🍂26

7.1K 835 85
                                    

- a m i n u t e
o f h o p e -
;



Suara pintu yang terbuka berhasil memecah keheningan pada salah satu ruangan yang di isi seorang lelaki manis yang terbaring tak berdaya dengan berbagai macam alat bantuan yang menempel pada tubuhnya. Sosok yang baru saja membuka pintu dan menutupnya kembali tersebut membawa langkah semakin dekat pada si lelaki manis.

“Hai..” Sapa sosok yang tak lain adalah Lucas pada si lelaki manis yang terbaring tak berdaya; Renjun.

Lucas tatap wajah pucat tak bercahaya sang adik, tak ada lagi senyum jenaka yang biasa dia lihat dari wajah sang adik ataupun wajah marah ketika dengan sengaja Lucas menjahili. Demi Tuhan, Lucas sangat merindukan suara dan segala tingkah sang adik.

Tangan Lucas bergerak guna menggenggam tangan Renjun yang terbalut selang infus, pasti rasanya sangat sakit, padahal Lucas tahu betul bahwa sang adik sangat benci ketika harus di suntik ataupun di infus.

“Hai, gimana kabarnya adek kakak yang gemes ini? Udah seminggu lebih, apa adek nggak mau bangun? Mimpinya indah banget ya?” Lucas menggigit bibir bawah, menahan luapan air mata yang berlomba keluar dari pelupuk mata, “Renjun tahu? Mama, Papa sama Kakak, kangen banget sama kamu. Kakak tahu, Renjun anak yang kuat jadi ayo berjuang sedikit lagi, jangan nyerah ya, dek.” Pada akhirnya Lucas tak dapat membendung air mata, dia menangis dengan perasaan sesak yang amat sangat luar biasa hingga membuatnya nyaris tak bisa bernapas dengan benar.

“Kami semua sayang sama adek, nggak apa-apa kalo semisal adek mau istirahat, tapi jangan lama-lama ya? Kita semua kangen sama adek.” Lucas menyeka air mata yang membasahi wajah, manik mata masih setia memandang wajah sang adik. “Kamu tahu, akhir-akhir ini Jeno sering banget dateng ke rumah kita, itu anak nggak ada capeknya nyariin kamu, padahal udah kakak usir tapi tetep aja dia balik lagi, udah kayak anjing yang lagi nyariin majikannya.”

Benar, seperti apa yang Lucas katakan bahwa Jeno masih setia datang ke rumah mereka, bahkan diam-diam mengintai rumah sudah seperti maling dan itu benar-benar mengganggu.

Lucas menyeringai kecil, “Bukannya dia udah terlambat ya, dek? Setelah kamu kayak gini, kenapa baru sekarang dia nyari kamu?” Sampai kapanpun Lucas tak akan pernah memberi tahu Jeno perihal sang adik, biarkan saja si pria yang hanya bisa menyakiti adiknya itu kebingungan dan menyesal seorang diri.

Lucas usap pelan surai hitam sang adik, “Cepet bangun ya, dek, kita semua nungguin kamu disini.” Ujar Lucas, kemudian dia kembali menceritakan tentang apa saja yang ia lakukan seminggu terkahir pada adiknya sebab Lucas percaya, sekalipun mata Renjun terpejam tapi pasti adiknya sanggup mendengar seluruh kalimat yang ia ucapkan.

- a m i n u t e o f h o p e -

Sudah si usir dan di caci maki oleh Lucas, tapi tampaknya Jeno benar-benar tak pantang menyerah sebelum apa yang menjadi tujuan terpenuhi. Lihatlah, dia sudah seperti satpam yang menjaga rumah Renjun selama 24 jam dengan harapan setidaknya akan melihat si kecil Huang. Namun anehnya sudah seminggu lebih tapi Jeno sama sekali tak melihat orang keluar dari dalam rumah Renjun selain Lucas.

Jeno jadi bertanya-tanya, apakah Renjun tak ada di rumah? Lalu dimana dia sekarang?

Jeno mengacak rambutnya, yang lebih membuat Jeno kesal adalah dia tak memiliki sedikitpun petunjuk akan keberadaan Renjun, pesan yang dia kirim tak kunjung mendapat balasan, telponnya tidak aktif dan orang-orang terdekat Renjun seolah sengaja menutupi serta menjauhkannya dari Renjun.

Hari ini, bagaimanapun juga Jeno harus bisa setidaknya mengetahui dimana keberadaan Renjun. Dengan langkah yang penuh percaya diri, Jeno menghampiri Lucas yang tengah duduk menikmati makan siang di kantin sekolah, beruntung sebab Lucas duduk seorang diri jadi Jeno bisa menghampiri tanpa ragu.

A Minute of Hope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang