🌱05

6.1K 814 21
                                    

“Aku bangga karena mencintaimu, meski aku harus jatuh berkali-kali, namun tak apa sebab aku tak pernah menyesal menjatuhkan hatiku padamu.”

𓊈𒆜A Minute Of Hope𒆜𓊉

Lucas tengah sibuk berkutat dengan buku pelajaran yang ada di atas meja, kebetulan besok ada ujian yang mengharuskan Lucas mempersiapkan diri agar mendapatkan nilai yang, ya, setidaknya tidak perlu mengulang minggu depan.

Di tengah kesibukannya, tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari luar dan tak berapa lama sosok sang ibu yang membawa camilan dan teh hangat menjadi pusat perhatian.

Jelas Lucas merasa tidak enak hati dengan sang mama, “Mama, aku kan bisa ambil sendiri, kenapa Mama malah repot bawa kemari.” Protes si sulung, bukan ia tidak senang sebab sang mama memperhatikan, namun ia sudah cukup besar dan bisa melakukannya sendiri tanpa harus merepotkan.

Baekhyun tersenyum, seolah ocehan sang anak tak berarti apapun. Baekhyun meletakkan camilan dan teh hangat di atas meja Lucas sedikit jauh dengan buku sang anak agar tak mengganggu atau barangkali tehnya bisa tumpah dan membasahi buku.

“Belajar boleh, tapi seperlunya aja ya, istirahat jangan lupa.” Baekhyun tidak pernah menuntut anak-anaknya harus menjadi juara kelas, asalkan mereka belajar dengan baik dan tumbuh sehat maka itu lebih dari cukup.

“Oh ya, Adikmu dimana? Udah lewat makan malam kenapa belum pulang?”

“Dia bilang tadi lagi jalan-jalan sebentar sama temennya, mungkin masih di jalan, Ma.”

Mendengar jawaban Lucas tak membuat hati Baekhyun yang resah merasa lebih baik. Ini memang bukan pertama kalinya Renjun belum pulang lewat dari jam makan malam, akan tetapi Baekhyun tidak bisa untuk tidak khawatir, selalu saja pikiran-pikiran buruk tentang Renjun mampir dalam benaknya.

Lucas menyentuh tangan sang mama, hal itu berhasil menarik atensi Baekhyun, “Jangan khawatir, Ma. Nanti kalau sampai jam delapan Renjun belum pulang, Lucas bantu cari.”

Baekhyun tersenyum tipis, “Em, ya.. Sebentar lagi adikmu pasti pulang.” Baekhyun berusaha untuk tidak berpikir buruk. Ya, Renjun pasti baik-baik saja.

Baekhyun hendak beranjak dari kamar Lucas, akan tetapi ketika ia sampai di ambang pintu, Baekhyun teringat akan sesuatu. “Lucas, gimana hasilnya? Kamu udah ketemu sama Guanlin, kan?”

Tangan Lucas yang semula sibuk menulis seketika terhenti, dengan gerakan patah-patah ia menoleh pada sang ibu yang menunggu jawabannya di ambang pintu, “Maaf Ma, masih belum ada.” Berat untuk Lucas mengatakannya, tapi dia juga tidak mungkin berbohong pada sang ibu, “Tapi Mama nggak perlu khawatir, Lucas juga bantu cari kok.”

Helaan napas pelan meluncur dari belahan bibir Baekhyun, berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa dirinya kecewa sekaligus sedih dengan jawaban sang anak. Mau bagaimana lagi? Mencari pendonor jantung untuk Renjun tidaklah mudah, Baekhyun hanya bisa berharap bahwa mereka bisa segera menemukan orang yang berbaik hati mendonorkan jantungnya untuk Renjun sebelum semuanya terlambat.

“Mama ngerti, kamu lanjutin aja belajarnya, Mama mau lihat adikmu udah pulang atau belum.” Baekhyun membawa langkah kaki keluar dari kamar Lucas, tak lupa ia menutup pintu kamar agar konsentrasi belajarnya tak terganggu.

Sedang di sisi lain, Renjun baru saja sampai di depan rumahnya. Tadi mereka sudah memutuskan untuk pulang akan tetapi tiba-tiba ban motor Jeno bocor di tengah jalan membuat keduanya harus berhenti dan berjalan kaki untuk menemukan tempat tambal ban, barulah mereka bisa kembali setelah motor Jeno diperbaiki.

A Minute of Hope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang