- A m i n u t e
O f h o p e –Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam, suasana rumah sakit begitu hening tanpa ada satupun suara manusia yang terdengar memecah kesunyian, kendati demikian suara binatang malam masih dapat Renjun dengar. Lucas yang malam ini bertugas menjaga Renjun sedang keluar lantaran harus menerima sebuah telepon penting, sepertinya Renjun sedikit tahu perihal siapa yang menghubungi sang kakak pada jam seperti ini.
Lantaran bingung harus melakukan apa, Renjun putuskan untuk mencoba memejamkan mata, barangkali rasa kantuk akan datang dan membawanya guna menjemput alam mimpi.
Namun, baru saja Renjun memejamkan mata, indera pendengaran menagkap sebuah suara pintu yang terbuka di susul dengan seseorang yang melangkah masuk ke dalam ruangannya. Mulanya, Renjun pikir itu adalah sang kakak, akan tetapi kenapa kakanya hanya diam saja tanpa mengatakan apapun?Renjun nyaris saja membuka mata sebelum akhirnya dia tahu siapa sosok yang kini tengah duduk di samping tempat tidurnya.
“Renjun..”
Suara itu, bahkan jika Renjun menutup mata dia jelas tahu betul siapa pemilik suara tersebut dengan begitu mudah. Yang membuat Renjun bingung adalah, kenapa Jeno kembali kemari pada jam seperti ini? Biasanya dia akan pulang saat hari menjelang malam dan tidak pernah kembali sebelum hari berganti.Sejak pertemuannya dengan Yuna sore tadi, Jeno belum pulang dia hanya terus berkeliling tanpa tujuan lalu tiba-tiba saja Jeno sampai di depan pintu ruangan Renjun, seolah dia memang ingin kembali kemari.
“Sekarang gue tahu kenapa lo benci banget sama gue, Ren, bahkan maaf aja nggak mungkin cukup buat bikin lo bisa lupain semua yang udah gue lakuin ke elo..” Jeno memulai pembicaraan, dia tahu jika Renjun sedang tidur hanya saja Jeno tidak ingin menanggung beban ini lebih lama lagi sebab hatinya benar-benar tidak sanggup.
“Hari ini gue putus sama Yuna, Ren.. Gue pikir selama ini orang yang gue cintai itu Yuna, tapi ternyata gue salah karena sebenarnya orang yang gue cintai itu elo.. Berulang kali gue nyangkal perasaan gue, tapi pada akhirnya gue nggak bisa bohongin diri gue sendiri.” Jeno menundukkan kepala, setetes air mata berhasil membasahi wajahnya. “Nggak, gue sama sekali nggak nyesel karena udah putus sama Yuna, justru gue ngerasa lega karena udah berhasil lepasin Yuna supaya dia nggak perlu ikut keseret masuk dalam hidup gue yang kacau ini.”
Jujur, Renjun terkejut mendengar pengakuan Jeno yang mengatakan bahwa dia mencintai dirinya dan bukan kakak sepupunya. Namun, apa yang akan berubah? Bukankah ini sudah sangat terlambat bagi Jeno ataupun Renjun untuk memulai kembali segala kisah yang belum sempat terjalin dengan benar?
“Mungkin lo nggak akan pernah denger omongan gue ini, Ren, tapi gue ngerasa lega karena bisa ngomong ini secara langsung ke elo… Besok, gue bakal dateng lagi, gue bakal tunjukin ke elo kalo gue mau berubah dan memperbaiki semuanya sampai lo mau maafin gue.”
Selepas berbicara panjang lebar pada seseorang yang Jeno pikir tertidur, Jeno memutuskan untuk pergi, dia harus pulang sebab pasti sang ibu akan khawatir bila tahu bahwa Jeno belum pulang ketika hari semakin larut malam. Perasaan Jeno sedikit lebih ringan, esok dia pasti akan menepati ucapannya yang telah dia katakan pada Renjun.
Sepeninggal Jeno. Kedua kelopak mata Renjun terbuka dengan sempurna, setetes air mata keluar dari sudut mata Renjun hingga berkahir menjadi anak sungai yang mengalir deras.
Kenapa disaat Renjun sudah menyerah akan cinta dan kehidupannya, Jeno justru Jeno datang dengan membangkitkan kembali harapan Renjun yang sempat padam, kenapa?Renjun bukan orang munafik, dia tentu saja merasa senang mendengar apa yang Jeno bicarakan sebelumnya, perihal perasaan sang dominan yang mengakui telah jatuh hati padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Minute of Hope ✔
Fiksi Remaja[NOREN] Dia Huang Renjun, seorang yang selalu berharap suatu hari nanti entah kapan cintanya akan terbalaskan. Meskipun berulang kali harus menelan pil pahit sebuah penolakan, Renjun tak pernah sekalipun menyerah. Namun, bagaimana jika pada akhirny...