- a m i n u t e o f h o p e -
Renjun menatap pantulan diri dari balik cermin di hadapan, betapa buruk sekali sosoknya yang kini tampak pucat dengan mata bengkak lantaran menangis semalaman.
Setelah obrolan keduanya ditepi pantai siang itu, Renjun lantas meminta untuk segera pulang dengan dalih jika sang mama sudah sibuk mengirim pesan agar Renjun cepat pulang. Kendati Jeno tahu bahwa Renjun hanya berbohong, si lelaki tetap saja menuruti keinginan Renjun untuk pulang. Sepanjang jalan hanya di isi keheningan, baik Renjun dan Jeno sibuk dengan isi kepala masing-masing.
Terus terang, hingga kini hati Renjun masih terasa sakit seperti ada ribuan jarum yang ditusuk satu demi satu.
Apa yang bisa ia lakukan? Semuanya sudah berkahir, meski ada sisa hari sebelum satu bulan ini selesai, Renjun memutuskan untuk mengakhiri lebih awal sebab dia takut menjadi serakah dan tak ingin melepaskan Jeno.
Lantas Renjun tersenyum tipis, sekali lagi menatap pantulan diri dibalik cermin seraya berujar. “Nggak apa-apa, kamu udah ngelakuin hal bener, Renjun.” Ujarnya seolah tengah berbicara pada sosoknya dibalik cermin. Renjun tahu, sejak awal hubungannya dengan Jeno itu mustahil tapi ia selalu berusaha untuk mendekati Jeno bahkan rela membuang seluruh ego dan rasa malu.
Sekarang tugas Renjun adalah menata kembali hatinya yang telah hancur, mengambil serpihan-serpihan yang masih tersisa agar utuh kembali meski nantinya tak akan sama. Setidaknya, Renjun sudah pernah merasakan bagaimana menjadi kekasih Jeno. Pikir Renjun guna menghibur diri.
Lamunan Renjun sontak buyar tatkala mendengar suara ketukan pada pintu kamar, di susul suara sang kakak, “Dek, udah selesai belum? Yuk sarapan.”
“Iya, abis ini aku turun, kakak duluan aja.” Balas Renjun lantas memoles bibir pucat nya dengan lipstik berwarna pink agar tak tampak menyedihkan. Hanya ada satu masalah, bengkak pada area mata masih terlihat dengan Jelas, Renjun hanya berharap orang-orang tak akan peduli dan bertanya tentang alasan kenapa matanya begitu bengkak, kalaupun ada yang bertanya Renjun tinggal berdalih bahwa ia habis maraton drama Korea yang begitu sedih hingga ia menangis semalaman.
Renjun tidak tahu bagaimana akan bersikap saat bertemu dengan Jeno nanti, yang jelas ia telah mendikte diri agar tak sampai kelepasan sebab ia sudah berjanji tak akan mengganggu Jeno lagi.
Sedang di lain sisi. Jeno tengah dalam perjalanan menuju sekolah dengan menggunakan mobil mengingat sepeda motornya masih menginap di bengkel lantaran mogok.
Perasaan aneh sekaligus tak nyaman masih membungkus hati Jeno, apalagi ketika ia mengingat bagaimana tatapan mata Renjun siang itu semakin membuat perasaan Jeno tak menentu. Bukankah seharusnya Jeno merasa bahagia karena pada akhirnya bisa terlepas dari Renjun? Dia tak perlu lagi repot berurusan dengan si bocah Huang dan bebas melanjutkan rencananya untuk mendekati Yuna, akan tetapi kenapa dia tidak bahagia? Kenapa rasanya seolah ada sesuatu yang membuatnya tidak rela?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Minute of Hope ✔
Ficção Adolescente[NOREN] Dia Huang Renjun, seorang yang selalu berharap suatu hari nanti entah kapan cintanya akan terbalaskan. Meskipun berulang kali harus menelan pil pahit sebuah penolakan, Renjun tak pernah sekalipun menyerah. Namun, bagaimana jika pada akhirny...