Bedak lo udah tebek sil."
Arsil menoleh dengan tangan yang masih memegang bedak."Udah diem li, takut nya nanti gue ketemu crush."
Lio mencibir."Bukan nya ketemu. crush lo malah kabur, gegara liat muka lo ke tepung kanji." Cibir Lio. Lalu menoleh kesamping."Mau nambah?" Tanya Lio kepada Mora, saat baso milik Mora habis.
Mora menoleh dan menggeleng."Gak usah, udah kenyang." Ujar Mora yang dapat elusan di rambut nya dari Lio.
"Sil." Ucap Aures sambil menepuk pergelangan tangan milik Arsil yang memegang bedak. Alhasil bedak itu terjatuh kelantai dan pecah.
Arsil menatap syok ke bedak nya yang tergeletak di lantai tak berdaya, lalu beralih menatap sengit Aures.
Aures menelan ludah nya susah payah. Ia takut Arsil sangat marah, apalgi bedak itu sangat mahal."Nanti aku ganti." Ucap Aures sambil tersenyum kikuk.
"TADAA!!!" Teriak Arsil sambil mengeluarkan bedak baru nya dari sakit baju.
Yang berada di meja itu melongo. Lalu Lio sengaja menepak bedak itu hingga terlempar jauh dan pasti nya isi bedak itu sudah pecah. Kali ini Arsil benar-benar sangat marah.
Arsil mengebrak meja sambil berdiri."ANJING LO LIO, GANTIIN BEDAK GUE BANGSAT!! MANA BEDAK MAHAL, MASIH BARU!" Teriak Arsil.
Lia menuntun Arsil kembali untuk duduk."Udah ambil aja lagi sana, kata nya mahal."
Arsil menoleh dengan raut wajah yang emosi."Ya udah pecah bego."
"Kata nya mahal pasti gak pecah lah." Sarkas Dimas yang di angguki oleh sebagian yang berada di meja itu.
Arsil menyedot es teh nya, lalu berbicara kembali."Yang mahal itu bahan bedak nya, bukan kemasan nya. Gitu aja gak ngerti. kampungan." Sinis Arsil.
Arden menoyor jidat Arsil."Lagian ini tuh sekolah, bukan buat ngelonte, segala pake bawa bedak."
"Terserah gue. Sirik aja lo."
Mora berbisik ke telinga Lio."Lio kebelakang yok." Bisik Mora.
Lio mengangguk, lalu memegang tangan Mora sambil berdiri."Gue kebelakang."
Lia mendongak."Anak orang bang, Jan di apa-apain."
Lio langsung pergi bersama Mora. Tanpa menjawab perkataan adik nya.
"Si Danu lagi di bully lagi tuh." Ucap Bambang yang baru saja datang ke meja itu.
"Danu? Si pinter itu?" Tanya Doni yang diangguki Bambang.
Lia langsung beranjak dari duduk nya dan berlari keluar dari dalam kantin. Membuat semua sahabat nya menggeleng.
Lia dapat melihat Danu yang sedang di siram oleh air pel'an dan Lia langsung menendang bahu Alex.
"Keluar lo anjing, dari sekolahan ini." Ucap Lia sambil membogem wajah milik Alex.
Lia membantu Danu berdiri dan menopang tangan satu Danu di pundak nya."Nanti gue bakal bilang kepala sekolah, buat ngeluarin Lo." Ucap Lia melirik kearah Alex, lalu berjalan."Tunggu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS [END]
Teen FictionArcelio Chairil Almortaza dan Arcelia Chairil Almortaza, yang kerap di panggil Lio dan Lia. Kaka dan adik yang memiliki sifat yang hampir bertabrakan. Jika Lia sakit, Lio pun akan merasakan nya. Begitupun sebalik nya, semacam ada borgol yang melilit...