🌱16.

5.8K 794 45
                                    

- a m i n u t e o f h o p e -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- a m i n u t e o f h o p e -


Lucas kebingungan tatkala pulang bersama Renjun, sang adik tampak diam dengan raut wajah kesal. Dalam benak bertanya-tanya, apakah mungkin ada sesuatu yang mengganggu sang adik di sekolah hingga membuat suasana hati Renjun muram? Atau barangkali Jeno kembali berulah dan membuat adiknya sakit hati? Jika benar begitu maka Lucas tak akan segan untuk memberikan pelajaran kedua pada si dominan yang telah berani menyakiti rubah kecilnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Lucas menyuarakan tanya sebab merasa terganggu dengan diamnya sang adik.

"Don't talk to me, i'm angry!" Jawab Renjun dengan bibir manyun seraya melipat tangan di dada.

Kening Lucas membentuk lipatan kecil, "Marah sama kakak? Kenapa?" Lucas masih tidak menyadari prihal apa yang ia lakukan pada Jeno hari ini, yang membuat rubah kecilnya marah.

"Jangan pura-pura nggak tahu deh, kak." Ujar Renjun seraya menatap sang kakak dengan sorot mata kesal, meski di mata Lucas itu tampak menggemaskan. "Kenapa pukul Jeno? Kakak kan udah janji nggak akan marah," Imbuh Renjun dengan nada suara kecil serta pandangan mata yang sengaja ia alihkan ke tempat lain. 

Ah, Lucas mengerti sekarang, “Jadi kamu marah gara-gara itu?”

Renjun mengangguk pelan, padahal semalam Lucas berjanji tidak akan melakukan apapun pada Jeno sekalipun Renjun tahu bahwa apa yang dilakukan sang dominan sangat keterlaluan.

Lucas tak habis pikir, entah apa yang membuat sang adik begitu baik dan dengan begitu mudah memaafkan Jeno. Lucas memang mengatakan tidak akan melakukan apapun, namun sebagai seorang kakak apakah dia bisa diam dan menerima adiknya diperlakukan seperti itu? Tentu saja tidak!

“Kamu tahu, Jeno pantes dapetin itu!” Ujar Lucas masih memendam rasa kesal pada sosok Jeno, lantas ia menambahkan, “Kalo bisa mau kakak patahin tangan sama kakinya!!”

“Jangan!” Renjun seketika menginterupsi seraya menatap ke arah Lucas dengan bola mata yang melebar lantaran terkejut dengan ucapan sang kakak.

Sebab tak ingin terjadi hal buruk, untuk sejenak Lucas menepikan mobil agar memudahkan dirinya berbincang dengan sang adik.

“Kenapa jangan? Dia udah ninggalin kamu di sungai Han dengan udara sedingin itu, kalo terjadi sesuatu sama kamu gimana?” Ujar Lucas setelah berhasil menepi. “Ren, dengerin kakak, Mama, Papa sama Kakak ngejaga kamu dengan baik. Siapa Jeno sampai dia berani ninggalin kamu sendirian di sungai Han?”

Renjun diam, tak berniat menyanggah ucapan sang kakak sebab semua yang dikatakan Lucas adalah benar adanya.

“Kalo kamu pingsan gimana? Kakak harus apa? Gimana cara kakak ngomong sama Mama? Mama pasti khawatir banget..”

Renjun menunduk dalam seraya menggigit bawah bibirnya pelan, “Maafin Renjun kak, Renjun salah.”

Lucas menggeleng pelan, tangannya tergerak guna merengkuh Renjun dalam dekapan. “Nggak, kamu nggak salah, kakak cuma khawatir sama kamu, Ren.. Lain kali jangan begitu ya, kalo ada apa-apa langsung telpon kakak, oke?” Dalam dekapan Lucas, Renjun mengangguk samar.

A Minute of Hope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang