Berjuang itu ada dua fase, berjuang mendapatkan nya dan berjuang untuk mengikhlaskan nya.
-Alfander Cassano
____HAPPY READING____
Lia baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan sudah memakai baju piyama tidur nya.
"Lia sayang." Ucap Alfan sambil membuka pintu kamar milik Lia. Membuat Lia terpekik kaget.
"Salam ke atau ketuk dulu." Cibir Lia.
Alfan menutup kembali pintu nya, lalu mengetuk pintu."Assalamualaikum sayang." Ucap Alfan.
"Waalaikumsallam." Ujar Lia dari dalam.
"Apakah pangeran Alfan boleh masuk putri Lia."
"Silakan saja. Tidak di kunci ko."
"Oke." Ucap Alfan lalu masuk kedalam kamar milik Lia dan menutup nya.
Alfan berjalan kearah Lia yang sedang berjalan kearah balkon.
Alfan dan Lia duduk di kursi yang memang sudah tersedia. Sudah seperti biasa. Minggu kemarin pun Alfan dan Lia setiap main selalu duduk di balkon.
"Kali ini bintang nya banyak ya Lia." Ucap Alfan menatap kearah langit-langit.
Lia menoleh kesamping, lalu menatap kearah langit-langit."Mungkin karena cuaca nya bagus."
"Kamu salah." Ucap Alfan sambil menoleh kesamping. Membuat Lia menoleh dan beradu pandang satu sama lain."Sebenarnya bintang itu selalu ada di siang maupun malam, Hanya saja tertutup oleh matahari yang terang. Begitupun rasa cinta aku ke kamu. Nyata, tapi tertutup oleh sikap kamu sendiri."
Lia memiringkan kepala nya."Gimana-gimana, gue ngeleg?"
Alfan menyelipkan anak rambut kebelakang telinga milik Lia."Inget ya Lia. penyesalan itu akhir, semua orang memang bisa berjuang, tapi mereka juga bisa lelah."
Lia menelan ludah nya susah payah. Seolah-olah perkataan Alfan menyadarkan diri nya bahwa Alfan juga bisa merasakan rasa lelah, jika terus-terusan di abaikan oleh nya. Lia berpaling muka."Kalo lo mau pergi, pergi aja. Gue gak ngelarang." Ucap Lia. Diri nya benar-benar sudah tidak tahu harus berbuat apa. Diri nya benar-benar hilang arah.
Jadi Minggu kemarin itu apa?
"Mungkin itu lebih baik." Ucap Alfan, lalu berdiri.
Lia mendongak."Lo serius mau pergi?" Tanya Lia kepada Alfan. Tetapi Alfan melengos pergi begitu saja."PERGI JAUH-JAUH LO SONO!! GUE GAK BUTUH LO!! Teriak Lia.
Lia menaikan kedua kaki nya, lalu menelungkupkan kepala nya di lipatan tangan yang ia letakan di atas lutut. Gadis itu menangis dengan sejadi-jadinya. Diri nya bingung harus berbuat apa. Ia masih memikirkan keadaan Abang nya, ia tidak mau abang satu-satunya pergi meninggalkan nya seorang. Kalo tentang soal perasaan Alfan. Lia masih bingung antara cinta dan tidak. Jika di dekat Alfan Lia merasa nyaman, tapi sifat Lia belum dewasa, diri nya belum tahu mana rasa cinta dan mana rasa sayang.
Lia akan menjengkelkan. Jika diri nya sedang berusaha mencintai Alfan, tetapi masalah malah menghampiri nya. Otomatis perasaan nya ke Alfan semakin tidak karuan.
"Gue harus gimana?" Guman Lia.
***
Alfan masuk kedalam kamar nya dengan keadaan gusar. Ia mengacak-acak rambut nya dengan frustasi. Membanting semua benda yang berada di hadapan nya.
"Gue harus berbuat apa Lia. Supaya lo cinta sama gue." Ucap Alfan."Gue udah bunuh lima orang yang buat lo celaka."
"Gue udah mau insaf, tapi nyata nya engga."
Tiada hari tanpa darah. Itulah yang di rasakan oleh Alfan selama ini. Semenjak dari ia kecil. Diri nya selalu melihat ayah nya membunuh seseorang tepat di hadapan nya. Ayah nya termasuk salah satu mafia di Italia yang terkenal sadis nya. Sampai dimana jabatan nya turun ke Alfan sekarang. Semenjak bertabrakan dengan Lia di depan lift. Sejak itu lah diri nya mulai mencintai Lia. Awal nya diri nya hanya di tugaskan oleh ayah nya untuk memberikan sebuah dokumen penting kepada Hanfrel.
Jadi diri nya membuat rencana dengan keluarga nya dan keluarga Almortaza. Termasuk Lio.
Setelah mendapatkan nya. Alfan sangat-sangat senang. Tapi satu hal yang ia tidak senang, saat Lia bersikap cuek kepada nya. Maka itu Alfan bersikap children di hadapan Lia. Tapi kenyataannya Lia tidak bisa sama sekali membuka hati untuk nya. Diri nya benar-benar lelah. Ia hanya ingin menguji Lia saja, tapi tidak benar-benar ingin meninggalkan Lia.
Nanti kalo Lia di ambil sama Danu gimana. Berabe kan. Begitulah kira-kira perkataan Alfan. setiap kali ia memikirkan untuk meninggalkan Lia.
Ntah sejak kapan Mafia ini di buat bucin dan galau oleh satu gadis yang sama sekali tidak mempunyai hati.
Alfan keluar dari dalam kamar, lalu berjalan kearah gudang dan masuk kedalam nya.
Diri nya tersenyum devil, saat melihat keadaan Diki yang memang tak pantas untuk di lihat."Gue bakal ngabisin lo di sini." Ucap Alfan, lalu melemparkan belati nya tepat di jantung Diki.
Diki menjerit kesakitan. Alfan langsung menutup kedua telinga nya."Berisik banget nih mulut ke cewek." Guman Alfan.
Namun Tak lama kemudian jeritan itu menghilang. Alfan menurunkan kedua tangan nya, lalu menelpon seseorang."Bereskan semua." Ucap Alfan dan langsung mematikan nya."Maafin gue ya Ki." Ucap Alfan."Tapi itu pantes buat lo. Jadi, bye Diki." Lanjut Alfan dan berjalan keluar dari dalam gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS [END]
Teen FictionArcelio Chairil Almortaza dan Arcelia Chairil Almortaza, yang kerap di panggil Lio dan Lia. Kaka dan adik yang memiliki sifat yang hampir bertabrakan. Jika Lia sakit, Lio pun akan merasakan nya. Begitupun sebalik nya, semacam ada borgol yang melilit...