"Jangan menjadi pelangi untuk orang yang buta warna."
»»--✤--««
"Gila sih, Njun, skill masak lo makin nambah hebat aja deh, sumpah ini enak banget, nggak bohong gue.." Puji Haechan yang dengan lahapnya memasukan makanan buatan Renjun ke dalam mulut, lelaki tan dengan pipi gembul itu tampak antusias dan menikmati cita rasa dari masakan Renjun yang memang tak pernah mengecewakan lidahnya. "Kalo kayak gini, gue mau deh lo bawain bekal tiap hari, beneran ikhlas gue... Hitung-hitung menghemat uang jajan gue.." Imbuhnya dengan senyum pepsoden yang mengundang sebuah senyum manis dari Huang Renjun.Jaemin merotasi kan bola matanya, lantas memukul lengan Haechan, "Itu mah, enak di elo, susah di Renjun.. Jangan mau, Njun, si Gembul makannya banyak, ntar yang ada lu bangkrut gara-gara dia.. Mending gue aja nggak sih? Makan gue dikit soalnya."
"Heh tutup botol kecap! Sama aja elu mah!"
Renjun tertawa pelan melihat tingkah konyol kedua sahabatnya yang tampak lucu saat sedang berdebat seperti ini. Perasaan sesak dan sedih yang semula menyelimuti hatinya, kini telah menguap entah kemana, yang jelas Renjun sudah tak memikirkannya lagi.
"Udah-udah, jangan berantem..." Ujar Renjun melerai perdebatan antara Haechan dan Jaemin, "Jangan khawatir, bwsok-besok aku bawain yang banyak supaya kalian bisa ikut ngerasain masakan buatan aku.." Imbuh Renjun yang mendapatkan rekasi mata berbinar dari Haechan, melihat itu Renjun kembali tertawa pelan.
Kantin yang semula tenang, diisi dengan berbagai macam siswa yang sibuk menikmati makanan sambil bercengkrama hangat dengan sahabat mereka, mendadak gaduh akibat seroang siswa laki-laki yang datang tergopoh memberikan kabar yang cukup membuat Renjun terkejut dan melesat pergi dari kantin secepat kilat.
"Lee Jeno dari kelas 11-A berantem sama Hyunjin kelas 11-C di deket lapangan in door! Gila!"
Haechan dan Jaemin tentu tak tinggal diam, keduanya menyusul Renjun yang sudah pergi lebih dulu, bahkan submisive manis itu sudah tak terlihat lagi di area kantin.
Renjun berhenti sejenak, bersandar pada tembok kelas yang berada dekat dengan lapangan dalam ruangan, mengatur deru napas yang mendadak sesak akibat di paksa untuk berlarian. Tidak, Renjun harus tenang, jika tidak akan berkaibat buruk untuk dirinya sendiri. Dengan perlahan-lahan Renjun menarik napas dan menghembuskannya pelan, saat di rasa pasokan udara yang masuk ke dalam paru-parunya sudah lebih baik, Renjun kembali berjalan cepat menuju lapangan.
Kala Renjun sampai di depan lapangan in door, tepat di koridor ia melihat begitu banyak siswa yang berkerumun dengan suara ribut khas orang berkelahi di tengah-tengah kerumun. Kadang Renjun tidak mengerti, mengapa semua siswa begitu suka menonton perkelahian? Alih-alih memisahkan mereka agar tak terluka lebih parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Minute of Hope ✔
Genç Kurgu[NOREN] Dia Huang Renjun, seorang yang selalu berharap suatu hari nanti entah kapan cintanya akan terbalaskan. Meskipun berulang kali harus menelan pil pahit sebuah penolakan, Renjun tak pernah sekalipun menyerah. Namun, bagaimana jika pada akhirny...