- a m i n u t e
o f h o p e -
;Entah kenapa, pagi ini Renjun merasa tak enak badan dengan kepala yang terasa pusing. Namun, meski begitu Renjun tetap memaksakan diri untuk pergi ke sekolah dengan dalih bahwa keadaannya pasti membaik setelah bertemu teman-temannya, toh dia juga sudah minum obat.
Pelajaran pertama berhasil dilewati dengan mudah oleh Renjun, akan tetapi saat memasuki pelajaran kedua tiba-tiba rasa pusing yang mendera kepala Renjun semakin terasa sakit hingga ia tak lagi mampu menahannya.
Haechan yang menyadari bahwa Renjun tidak baik-baik saja langsung meminta izin pada sang guru guna membawa Renjun pergi ke ruang kesehatan. Tentu, hal ini tak luput dari perhatian semua orang tak terkecuali Jeno.
“Dah tahu sakit, ngapain masuk sih, Ren?” Ujar Haechan tatkala Renjun terlah berbaring nyaman di atas salah satu tempat tidur yang menjadi fasilitas ruang kesehatan di sekolah ini. “Lihat sekarang, muka lo pucet banget mana lemes gitu.”
Renjun terlalu pusing hanya untuk menanggapi segala ocehan Haechan, lagi pula siapa yang tahu jika keadaannya akan seburuk ini meski sudah minum obat.
Tak berapa lama, dokter yang berjaga datang setelah mendapat laporan jika ada siswa yang sakit. Haechan berdiri, memberi ruang untuk sang dokter guna memeriksa keadaan Renjun. Dokter hanya melakukan pemeriksaan dasar seperti mengecek tekanan darah, memeriksa denyut nadi dan suhu tubuh Renjun. Selepas itu, dia memberi obat untuk diminum dengan air mineral yang memang telah disiapkan untuk keadaan seperti ini.
“Untuk sekarang, biar Renjun istirahat dulu ya, Haechan bisa kembali ke kelas,”
“Nggak, saya mau di sini aja nemenin Renjun.”
Renjun membuka kedua mata, dia tersenyum tipis pada Haechan, “Aku nggak apa-apa kok, Chan, kamu balik aja.. Lagian ada dokter Shin yang jagain aku.”
Yah, padahal maksud Haechan ingin sekalian bolos pelajaran dengan dalih menjaga Renjun. Jujur saja, Haechan malas sekali mengikuti pelajaran fisika, dia sama sekali tidak mengerti dan enggan untuk memahami karena yang ada kepalanya akan pusing, lebih parah lagi dia akan merasa mengantuk. Namun, sepertinya Renjun benar-benar butuh istirahat dengan suasana hening.
“Kalo gitu gue balik dulu, ntar jam istirahat gue kesini, mau dibawain apa?”
“Mau roti sama susu strawberry,”
Haechan mengangguk mengerti lantas beranjak dari sana setelah memastikan bahwa tak ada sesuatu yang tertinggal.
Sepeninggal Haechan, Renjun kembali memejamkan mata dan perlahan-lahan jatuh terlelap ke alam mimpi, napasnya naik turun dengan teratur. Dokter Shin yang melihat Renjun tertidur, tersenyum kecil kemudian membawa beberapa laporan yang harus dia serahkan pada bagian administrasi, sebelum pergi, dokter Shin juga menggantung sebuah papan bertuliskan ‘Dokter sedang keluar dan akan kembali secepatnya’ di depan pintu masuk.
Perlahan kedua mata Renjun terbuka, setelah kesadarannya kembali penuh, Renjun melirik jam yang ada di dinding ruang kesehatan. Betapa terkejutnya Renjun, tanpa sadar dia telah tidur cukup lama bahkan ketika menoleh tepat di atas meja kecil di samping tempat tidurnya ada susu dan roti serta note kecil yang tergeletak di sana.
‘Ini roti sama susu pesenan lo, tadi mau gue bangunin cuma nggak tega. Jadi, gue sama Jaemin langsung balik ke kelas. Cepet sembuh ya Ren, kalo masih sakit, besok nggak usah masuk sekolah!’—Haechan si paling manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Minute of Hope ✔
Novela Juvenil[NOREN] Dia Huang Renjun, seorang yang selalu berharap suatu hari nanti entah kapan cintanya akan terbalaskan. Meskipun berulang kali harus menelan pil pahit sebuah penolakan, Renjun tak pernah sekalipun menyerah. Namun, bagaimana jika pada akhirny...