06🍹

76 93 9
                                    

Happy Reading🐝

Keesokan harinya.....

"Ingat, apa yang udah direncanain!" Bisik Naumi mengingatkan teman-temannya.

"Oke!"

Seorang guru dengan menenteng beberapa buku cetak memasuki ruang kelas. "Assalamu'alaikum semuanya." Salam Pak Toni.

"Waalaikumussalam."

"Piye kabare anak-anak, Bapak?" Tanya Pak Toni.

Para murid tersenyum penuh arti. "Sehat, Pak!"

"Bapak piye kabare?" Tanya balik Romi.

Pak Toni tersenyum ramah. "Kabar bapak apik le." Jawabnya. "Oke! sudah main-mainnya, serius lagi." Lanjutnya yang seketika merubah nada bicaranya menjadi tegas.

"Yah!" Keluh mereka.

"Nggak ada, yah-yah! Emangnya libur sebulan itu masih nggak cukup, apa? Buka buku kalian, sekarang!" Tegas Pak Toni.

"Ck! Pak Toni aneh kali, ah!" Heran Giana
Sintia mengangguk. "Ho'oh! Punya kepribadian ganda, keknya!"

Tampak Pak Toni yang kini tengah membolak-balikan halaman buku yang berada di tangannya. "Oke! Sekarang kita masuk ba—"

Tok Tok Tok.

Ucapan Pak Toni pun terpotong kala ada seseorang yang mengetuk pintu kelas.

"Assalamu'alaikum, Pak. Selamat pagi." Sapa Bu Fitri selaku orang yang mengetuk pintu.

Seketika Pak Toni langsung mengeluarkan kembali senyum ramahnya. "Waalaikumussalam. Oh, Bu Fitri. Ada apa, ya?" Tanya Pak Toni dengan nada lembut. Para murid seketika memandang dengan sinis.

"Ini Pak, saya bawa murid baru yang masuk ke kelas, ini." Jawab Bu Fitri.

"Oh. Murid baru ya, Bu. Suruh masuk aja sini." Titah Pak Toni diangguki Bu Fitri.

Mereka yang tadinya menunjukkan wajah datar seketika berubah menjadi berbinar, kala mendengar kata 'murid baru'
Bu Fitri menoleh ke arah samping kiri di mana murid baru itu berdiri. "Ayo, Nak. Silakan masuk ke dalam."

Mata Naumi semakin berbinar. "Wih! Cowok, anjir." Ucapnya dengan suara pelan.

Sintia mengalihkan menoleh ke samping kanan. Di mana, tempat itu diisi oleh para kaum adam. "Hah! Akhirnya bertambah juga kaum adam di kelas, ini."

"Sssttt. Berisik kali kau!" Sentak Aril.

"Apa lo krikil!" Balas Sintia membuat Aril mendelik tak suka.

"Kalau gitu, saya permisi, Pak. Terimakasih." Pamit Bu Fitri.

"Oh iya Bu. hati-hati ya." Balas Pak Toni.

"Ekhem!" Dehem para murid. Membuat Pak Toni refleks menutup matanya menahan kesal.

"Sabar." Batinnya.

Pak Toni membuka matanya perlahan, kemudia melirik para anak didiknya dengan lirikan tajam. Akan tetapi, akhirnya ia hanya dapat mengehela nafas panjang.

IPS📚 (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang