WYLM Part 18

3.5K 283 12
                                    

Hujan yang bertahan seharian ini benar-benar membuat orang-orang sedikit kesusahan, termasuk laki-laki berwajah imut yang berlari ke halte dekat sekolahnya karena motornya mogok.

Bersyukur, dia bisa menghubungi temannya yang memiliki mobil untuk menjemputnya.

Laki-laki itu duduk di sana sambil mengacak rambutnya yang basah dan membuat dirinya terlihat lebih tampan dengan rambut berantakan.

“Shh…”

Dia memegang sudut bibirnya yang terluka. Bisa dia rasakan perih pada lukanya karna terkena air hujan. Bodohnya dia tidak menutup luka itu dengan plester.

“Nih”

Laki-laki itu menoleh ke samping dan melihat seorang gadis di sebelahnya yang sedang memberikan tisu kepadanya.

“Ah, thanks.”

Gadis itu hanya tersenyum dan kembali mencari sesuatu di dalam tasnya.

“Ini ada hansaplast, tapi warna pink.”

“I, iya. Makasih.”

Laki-laki itu pun mengelap sudut bibirnya dan mencoba memasang plester itu sendiri.

“Sini, biar gue bantu” tawar gadis itu.

Laki-laki itu hanya diam dan membiarkan gadis yang tidak dia kenal itu melakukan apa yang dia mau.

“Untung lo imut. Jadi, warna pink kelihatan cocok buat lo.”

“Jangan ngolok gue kaya gitu.”

Sorry” kata gadis itu tersenyum.

Gadis itu kembali duduk dan memandang hujan yang belum berhenti. Betapa sialnya dia, karena tidak membawa jas hujan tadi saat berangkat sekolah.

“Gue Ravanza”

Gadis itu kembali menoleh dan melihat laki-laki di sampingnya.

“Gue Fara”

“Gue gak pernah lihat lo di sekolah. Lo bukan dari SMA Eva?” tanya Ravanza.

“Bukan. Gue anak SMA Tria” jawab Fara.

“Apa? SMA Tria? Itu kan jauh dari sini” kata Ravanza tidak percaya.

“Memang, tapi rumah gue deket sini. Dulu sih, deket sama sana” kata Fara santai.

“Terus, kenapa gak pindah?” tanya Ravanza lagi.

“Percuma juga sih. Sekarang gue udah kelas tiga dan sebentar lagi juga lulus” jelas Fara.

“Ternyata lo lebih tua dari gue” kata Ravanza.

“Memangnya lo kelas berapa?” tanya Fara.

“Kelas dua” jawab Ravanza.

“Cuma beda setahun. Santai aja” kata Fara.

“Berarti gue boleh manggil lo langsung nama dong” kata Ravanza.

“Hm, silahkan. Gue gak keberatan” balas Fara tersenyum.

Ravanza yang melihat Fara untuk pertama kalinya entah kenapa merasa ada sesuatu yang berbeda di dadanya. Rasa senang dan gugup tiba-tiba saja datang menjadi satu di dalam dirinya.

Padahal ini bukan pertama kalinya dia melihat gadis cantik, tapi dia merasa ada yang berbeda dengan gadis bernama Fara di sampingnya ini.

Tin~Tin~

Ravanza tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah suara klakson mobil tadi. Ternyata itu adalah temannya yang dia mintai tolong tadi.

“Gue duluan ya” kata Ravanza. “Atau lo mau ikut juga? Biar gue anter” tawar Ravanza.

Will You Love Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang