10

762 52 0
                                    

Plak

Gadis itu memegang pipi kiri nya yang terasa nyeri. Ia sudah bisa menebak bahwa di ujung bibir nya berdarah.

"KAMU ITU SEHARUS JADI ANAK YANG BERGUNA, DAPET NILAI 100 AJA GAK BISA!!" Teriak Bima sambil melemparkan kertas ulangan milik Mora yang bernilai 95 ke wajah gadis itu.

"Ma-maaf pah, tapi itu juga udah besar."

Bima ayah kandung Mora. Tapi sejak Mora kecil, Bima selalu menuntut diri nya untuk mendapatkan nilai yang besar, jika tidak, Mora akan di pukuli habis-habisan. Sedangkan ibu Mora meninggal sejak umur Mora 5 tahun. Dan sekarang Bima menikah lagi dengan seorang janda yang beranak dua laki-laki.

Bima menjambak rambut Mora."Besar kamu bilang. Buka mata kamu lebar-lebar Mora!! itu tuh kecil." Sewot Bima, lalu menghempaskan Mora ke lantai."Seharus nya kamu itu belajar dengan benar, bukan pacaran."

Mora menatap kearah seorang pria yang sedang menyalami punggung tangan milik Bima."Eh anak papah udah pulang." Ucap Bima.

Gilang anak pertama dari ibu tiri Mora yang bernama Mina, pun mengangguk."Udah pah. Kalo gitu aku ke kamar dulu ya pah." Ucap Gilang yang dia angguki oleh Bima.

Gilang hanya melewati Mora tanpa membantu nya. Jelas-jelas Mora meminta tolong kepada diri nya menggunakan isyarat mata.

"DENGAR TIDAK KAMU MORA!!"

Mora terpekik kaget dan langsung mengangguk."De-denger pah."

Bima berlalu pergi dan Mora langsung berdiri.

"Maka nya belajar itu yang benar jangan pacaran terus." Cibir Mina yang memang tidak suka kepada nya.

Mora tidak meladeni perkataan dari ibu tiri nya itu. Lebih baik ia naik keatas tangga dan tidur di dalam kamar nya.

Setelah sampai di dalam kamar. Mora membaringkan tubuh nya di atas kasur Queen size milik nya dan memejamkan kedua mata nya.

Mora merasakan tangan dingin yang sedang menyentuh jidat nya. Mora terkejut, saat melihat Satya anak kedua dari Mina, yang sudah berada di hadapan nya. Mora langsung menegakkan posisi nya menjadi duduk.

"Maaf ganggu ya?" Tanya Satya, ia sedikit merasa bersalah kepada Mora.

Mora menggeleng. Karena dari sekian orang di keluarga nya hanya Satya lah yang baik kepada nya.

"Luka lo obati dulu. Baru tidur." Ucap Satya sambil membuka kotak P3K yang berada di atas pangkuan nya. Satya membersihkan darah terlebih dahulu di ujung bibir milik Mora menggunakan Alkohol. Lalu ia poleskan dengan obat merah.

"Makasih." Ucap Mora, setelah Satya sudah mengobati luka nya.

Satya mengangguk."Gue keluar dulu." Pamit Satya yang di angguki oleh Mora.

Setelah didalam kamar. Satya membuka laptop nya dan tersenyum.

***

"ABANG!!" Teriak Lia sambil membuka pintu kamar milik Abang nya.

Lio menoleh dan berteriak."EH AWAS LICIN!"

Brug!

Tubuh Lia langsung menghantam lantai, karena diri nya terpeleset ntah terkena apa.

"Arghhhh!" Pekik Lia dan Lio secara bersamaan.

"Arghh Abang sakit." Ucap Lia yang ingin menangis, ia merasakan di punggung nya yang terasa sangat sakit.

Lio mengangguk."Gue juga sakit."

Lia menoleh."Kan gue yang jatoh, bukan lo."

"Tapi gue juga ikutan sakit." Ujar Lio.

THE TWINS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang