🌱15

6.1K 865 113
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


- a m i n u t e o f h o p e -



"Sial!" Sepanjang jalan menuju sungai Han, Jeno terus saja mengumpat lantaran lupa jika dia harus kembali menjemput Renjun, setelah mengantar Yuna pulang.

Demi Tuhan, Jeno tidak bermaksud melupakan Renjun namun karena terlalu asik berbincang dengan Ayah Yuna Jeno sampai lupa jika Renjun masih menunggu, belum lagi ponsel Jeno yang dalam mode hening membuat diri tak sadar jika ada begitu banyak pesan yang masuk dari Renjun.

Jarum jam sempurna mencumbu angka dua belas malam, meski ragu apakah si bocah Huang masih menunggu di sungai Han atau tidak, Jeno tetap ke sana guna memastikan dengan matanya sendiri bila Renjun memang sudah pulang. Jeno sudah menghubungi Renjun, menanyakan prihal apakah dia masih di sana atau sudah pulang, kendati demikian tak ada balasan dari sang empunya nomor.

Napas Jeno memburu, mata mengedar ke setiap penjuru area sungai Han mencari sosok berhoodie abu-abu. Namun nihil, Jeno tak menemukan Renjun dimana pun. Ada sedikit perasaan lega sebab itu artinya Renjun sudah pulang dan tidak menunggunya seperti orang bodoh.

Selepas beristirahat sejenak guna menetralkan degup jantung yang berpacu dengan tidak normal akibat berlari dari parkiran hingga ke sini, Jeno memutuskan untuk beranjak pulang. Besok dia akan meminta maaf pada Renjun karena telah membuatnya menunggu lama, tak apa, Jeno yakin Renjun tak akan marah dan memaafkan seperti biasanya.

Sedang dibelahan bumi yang lain. Tangan Lucas bergerak guna menutupi setengah tubuh Renjun dengan selimut tebal, Renjun jatuh terlelap saat dalam perjalanan pulang. Mata Lucas tak lepas menatap raut wajah sang adik yang tampak pucat dengan mata basah akibat jejak air mata yang tertinggal.

Terus terang Lucas sangat marah saat ini, bajingan mana yang tega meninggalkan adiknya sendirian menunggu di sungai Han hingga larut malam, meskipun sudah memakai hoodie yang tebal tetap saja dinginnya malam menusuk hingga tulang. Masih jelas dalam ingatan Lucas, bagaimana kondisi Renjun tatkala ia sampai di hadapan sang adik; wajah pucat, mata dan hidung merah serta bibir yang bergetar.

Demi Tuhan, Lucas tak akan memaafkan siapapun yang tega melakukan hal ini pada adiknya, sosok yang begitu ia jaga dengan baik bahkan sedikitpun Lucas tak pernah membiarkan dirinya menyakiti Renjun. Bagaimana bisa orang lain memperlakukan Renjun seenaknya seperti ini?!

- a m i n u t e o f h o p e -

Hari telah berganti, gelapnya malam kini digantikan oleh terangnya sinar sang Surya. Renjun masih duduk di tepi tempat tidur seraya menggenggam ponsel yang layarnya menampilkan room chat dengan nama Jeno di atasnya.

Sekali saja, bolehkah Renjun egois? Memang benar dia tidak marah, namun perasaan kecewa tentu saja ada, diminta menunggu tanpa sebuah kepastian, siapa yang tak akan kecewa? Maka dengan sisa rasa sakit dalam hati Renjun mengirim pesan balasan pada Jeno jika dia tak bisa berangkat bersama sebab telah berangkat lebih dulu bersama sang kakak. Toh, Renjun juga sangat paham bahwa semua ini Jeno lakukan semata-mata hanya untuk meminta maaf atas rasa bersalah meninggalkan Renjun semalam.

A Minute of Hope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang