🍂27

5.1K 738 54
                                    

- a m i n u t e o f h o p e -

;

Mata itu masih terpejam dengan rapat, betapa Baekhyun sangat merindukan kilauan mata sang putra yang amat ia sayangi, Baekhyun rindu bagaimana suara dan tawa riang sang putra yang selalu membuat dunianya terasa lebih hidup. Tangan Baekhyun tergetak guna mengusap pipi Renjun dengan lembut.

“Sayang..” Bagaimana ini? Bahkan rasanya lidah Baekhyun begitu kelu hanya untuk mengatakan sepatah kata dengan mata yang telah basah oleh air mata, demi Tuhan melihat Renjun yang terbaring tak berdaya seperti ini adalah hal yang begitu menyakitkan untuk Baekhyun.

Baekhyun usap air mata yang membasahi wajah, “Renjun sayang, Mama kangen banget sama Renjun, istirahatnya jangan lama-lama ya..” Ungkap Baekhyun dengan susah payan lantas memberikan sebuah kecupan kecil pada kening Renjun.

Jika bisa, Baekhyun berharap bahwa seluruh rasa sakit yang Renjun alami dipindahkan seluruhnya pada dirinya agar putranya dapat tumbuh seperti anak-anak lain pada umumnya, sehingga Renjun tidak perlu merasakan sakit yang seperti bom waktu; dapat meledak kapan saja. Tidak ada ibu yang tahan melihat anaknya harus menderita seperti ini.

Ditengah lamunannya, Baekhyun dikejutkan dengan pergerakan tangan Renjun di susul mata sang anak terbuka sedikit dengan gumaman pelan yang keluar dari mulut Renjun.

“Renjun!” Baekhyun mendekat mencoba mendengar apa yang sang anak katakan, meskipun tak begitu jelas tapi Baekhyun tahu jika putranya tengah menyebut sebuah nama seseorang, maka buru-buru Baekhyun menekan tombol darurat guna memanggil dokter yang menangani Renjun dengan harapan bahwa putranya akan sadar setelah ini.

Lucas bergegas datang ke rumah sakit selepas mendapatkan kabar dari sang ibu jika Renjun sempat membuka mata dan kini tengah ditangani oleh dokter.

Namun sayangnya harapan mereka tak terwujud dengan mudah sebab reaksi yang Renjun berikan bukanlah tanda bahwa dia sadar sepenuhnya. Tentu hal ini kembali membuat Baekhyun merasa sedih dan menangis. Lucas tak tinggal diam dan membawa sang ibu ke dalam dekapan.

“Adek tadi sadar Lucas! Tangannya juga gerak! Tapi kenapa dokter bilang kalau Renjun masih nggak sadar?!” Tangis Baekhyun yang tak dapat menahan rasa sakit di hatinya.

Lucas usap punggung sang mama dengan lembut, dia sendiri pun berharap ketika datang akan di sambut dengan senyum cerah sang adik. “Iya Ma, Lucas percaya.. Adek pasti bakal secepatnya sadar,” Ujar Lucas mencoba menghibur sang ibu.

Baekhyun melepaskan pelukan sang anak, dia teringat dengan apa yang Renjun gumamkan dalam tidurnya. “Lucas, apa kamu tahu Jeno? Tadi, tadi adek sempet nyebut nama dia pas sadar sebentar! Dia temennya adek kan? Coba kamu bawa dia kesini Lucas, siapa tahu dengan kehadiran dia, adek bisa cepet sadar.” Meskipun ini hanya sebuah asumsi yang tidak berdasar, namun bukankah tidak ada salahnya untuk mencoba segala cara yang memiliki peluang untuk membuat putranya kembali sadar? Begitulah yang Baekhyun pikirkan.

Sedang disisi lain, Lucas tersenyum getir. Bahkan dalam alam bawah sadar sang adik dia tetap saja memikirkan lelaki brengsek seperti Lee Jeno.

“Dek, sebesar itu ya rasa cinta kamu sama Jeno? Sampai kamu kayak gini aja masih sempet buat sebut nama dia?”

⋇⋆✦⋆⋇

Setelah mangkir cukup lama dan berkali-kali membatalkan janji kencan bersama dengan Yuna, Jeno akhirnya memutuskan bertemu dengan si gadis dan menunaikan janji mereka untuk jalan-jalan.

“Jeno!” Senyum lebar Yuna menyambut Jeno ketika si gadis telah keluar dari dalam rumah dan bergegas menghampiri dirinya.

Jeno akui Yuna memang cantik, akan tetapi kenapa hatinya sama sekali tak berdebar seperti pertama kali mereka bertemu? Kenapa perasannya kini biasa saja ketika iris mata keduanya bersi tatap? Apakah yang ibunya katakan benar, bahwa sebenarnya Jeno hanya kagum dan bukan benar-benar mencintai Yuna sepenuhnya.

A Minute of Hope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang