🌱08

5.6K 806 48
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


»»————> A Minute of Hope<————««



Ini hari minggu, biasanya Jeno akan menikmati minggu paginya dengan bergulung dibawah selimut setelah semalaman penuh bermain game. Namun, agaknya minggu pagi ini sedikit berbeda sebab sejak pukul 6 tadi, ponselnya terus berdering yang menandakan ada panggilan masuk. Entah bajingan mana yang berani mengganggu tidur pagi Jeno yang berharga, dengan kasar Jeno meraih benda pipih yang sengaja ia letakkan di nakas samping tempat tidur lantas menggeser tombol virtual berwana hijau dengan tak sabar.

“Halo.” Ujar Jeno dengan suara serak khas orang bangun tidur, matanya masih terpejam sebab kesadarannya belum sepenuhnya kembali.

“Jeno, masih tidur ya?”

Oh, Jeno kenal suara ini, bahkan tanpa harus menyebutkan namanya Jeno tahu betul bahwa ini adalah suara si bocah merepotkan Huang! Mau apa sih dia pagi-pagi menelpon Jeno seperti ini? Benar-benar deh, apa tidak cukup dia menggangu Jeno di sekolah?

“Hem.. Mau apa sih lo? Ini masih pagi!” Ujar Jeno dengan nada suara yang ketus seperti biasa.

“Oh, sorry, aku nggak tau..”

“Buruan, lo mau ngapain nelpon gue pagi-pagi begini?! Kalau nggak penting gue matiin nih!”

“Eh, jangan! Tunggu.. Nanti temenin aku pergi ke suatu tempat ya?”

Jeno berdecak, dia sudah menduga jika si Huang akan merepotkan dirinya seperti biasa. “Mau kemana sih? Pergi aja sendiri, ribet banget lo.”

“Yakin Jeno nggak mau ikut? Nanti nyesel lo..”

Lagi-lagi begini, Jeno ingin menolak tapi suara penuh dengan nada misterius yang Renjun ucapkan cukup membuatnya penasaran. “Oke! Jam 8 gue ke rumah lo! Puas!” Selepas mengatakan itu Jeno dengan segera memutuskan panggilan secara sepihak, bahkan ia tak mendengarkan dulu jawaban dari Renjun. Sungguh, benar-benar keterlaluan!

Dengan sangat terpaksa Jeno harus bangun, pupus sudah harapannya untuk bangun siang dan semua ini karena si menyebalkan Huang dan perjanjian konyolnya!

Sedangkan dibelahan bumi yang lain. Renjun yang baru saja selesai menelpon Jeno tersenyum tipis menatap layar ponsel yang telah padam. Padahal Renjun ingin mengatakan sesuatu tapi Jeno benar-benar tidak sabar dan langsung memutuskan sambungan, ya sudahlah tidak apa-apa, toh nanti mereka akan bertemu.

Sebab sang ibu sudah memanggil untuk sarapan bersama, Renjun bergegas turun guna bergabung bersama sang ibu dan sang kakak yang masih bermuka bantal seraya sesekali menguap lantaran kantuk yang masih melekat pada jiwa.

“Ma, hari ini Injun mau ke rumah Kak Yuna, ya?” Ujar Renjun di sela-sela acara sarapan mereka.

Pergerakan Baekhyun langsung terhenti, manik matanya kini menatap sang putra sepenuhnya, “Jangan dulu dong dek, kamu kan baru aja sembuh.” Tolak Baekhyun sebab masih khawatir dengan keadaan sang anak.

A Minute of Hope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang