bab 5

211 19 5
                                    

Wardah duduk memegang lutut dia atas sofa yang agak mahal padanya itu . Susana rumah agam itu diperhatikan dengan teliti . Perasaan nya bercampur baur . Suka dan gentar .

Kalau dia tidak menerima kerja ini , siapa yang mahu tanggung kos perubatan adiknya . Dia terpaksa walaupun dia tahu tempat ini agak asing untuk nya .

" Hai Wardah . Awak nak minum ? Nanti saya suruh pembantu rumah buatkan " tanya Noah sambil memberikan senyuman yang manis .

" Eh , tak apa . Saya tak dahaga .. "

" Alaa .. malu malu pula . Ice coffee ? Okay juga kan panas panas macam ni . Kejap . Saya suruh bibik buatkan "

" Eh -- "

Belum sempat Wardah menghalang . Noah sudah berlari laju ke arah dapur . Gadis itu menelan liur .

" Dah kahwin ? " Tanya satu suara garau dari arah belakang dan membuatkan bahu Wardah sedikit terhinjut .

" B-belum "

" Umur ? "

" 20 "

" Huhh ?? 20 ?? Awak bergurau ke ? " Sampuk Noah tiba tiba .

Wardah menggeleng perlahan .

" Tak sambung belajar ? " Tanya Noah lagi .

" S-saya tak ada duit nak bayar kos pelajaran . Saya cari kerja pun , sebab nak tolong keluarga di rumah " balas Wardah .

" Kau reti jaga budak tak ? " Tengku Hamizan bertanya dengan nada yang dingin beserta jelingan yang tajam .

" Saya tak ada pengalaman .. t-tapi saya boleh cuba encik "

Tengku Hamizan mengeluh sendiri . Telefon bimbitnya diambil lalu pantas naik ke tingkat dua di mana terletaknya ruang rehat .

Wardah sudah tertunduk layu . Dia tahu dia tak akan dapat peluang pekerjaan ni . Dia sedar , dia tak layak .

" Haih . Susah betul lah nak cakap dengan Hamizan tu . Ada je benda yang tak puas hati . Lagipun Dhia dah suka sangat pada awak . Tapi dia tetap tak nak upah awak " kata Noah .

" Tak apa . Salah saya . Ayah mana yang tak risau bila anak sendiri nak dijaga oleh orang yang tak dikenali kan ? Saya faham .. "

" Hurm .. by the way , kita tak kenal lagi . Saya Noah . Bodyguard dan kawan baik kepada Noah . Awak ? "

" Wardah .. " balas Wardah .

" Sedap nama tu "

" Huh ? Err .. t-terima kasih .. awak pun "

Noah tersenyum sendiri . Jarang orang nak puji dirinya sebegitu .

" Kalau macam tu , saya minta diri dulu . Kawan awak pun tak terima saya . Terima kasih ye sebab panggil saya ke sini . Saya hargai . Kalau ada jodoh , kita jumpa lagi . Assalamualaikum " Wardah meminta diri .

" Ehh -- kejap ! "

Halang Noah .

" Mana awak tahu kawan saya tak terima awak ? Dia penat sikit tu . Nak berehat . Awak duduk je sini dulu . Nak berjalan balik ke rumah jauh . Dhia dekat ruang bacaan tu . Pergilah "

" Tapi -- "

" Aunty ! " Panggil Dhia lalu berlari ke arah Wardah .

" Dhia ... "

" Aunty jom lah teman Dhia baca buku . Dhia bosan lah tak ada kawan . Jom lah .. jom lah .. nanti aunty boleh bacakan Dhia buku "

" Tak boleh Dhia .. aunty kena balik .. nanti daddy Dhia marah .. "

" Alaaaa .. Dhia nak aunty !! " Jerit Dhia .

" Wardah , awak tunggu je sini sekejap . Lepas Hamizan bangun nanti , baru awak balik . Boleh ? Budak ni kalau dah meraung , tak pandang sekeliling . Saya pun susah nak pujuk " kata noah .

Wardah sudah mengetap bibir .

" Jomlah auntyyyy !!! "

" Okay okay . Jom jom "

" Yeahhh !! Dapat baca buku dengan aunty ! " Balas Dhia dengan gembira .

Tangan Wardah ditarik dan dibawa ke ruangan membaca . Wardah melayan Dhia seperti adiknya sendiri .

Suasana bahagia itu diperhatikan oleh Tengku Hamizan dari tingkat dua . Memori Dhia bersama Riyana terlintas kembali di fikiran lelaki tersebut .

Riyana , kalau kau tak curang .. mesti kita tak akan bercerai macam sekarang . Tengoklah anak kau tu . Haus kasih sayang seorang ibu . Dia terlalu muda untuk semua ni . Sampai hati kau Riyana ..























" Pelik pula mak tengok akak kau tu . Mana dia ? Dari pagi tadi tak balik balik . Dah kena jual ke ? " Bebel puan Wati sambil melipat kain di ruang tamu .

Wanie yang tidak dapat bergerak itu hanya mampu mendengar sahaja leteran mak nya itu .

" Kalau dari dulu lagi dia berhenti sekolah , lepastu cari kerja , mesti kita tak jadi macam ni . Sekurang-kurangnya dapat lah tanggung keluarga ni . Aku dahlah penat buat kuih tiap pagi semata-mata nak bagi korang berdua ni makan . "

" Mak .. dah dah lah tu .. " kata Wanie dalam keadaan lesu .

" Engkau pun satu . Sakit tak tentu pasal . Asyik asyik nak demam panas sahaja . Lemah badan betul . Nasib tuhan tak cabut je nyawa kau "

" Mak ! Dahlah .. mak memang nak Wanie mati ke ? "

" Haah ! Kurang sikit beban aku . Dah alang-alang terlantar macam ni . Baik mati je terus . Menyusahkan ! "

Puan Wati mengambil baju yang sudah dilipat itu ke dapur . Wanie menahan dirinya daripada mengeluarkan air mata .

Setiap hari gadis itu menyalahkan diri sendiri kerana berada dalam keadaan begini . Kalau dia tak sakit , tak adalah dia perlu susahkan mak dan kakaknya membayar kos perubatan .

" Kesian dekat akak . Susah payah cari kerja tiap-tiap hari sebab nak Wanie sihat . Wanie minta maaf akak . Kalau Wanie dah sihat nanti , Wanie janji adik tolong akak sara keluarga ni " omel wanie sendirian .

_

W A R D A H (OG)Where stories live. Discover now