bab 8

175 19 1
                                    

" you siapa ? " Tanya Riyana . Dhia berlari menuju ke arah Wardah .

" Mommy , what are you doing here ? " Tanya Dhia .

Riyana menjeling budak itu .

" I tanya , you siapa ? "

" Saya Wardah . Penjaga Dhia . "

" Huh ? Serius lah ? Hamizan upah you jaga anak i ? "

Riyana menyilangkan tangan ke dada . Jarang bekas suaminya itu mempercayai orang luar . Bibik itu pun , bekas pembantu rumah ibunya .

KREKK ..

Pintu utama dibuka . Tengku Hamizan dan Noah masuk ke dalam dengan muka selamba .

" Lambat you balik . " Tegur Riyana .

" Hye love . Okay tak jaga Dhia hari ni ? Dia degil ke ? " Lelaki itu tidak melayan Riyana sebaliknya soalan itu ditujukan kepada Wardah .

Wardah yang terkejut itu memandang pelik .

" Huh ? "

" Hurm . You must be tired , right ? Nak saya hantar balik ? Or awak nak stay sini lama sikit ? Lagipun ada bibik dekat dapur tu . Boleh teman "

" Err .. tak apa . Saya nak balik . Dah lewat . Terima kasih " balas Wardah lalu sling bag nya diambil .

Dhia sempat menyalami tangan Wardah sebelum gadis itu pergi .

"Eh kejap ! Apa benda ni ? Drama apa ni ?" Sampuk Riyana . Tengku Hamizan mengeluh sendiri .

Bahu Wardah dipaut lembut oleh Tengku Hamizan . Gadis itu terkaku .

" Bakal isteri i . You ada masalah ke ?" Jawab Tengku Hamizan . Noah yang turut menyaksikan perkara itu ternganga mulut .

" What ? Bakal isteri ? You gilaa ?? "

" Nope "

" Then how about me ? "

" About you what ? Kita dah tak ada apa-apa . Sedar lah , Riyana "

" Yes i know . Tapi i masih sayangkan you . I nak kita berbaik semula "

" Pftt-- aku rasa perempuan ni memang dah gila lah Mizan . Macam mana dia boleh cakap macam tu sedangkan dia dah nak kahwin dengan Daniel ? Aku tak faham .. " sampuk Noah lalu tertawa sendiri .

" Eh , benda ni tak ada kena mengena dengan kau lah !" Bentak Riyana .

Noah membuat rolled eyes .

" I nak you balik "

" Tapi - "

" Maaf . Saya dah lambat nak balik . Boleh tak awak hantar saya balik ?" Tanya Wardah kepada Tengku Hamizan .

Lelaki itu terdiam sejenak kemudian mengangguk perlahan . Bahu Wardah dilepaskan lalu menuju ke arah kereta .

Bukan mahu mengambil kesempatan , tetapi Wardah malas hendak mendengar masalah keluarga kaya ini . Kenapa dia perlu terlibat ? Dia bukan siapa-siapa .

Lebih baik dia balik cepat sebelum hal itu menjadi semakin besar .

" Dhia stay with uncle Noah sekejap . Daddy nak hantar aunty balik " pesan Tengku Hamizan .

" Okay " jawab Dhia .

Tengku Hamizan menarik Wardah menuju ke arah kereta tanpa berkata apa-apa . Jujurlah , siapa yang tidak berasa hairan kalau berada di situasi tersebut . Wardah cuma tidak mahu mengeruhkan keadaan sebab itu dia bercakap mengikut situasi .

" Oh ye . Noah , aku tahu balik nanti perempuan ni dah tak ada . " Sempat lelaki itu berpesan kepada Noah sebelum pergi .

Riyana menjeling manakala Noah memberi tanda isyarat 'okay' .












































" Kenapa ?" Teguran Wardah memecahkan suasana kesunyian kereta .

" What ? "

" Apa tadi tu ? Saya tak faham "

" Nothing . Anggap benda tu tak berlaku "

" Saya perlukan penjelasan . Kenapa mesti nak libatkan saya ? Saya tak ada kena mengena dalam hal ni . "

" Abis kau nak aku melamar Noah dekat situ untuk hentikan perempuan gila tu kacau aku ? Logik lah sikit "

Minyak kereta ditekan laju .

" Kenapa sampai nak cakap saya ni bakal isteri encik ? Kenapa tak bagitahu saya perancangan ni dulu ? "

" Benda ni tak jangka lah . Spontan ."

" Kalau cik Riyana cari saya ? Macam mana ? "

Tengku Hamizan tertawa .

" Perempuan kolot macam kau ni dia nak cari ke ? Sedar diri sikit "

Gadis itu terdiam . Ada betul juga kata lelaki itu . Jawatan apa yang Wardah pegang sampai golongan sebegini ingin mengejar ?

" Esok datang macam biasa . Make sure sebelum pukul 7:30 . " Sambung Tengku Hamizan .

Wardah mengangguk .

Keadaan kembali sunyi . Jalan raya pada waktu itu juga tidak dipenuhi kenderaan . Wardah merenung ke luar cermin tingkap untuk menghilangkan rasa janggal .

" eh cik kak " panggil Tengku Hamizan .

" Rumah mana ? "

" Oh ye . Maaf . Encik boleh berhenti kan saya dekat selekoh nak masuk simpang empat tu . Nanti saya jalan sendiri "

" Hm "

Lelaki itu kembali fokus pada jalan raya . Sekali sekala dia mengerling ke arah wardah . Ada juga lah rasa bersalah kerana libatkan gadis yang naif itu .

Wardah langsung tiada kena mengena dalam hal ni . Tapi , apa yang Tengku Hamizan boleh buat ? Dia tiada jalan lain . Kalau tak , sampai ke sudah bekas isterinya itu tidak berhenti mengganggu hidup nya .

Hembusan nafas yang berat dilepaskan .

_

W A R D A H (OG)Where stories live. Discover now