🌱06

6.3K 808 44
                                    


𓊈𒆜A Minute Of Hope𒆜𓊉

Adakah yang menunggu cerita ini untuk Update?!
Selamat membaca ya, semoga suka dengan cerita tak seberapa ini










Sejak kemarin, suasana hati Renjun tampak begitu ringan. Entahlah, mungkin karena efek bisa makan siang bersama dengan Jeno setelah sekian lama ia berusaha dan makannya selalu berakhir di tempat sampah. Baekhyun yang melihat putra keduanya terlihat begitu cerah, tentu senang sebab kebahagiaan Renjun juga menjadi kebahagiaan Baekhyun.

“Ada angin apa nih? Kok tumben adek senyum-senyum terus Mama perhatiin dari tadi.” Ujar Baekhyun menggoda si bungsu sembari menyenggol pelan bahu sempit Renjun.

Ucapan sang Mama rupanya berhasil memunculkan semburat merah di pipi Renjun, sedikit malu sebab tertangkap basah sedang senyum-senyum tidak jelas. Renjun sendiri saja tak sadar jika ia tengah tersenyum saat ini.

“Enggak ada apa-apa kok, Ma.. Adek lagi seneng aja.” Jawab Renjun sembari menunjukan deretan giginya yang putih.

Untungnya Baekhyun tak menuntut jawaban lebih dari sang anak, justru submisive itu tersenyum sembari menyentuh surai hitam milik Renjun lantas mengusapnya pelan. “Mama seneng kalau Renjun seneng, sarapan gih, biar Mama panggil kakak mu.”

“Iya, Ma..”

Baekhyun membawa langkah kaki pergi meninggalkan Renjun di ruang makan. Si remaja lantas mengambil tempat duduk dan menyantap sarapan buatan sang Mama dengan senang hati. Senyum Renjun semakin melebar saat merasakan cita rasa masakan sang Mama yang selalu memanjakan lidah, kapan-kapan Renjun akan minta sang Mama untuk mengajarinya memasak, supaya rasa masakan Renjun semakin enak dan tak kalah dengan kepunyaan si Mama.

Selepas makan, Renjun bersama Lucas berangkat ke sekolah. Sepanjang jalan menuju sekolah, beberapa kali Renjun menguap dan tentu saja hal itu menarik atensi Lucas.

“Semalem tidur jam berapa sih, Njun? Kamu tuh kebiasaan, dibilang jangan begadang ngeyel banget sih, nggak baik buat kesehatan.”

Alih-alih takut mendengar omelan sang kakak, Renjun justru tertawa sebab ekspresi sang kakak saat sedang marah begitu lucu. Bukan hanya sekali, tapi Lucas sudah sering memperingatkan Renjun untuk tidak tidur larut malam, akan tetapi adiknya ini sangatlah keras kepala dan seringkali abai dengan peringatan yang Lucas berikan.

“Dibilangin malah ketawa, Kakak serius tauk!”

“Iya kak, maaf. Tapi semalem aku nggak begadang kok, jam sepuluh udah tidur, cuma emang hawanya ngantuk banget sekarang tuh, jadi pengen tidur.”

Lucas mengacak pelan rambut sang adik dengan sebelah tangannya yang bebas, “Alasan aja kamu tuh!” Ujar Lucas yang di susul kekehan kecil dari mulutnya, begitu juga dengan Renjun.

Tak butuh waktu lama, akhirnya mobil Lucas berhenti tepat di parkiran sekolah. Renjun segera turun sebab matanya menangkap sosok Guanlin sang sahabat baik sejak mereka masih kecil, sepertinya sudah lama sekali Renjun tak melihat sahabatnya ini. Barangkali karena Guanlin kini sibuk dengan organisasinya sedangkan Renjun tak begitu menyukai ekstrakurikuler, jadi setelah sekolah selesai dia pasti langsung pulang. Lagi pula, kedua orang tuanya pasti tak akan suka jika Renjun ikut organisasi atau ekstrakurikuler di sekolahnya.

Lucas yang di tinggal begitu saja, sontak kebingungan. Namun, saat melihat kemana langkah kaki kecil adiknya pergi, ia tersenyum dan memaklumi.

“Dooor!!” Seru Renjun sembari menepuk pelan kedua bahu Guanlin dari belakang, hal itu sukses membuat lelaki keturunan China itu terkejut, bahkan jantungnya nyaris meloncat keluar akibat rasa keterkejutannya.

A Minute of Hope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang