;
- a m i n u t e o f h o p e -
;Malam semakin larut, semua orang mungkin sudah tertidur, mengistirahatkan tubuh setelah beraktivitas seharian penuh. Namun, agaknya hal itu tidak berlaku untuk Renjun, sebab lelaki mungil itu tengah duduk di balkon kamarnya sembari menatap bulan yang tampak bersinar. Renjun tersenyum miris, hari ini tidak ada satupun bintang di atas langit, hanya ada sepenggal bulan yang kesepian, sama seperti dirinya.
Renjun tidak menyangka jika mencintai seroang Lee Jeno akan terasa sesakit ini. Salahkan diri sebab mencintai seseorang yang tidak mencintainya dan sekeras apapun Renjun berusaha, hasilnya tidak akan pernah berubah sebab Jeno telah memiliki orang lain yang dia cintai.
Renjun tidak tahu, mengapa ia begitu mencintai Jeno setelah apa yang dominan itu lakukan padanya, mengapa ia masih bertahan di saat hatinya telah hancur berkeping-keping. Renjun tidak tahu.
Bodoh sekali bukan? Dia tahu jalan terbaik adalah pergi dan melepaskan Jeno, namun egonya terlalu tinggi hingga mengabaikan semua hal rasional yang otaknya pikirkan.
Renjun tersentak kaget, ketika tiba-tiba sebuah selimut tebal membungkus tubuhnya, sontak lelaki manis ini menoleh ke belakang dan menemukan sosok Lucas yang tersenyum dan turut bergabung bersamanya.
"Kenapa belum tidur? Ini udah malem lho, dek."
"Kakak juga belum tidur."
Lucas terkekeh pelan sama halnya dengan Renjun.
Keheningan menginvasi, baik Renjun ataupun Lucas memilih untuk bungkam, menikmati keheningan malam yang semakin sunyi namun menenangkan.
Lucas bukan tidak tahu apa yang terjadi pada Renjun, dia hanya tidak ingin ikut campur dalam urusan perasaan sang adik, sebab Lucas yakin Renjun punya alasan sendiri mengapa masih bertahan dengan cinta sepihak nya. Namun, jika Jeno sudah melewati semua batasan yang ada, maka Lucas tidak akan tinggal diam.
"Kak.."
"Hem.."
Renjun menyandarkan kepalanya pada bahu Lucas yang tegap, "Renjun salah ya?"
Lucas menggeleng kecil, "Renjun nggak salah kok, cuma kurang tepat aja waktunya.. Kalau udah nggak kuat, lepasin aja ya, dek? Kakak nggak mau Renjun terus-terusan sakit.." Ujar Lucas seraya mengusap lembut bagian belakang surai hitam Renjun.
Renjun tersenyum tipis, sepertinya memang sudah saatnya Renjun benar-benar berhenti, berhenti berharap pada Jeno yang bahkan tidak pernah menoleh ke arahnya barang sedikit saja. Mungkin akan membutuhkan waktu lama bagi Renjun untuk membuang seluruh perasaan yang bersarang dalam hati, akan tetapi bukan berarti rasa itu tak akan hilang, kan.
Jika Renjun tengah merenung bersama sang kakak, lain halnya dengan Jeno yang baru saja pulang selepas mengantar Yuna. Hari ini Jeno menghabiskan waktu bersama si gadis, saling bertukar cerita dan kegiatan apa saja yang dilakukan belakangan ini. Namun meski begitu, rupanya Jeno masih tak dapat melepaskan bayangan sosok Renjun yang beranjak dari cafe dengan sorot mata terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Minute of Hope ✔
Teen Fiction[NOREN] Dia Huang Renjun, seorang yang selalu berharap suatu hari nanti entah kapan cintanya akan terbalaskan. Meskipun berulang kali harus menelan pil pahit sebuah penolakan, Renjun tak pernah sekalipun menyerah. Namun, bagaimana jika pada akhirny...