- a m i n u t e
o f h o p e -;
Haechan tersentak kaget tatkala Jaemin datang dengan wajah marah serta memukul mejanya kasar. Entah apa yang terjadi pada Jaemin, namun Haechan tahu betul bahwa teman baiknya ini sedang dalam suasana hati yang buruk. Jaemin itu tipe orang yang mengatakan apapun dengan gamblang, ketika dia marah maka dia akan menunjukkannya dengan jelas. Namun, yang Haechan tidak paham adalah alasan kenapa Jaemin terlihat begitu marah.
“Kenapa sih lu? Masih pagi dah emosi aja,” Ujar Haechan. Seingatnya Haechan tidak melakukan sesuatu yang membuat Jaemin kesal, lalu kenapa amarah yang membara ini seolah ditunjukkan kepada dirinya.
“Lo jahat banget ya, Chan, sama gue! Lo sama Renjun anggep gue apa sih sebenernya?!” Ungkap Jaemin yang merasa telah dikhianati oleh Haechan.
Demi Tuhan, Haechan tidak mengerti dengan topik apa yang sebenarnya ingin Jaemin sampaikan padanya, “Bentar deh, maksud lu apaa? Gue sama Renjun ngapain elo?”
Sebelum Renjun masuk rumah sakit, memang Haechan merasa bahwa dirinya lebih sering menghabiskan waktu berdua saja dengan Renjun, namun bukan berarti mereka melupakan Jaemin pun ketika mereka pergi mereka selalu menawarkan pada Jaemin apakah dia mau ikut, hanya saja waktu janjian mereka selalu bertentangan dengan Jaemin yang telah lebih dulu berjanji dengan kekasihnya.
“Nggak usah pura-pura deh, gue udah tahu semuanya!” Masih dengan nada yang tak bersahabat, Jaemin kini menatap Haechan dengan sorot mata yang tampak sendu.
Agaknya Haechan mulai menagkan maksud dari Jaemin, namun tentu dia tak ingin berasumsi secepat ini. “Apa sih, Jaem? Kalo ngomong tuh yang jelas!” Pancing Haechan, takutnya topik yang akan mereka bahas berbeda dengan yang tengah Haechan pikirkan.
Jaemin diam untuk sesaat lantas kembali menatap Haechan dengan sorot mata sendu seperti sebelumnya, “Kenapa lo nggak bilang kalau Renjun sakit? Kenapa cuma gue doang yang nggak tahu kalau Renjun sakit? Kita tuh temen bukan sih? Kenapa hal sepenting ini gue nggak tahu?” Pada akhirnya Jaemin utarakan juga isi hati yang sejak beberapa hari ini dia pendam sendiri, rasanya dia seperti telah dikhianati oleh kedua orang yang dia anggap sebagai sahabat.
Haechan menghela napas. Benar, sebaik apapun menyimpan sebuah rahasia pada akhirnya semua orang akan tahu juga tentang masalah ini, “Lo tau dari mana?”
“Nggak penting gue tau dari mana, Chan! Sekarang lo jawab aja, kenapa lo nggak ngasih tahu gue?!”
Dari mana sebaiknya Haechan menjelaskan semua ini pada Jaemin agar si teman baiknya ini tak salah paham dan berpikir yang bukan-bukan?
“Jaem, gue nggak ada maksud sama sekali buat nutupin masalah ini dari elo, gue juga baru tahu masalah ini gara-gara nggak sengaja ketemu Renjun pas dia checkup sama nyokap gue. Gue mau kasih tahu elo, tapi Renjun nolak, dia sampe mohon-mohon supaya gue nggak kasih tahu orang lain tentang kondisi dia.” Jelas Haechan sembari mengingat pertemuannya dengan Renjun kala itu, “Maaf kalau elo negarasa nggak di anggep, tapi demi Tuhan, bukan mau gue nutupin ini dari elo.”
Tubuh Jaemin beku, dia harap bahwa apa yang Haechan katakan tidaklah benar, dia masih berpikir bahwa semuanya adalah kebohongan yang mereka buat untuk mengerjainya. Namun, setelah mendengar langsung dari Haechan semakin membuat Jaemin tidak bisa mengelak.
Bagaimana bisa selama ini dia tidak menyadarinya? Entah Renjun yang pandai berpura-pura atau Jaemin yang tidak peka?
“Terus, gimana keadaan Renjun sekarang?”
“Dia masih belum sadar, masih nunggu donor juga..”
Kaki Jaemin rasanya lemas, dia putuskan untuk duduk di kursi kosong yang ada di depan meja Haechan, “Kenapa nasib Renjun gini banget sih, Chan? Dia anak baik, tapi kenapa Tuhan kasih dia cobaan seberat ini?” Tanya Jaemin dengan pandangan yang jatuh menatap lantai ruang kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Minute of Hope ✔
Teen Fiction[NOREN] Dia Huang Renjun, seorang yang selalu berharap suatu hari nanti entah kapan cintanya akan terbalaskan. Meskipun berulang kali harus menelan pil pahit sebuah penolakan, Renjun tak pernah sekalipun menyerah. Namun, bagaimana jika pada akhirny...