Jam pulang sekolah sudah berbunyi. Mora dan farrel berjalan beriringan menelusuri kelas .
Pundak Mora tertenggor oleh seorang perempuan yang sedang berlari. Sehingga diri nya berada di pelukan Farrel.
"Lo gak papa?" Tanya Farrel.
Mora mendongak dan langsung menjauhkan tubuh nya dengan Farrel."Gak papa."
Mora dan Farrel berjalan kembali."Bibir lo kenapa?"
Mora menoleh."Gak papa."
***
Lio menerima pesan dari seseorang dan membuka nya. Ia langsung mencengkram ponsel tersebut, karena itu foto Mora dan Farrel yang sedang duduk bersama di dalam kelas dan juga foto Mora yang berada di pelukan Farrel.
Lia menyadari itu."Kenapa bang?"
"Lo pulang sendiri." Ucap Lio.
"Eh tu-" Ujar Lia, namun Lio langsung berlari."Sialan tuh Abang laknat."
Di sisi lain. Lio langsung menelepon Mora."Diem di tempat." Ucap Lio
Di sebrang sana. Mora yang tidak tahu apa-apa hanya mengiyakan."Iya."
***
Mora duduk di halte bus dan datanglah seorang pria menggunakan motor ninja."Mau ikut?" Tawar Farrel Kepada Mora.
Mora menggeleng."Gak usah. Aku udah di jemput Lio."
Farrel mengangguk dan langsung melajukan motor nya. Tanpa berpamitan dengan Mora.
Mora memainkan ponselnya. Dan tak lama kemudian datangan seorang pria yang sedang Mora tunggu. Mora berdiri dan berjalan kearah Lio.
"Cepet." Ucap Lio.
Mora langsung naik keatas motor Lio dan memeluk tubuh Lio.
Lio langsung melajukan motor nya dan membawa Mora ke apartment milik nya.
Sampailah Lio dan Mora di dalam apartment milik Lio. Lio mendudukkan Mora di atas sofa dengan kasar, lalu di susul oleh diri nya yang duduk di sebelah Mora.
Lio menatap Mora dingin."Tadi di sekolah ngapain aja?" Tanya Lio kepada Mora yang menundukkan kepala nya.
Mora memainkan jari-jari tangan nya."Be-belajar."
"Bukan nya berduaan sama si Farrel?"
Mora mendongak dan menatap Lio."Engga."
"Kalo ini." Tanya Lio sambil memperlihatkan foto Mora dan Farrel yang sedang duduk bersama di kelas dan yang seperti pelukan.
Mora langsung menggeleng."Dia duduk di samping aku, dia rabun dekat. Terus kalo foto yang kedua itu aku di tengggor dan untung aja ada Farrel yang nolongin aku." Jelas Mora.
Lio menyelipkan anak rambut kebelakang telinga milik Mora."Inget Emor. Lo cuman milik gue." Ucap Lio."Gue bisa ngelakuin apa aja yang nyentuh kulit lo. Bahkan ngebunuh si Farrel."
Mora menegang."Lio."
Lio memajukan kepala nya dan mencumbu bibir Mora dengan rakus. Mora memberontak dan mendorong tubuh Lio, lalu tak sengaja menampar nya. Sehingga wajah Lio berpaling kesamping.
Mora menutup mulut nya syok."Li-lio." Ucap Mora sambil ingin memegang pipi Lio. Namun langsung di tepis oleh Lio.
Lio menatap Mora dengan tatapan teduh."Maaf." Ucap Lio, lalu mengelus luka yang berada di ujung bibir milik Mora."Dia masih ngelakuin ini?"
Mora mengangguk dan langsung masuk kedalam pelukan Lio."Aku takut."
Lio mengelus puncak kepala Mora."Boleh kalo aku masukin semua keluarga kamu ke penjara seumur hidup."
Mora mendongak tanpa melepaskan pelukan nya."Gak boleh."
Lio menciumi wajah Mora dengan gemas, lalu menggeseskan hidung nya dengan hidung mancung milik Mora.
Mora terkadang suka aneh, dengan sikap Lio yang selalu berubah-ubah tidak jelas. Kadang diri nya di buat sakit dan kadang juga di buat nyaman.
***
Lia sudah berada di dalam taksi. Ia memegang pipi nya yang terasa nyeri."Abang gue di tampar sama Mora pasti." Guman Lia."Azab kan lo ninggalin gue."
"Neng kita sudah sampai." Ucap pak taksi saat sudah sampai di depan perusahaan yang menjulang sangat tinggi seperti pencakar langit.
Lia langsung memberikan uang nya kepada pak taksi, lalu keluar dan masuk kedalam gedung perusahaan sambil membawa makanan.
Lia masuk kedalam lift dan memencet tombol lantai yang paling tinggi. Tak lama kemudian.
Ting
Lift terbuka. Lia keluar, namun pundak nya bertenggoran dengan seorang pria yang ingin masuk kedalam lift. Namun pakaian pria itu hitam semua, beserta topi dan masker hitam."Kamu bakal jadi milik ku, baby." Ucap pria itu saat bertenggoran dengan Lia.
Lia menatap nya aneh sambil menggaruk telinga nya, apakah ia benar-benar mendengar itu."Aneh banget." Ucap Lia, lalu berjalan dan masuk kedalam ruang kerja milik papah nya.
"Assalamualaikum, Lia yang cantik ini sudah pulang." Ucap Lia dan melihat mamah nya yang sedang bermain ponsel di sofa. Sedangkan papah nya sibuk berkutat dengan dokumen nya.
"Waalaikumsallam." Ucap Zavanessa, saat Lia menyalami punggung tangan nya.
Lia meletakkan bungkusan nya di atas meja."Ini mah Lia bawa makanan."
"Kamu udah makan?" Tanya Hanfrel menoleh sekilas kearah Lia.
Lia menoleh."Belum hehe." Ucap Lia dengan cengengesan.
"Makan dulu Lia." Ucap Zavanessa sambil membuka bungkusan plastik itu dan memberikan kotak McD kepada Lia yang sudah ia buka."Abang kamu kemana?"
Lia mengangkat kedua bahu nya tak acuh."Markas paling mah." Ucap Lia, lalu memakan makanan nya."Oh iya pah tadi orang yang pake baju hitam itu siapa?" Tanya Lia kepada Hanfrel, setelah sudah mengunyah.
Hanfrel mendongak."Siapa?"
"Tadi, masa dia bilang gini, kamu bakal jadi milik ku Beby."
"Kamu salah denger kali." Ucap Zavanessa.
Lia menoleh."Bener mah, dia bilang gitu."
"WESS, ASSALAMUALAIKUM!" Ucap Lio sambil membuka kedua pintu dengan menghuara kedua tangan nya.
"Abang lo gila, ini kantor bodoh!" Ucap Lia yang sedikit berteriak.
Lio langsung duduk di sebelah Lia, dan memakan makanan milik adik nya.
Lia melongo dan mengambil kembali kotak makanan milik nya."Tuh punya Lo, ambil sendiri sana."
Lio menatap nya sengit."Pelit."
"Biarin." Ucap Lia dan melanjuti acara makan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS [END]
Teen FictionArcelio Chairil Almortaza dan Arcelia Chairil Almortaza, yang kerap di panggil Lio dan Lia. Kaka dan adik yang memiliki sifat yang hampir bertabrakan. Jika Lia sakit, Lio pun akan merasakan nya. Begitupun sebalik nya, semacam ada borgol yang melilit...