bab 11

159 14 0
                                    

Wardah menyikat rambut anak majikannya itu sambil termenung . Apa lah agaknya yang membuatkan Tengku Hamizan benci sangat kepadanya .

Apa salah gadis ini ?

Tidak pernah langsung Wardah menyakitkan hati lelaki itu walau sedikit pun selama ini . Tak akan lah sebab dia tersalah faham sedikit tentang Tengku Hamizan waktu mereka bertemu buat kali pertama itu ?

" Aunty , are you okay? " soal Dhia .

Lamunan Wardah terhenti.

" Huh ? Oh, ye. Aunty okay. "

" Dhia tengok aunty termenung je lagi tadi. Aunty ada masalah ke? "

" Mana ada. Aunty okay. Serius. "

" Hmm . Okay "

" Dhia dah makan belum? "

" Not yet. Selalunya daddy yang bawa Dhia pergi breakfast ... "

" Oh, yeke ... Tak apa . Semalam aunty tak jadi masak untuk Dhia kan? Hari ni aunty masakkan okay? "

" Wah ! Okay ! " Balas Dhia teruja .

Mereka berjalan menuju ke dapur bersama sama . Dhia mengambil keputusan untuk duduk di sofa ruang tamu sementara menunggu Wardah masak .

Wardah mengambil segala bahan yang diperlukan di dalam peti sejuk . Menu yang terlintas di fikiran gadis ini semestinya bihun goreng ayam yang pernah diajar oleh arwah neneknya dulu !

Kalau di rumah , tiada langsung peluang baginya untuk membuat menu tersebut kerana kekurangan bahan . Kalau di sini , semua bahan cukup . Setakat ambil sedikit , tak akan lah Tengku Hamizan mahu memarahinya .

Ayam beku itu diletakkan di sinki lalu bihun di rak diambil lalu direndam ke dalam air panas . Tidak lupa dengan sayur bayam , lobak merah , serta fishcake disediakan di atas meja .

Dia tersenyum sendirian sambil membuat apa yang patut . Hatinya begitu senang . Kata kata makian yang dihamburkan kepada dirinya oleh Tengku Hamizan tadi langsung tidak menjejaskan mood Wardah untuk pagi ini .

Nak buat macam mana ? Tengku Hamizan memang seorang yang egois dan tidak puas hati terhadap Wardah . Kalau nak sakit hati terhadap lelaki itu pun , tidak boleh lama-lama memandang kan Wardah sendiri sudah bekerja dengan nya .

Setelah siap memasak , Wardah mengambil pinggan kaca serta sudu yang berwarna kuning keemasan itu untuk dibawa ke meja makan .

Aroma bau bihun goreng ayam itu dihidu Dhia . Pantas gadis kecil itu berlari menuju ke meja makan . Perut nya juga semakin rancak berbunyi meminta makanan .

" Wah , sedapnya bau ! " ujar Dhia .

" Dhia cuba lah rasa "

" Mestilah ! Dhia lapar ni " Dhia mengambil pinggan yang telah disediakan lalu mencedok bihun tersebut dan letak di atas pinggan .

Garfu diambil lalu pantas dia merasai makanan tersebut .

" HURM ! SEDAPNYA AUNTY ! " puji Dhia . Wardah tersenyum senang .

" Terima kasih, Dhia "

" Sama sama ! Tak sangka masakan aunty lagi sedap dari bibik . Kalau macam ni , nak suruh aunty masak hari hari lah "

" Boleh, sayang ... Dah. Makan cepat. Nanti cikgu Dhia nak datang. "

" Okay " Dhia kembali menjamah makanan tersebut . Wardah duduk berhadapan Dhia sambil memerhatikan gadis kecil itu . Seronok rasanya bila ada yang menghargai masakannya itu .

Dia tidak pernah rasa dihargai sebegitu lagi sejak neneknya meninggal.

Terima kasih, Dhia...



































Tengku Hamizan duduk berehat tengah hari di salah satu restoran berdekatan pejabatnya. Teh ais yang dipesan dihirup perlahan. Bihun goreng kegemarannya dijamah dengan seleranya.

Tut Tut Tut ...

Telefonnya berdering tanda panggilan masuk. Nombor puan Hajah Shahidah tertera di skrin . Pantas dia mengangkat panggilan tersebut .

" Assalamualaikum, Mizan ... " ucap Hajah Shahidah dengan suara yang agak serak.

" Waalaikumussalam, mama. Kenapa dengan suara tu? "

" Mama ... tak sihat sikit ... Mizan bila nak balik sini? Mama rindu ni ... "

" Err ... Mizan banyak kerja sikit mama . Pekerja semua pun tak boleh nak harap . Mizan minta maaf . Nanti Mizan balik " balas Mizan serba-salah.

" Kalau mama nak Mizan balik harini, boleh? " kedengaran bunyi batuk Hajah Shahidah selepas soalan itu diajukan kepada Tengku Hamizan .

" Mama, kalau tak sihat ... Suruh lah bibik temankan mama jumpa doktor . Mama jangan duduk dekat rumah je . Mizan risau lah "

" Kalau macam tu, balik lah ... Mungkin mama akan sembuh kalau Mizan balik . Mizan tak kesian pada mama ye ? "

" Bukan macam tu ma ... Mizan memang sibuk sangat sekarang ni . " Tengku Hamizan menidakkan soalan Hajah Shahidah .

" Mizan memang dah tak sayang mama . Nak tunggu mama mati agaknya baru Mizan nak balik "

Tengku Hamizan mengetap bibir . Dia meraup mukanya dengan kasar .

" Fine . Mizan balik malam ni . Tapi sekejap je . Esok pagi Mizan balik sini semula "

" Sekejap pun jadilah ... Nanti dah nak gerak ke sini , bagitahu mama ye . Jangan lupa bawa Dhia dan Noah sekali . Mama pun rindu pada mereka . "

" Hurm ... Dahlah , Mizan letak telefon dulu . Assalamualaikum "

" Waalaikumussalam ... "

Panggilan dimatikan lalu telefon mahalnya diletakkan semula ke dalam poket . Dia kembali menjamah makanan untuk mengisi perut yang kosong .

Kalau diikutkan hati , memang dia ingin balik bercuti di rumah mama nya sendiri . Tetapi kerja di ofis menghalang . Siapa yang nak siapkan kerja itu kalau bukan dia ?

Nasib baik Hajah Shahidah mengizinkan anak kesayangan nya ini balik hari . Kalau tak, pening Hamizan hendak mencari alasan .



__

W A R D A H (OG)Where stories live. Discover now