14

752 170 16
                                    

***

Sungkyung dan Mino yang paling panik karena Lisa tidak ada di sana. Seorang penata kamera yang harus merekam gadis itu pun tidak ada. Jiyong masih tidak percaya kalau Lisa hilang. "Pasti gadis itu hanya bercanda. Dia pasti bersembunyi di suatu tempat," kata Jiyong, tidak sangat panik namun tetap penasaran dimana gadis itu. Sedang Jiwon menawarkan diri untuk mulai mencari gadis itu.

"Kalau dia bersembunyi, dia pasti ada di suatu tempat di sini, aku akan mencarinya," kata Jiwon.

"Tapi tadi dia benar-benar pergi ke toilet," Mino bersikeras, lantas mengatakan kalau ia akan mencari di toilet.

Di toilet dan di ruang istirahat kondektur, Lisa tidak ada di sana. Mereka mencarinya, Mino dan Sungkyung yang khawatir terus bertanya pada staff di sana, termasuk manager Lisa. Sedang Jiwon pergi ke arah restoran dan Jiyong mencari ke arah yang sebaliknya.

Tiba si restoran, Jiwon terkekeh. Ia lihat Lisa sedang memotret di sana. Gadis itu melambai begitu melihat Jiwon. "Mereka percaya aku hilang?" tanya Lisa.

"Sungkyung dan Mino khawatir. Kalau Jiyong, dia percaya kau sedang bersembunyi," jawab Jiwon. "Kenapa kau menitipkan handphonemu pada Mino?" susulnya.

"Aku lupa," senyum Lisa. "Tadi aku ingin pergi ke toilet," jawabnya, bercerita kalau ia tidak punya saku untuk menyimpan handphonenya jadi ia menitipkan benda tipis itu pada Mino. "Tadi aku berencana meneleponnya tapi sudah tidak ada sinyal. Aku ingin berpura-pura ketinggalan kereta," ceritanya. Tiga orang di gerbong lain kereta itu, pasti akan memaki kalau tahu Lisa dan Jiwon hanya menjahili mereka. Berbagai umpatan pasti keluar dari mulut Mino dan Sungkyung akan memukul bokong Lisa karena kesal. Membayangkannya saja, sudah membuat Lisa kesulitan menahan tawanya.

"Kalau kau hilang sungguhan, akan aku sebar foto aibmu!" kesal Mino setelah menemukan Lisa tertawa bersama Jiwon menikmati reaksi orang-orang yang mereka jahili.

Danau Baikal semakin dekat. Sebentar lagi, mereka akan melihat hamparan air yang tidak ada akhirnya. Danau super luas bak lautan ada di depan mereka, begitu mereka keluar dari deretan pepohonan dan hutan. Di ujung lain danau Baikal ada sebuah pulau yang ukurannya hanya setengah dari Pulau Jeju, namanya Pulau Olkhon. Mereka akan mengunjungi pulau itu setelah tiba di stasiun Irkutsk. Kurang lebih setelah tiga hari empat malam tinggal di dalam kereta.

"Kita butuh tiga hari empat malam dari Vladivostok ke Irkutsk," kata Sungkyung setelah Danau Baikal tidak lagi terlihat. "Butuh berapa lama kalau naik pesawat?" susulnya, masih memandangi pepohonan di balik jendela kereta.

"Tiga setengah jam," jawab Jiyong membuat gadis itu langsung menoleh, menatap Jiyong dengan tatapan terkejut alami yang lucu. "Kenapa?" tanya Jiyong, yang kemudian tertawa saat melihat Sungkyung mengumpat tanpa suara. Pria itu duduk di depan Sungkyung, di kursi, di bawah ranjang Lisa.

"Sungguh hanya tiga jam?" tanya Lisa, dari ranjangnya. Gadis itu menoleh ke bawah, melihat Jiyong sembari berbaring di ranjangnya. "Pasti tiket pesawatnya mahal, iya kan?" tanyanya kemudian, seusai dilihatnya Jiyong mengangguk.

"Harga tiketnya hampir sama," kali ini Mino yang bicara. Pria itu berbaring di ranjang Sungkyung sedang Jiwon ada di ranjangnya sendiri, sibuk membaca kartu-kartu kesempatan di permainan monopoli yang mereka bawa. Ia heran kenapa ia selalu harus membayar setiap kali mengambil kartu merah muda itu. Ia curiga ada seseorang yang mencurangi kartu-kartunya. "Tapi kau tidak akan punya banyak cerita kalau naik pesawat," tenang Mino, membuat Lisa mendelik kemudian mengerucutkan bibirnya.

"Sensasinya berbeda, antara naik pesawat dan kereta," tambah Jiyong. "Tapi, selain aku, siapa yang punya lisensi internasional?" susul pria itu penasaran, sebab begitu tiba di Irkutsk mereka harus mengambil mobil sewaan dan mengemudi sendiri ke penginapan. Jiyong sudah memesan mobil sewaan untuk mereka.

"Aku punya," kata Sungkyung.

"Lisensi apa? Aku punya lisensi barista," acuh Lisa dari atas.

"Mengemudi. Untuk apa kita butuh lisensi barista sekarang?" ketus Jiyong.

"Aku mendapat lisensinya bersama Jennie," kata Lisa sekali lagi, tetap acuh seperti sebelumnya.

"Lalu?" balas Jiyong.

"Hanya bilang."

"Heish... Hanya Sungkyung? Kau tidak punya lisensi internasional? Hyung juga?" heran Jiyong dan Jiwon menganggukan kepalanya.

"Kau pernah melihat Jiwon hyung mengemudi, hyung?" tanya Mino yang kemudian mengadu kalau Jiwon hampir tidak pernah mengemudi meski pria itu bisa melakukannya. "Bahkan saat berkencan, kekasihnya yang mengemudi," gosip Mino, sedikit melebih-lebihkan.

Mereka akan tiba di Irkutsk dua jam setelah matahari terbenam. Lantas, begitu matahari mulai turun dan langit jadi oranye, mereka mulai berkemas. Sungkyung yang mulai bergerak. Ia minta semua orang untuk mengumpulkan peralatan makan mereka, mencuci yang kotor di kamar mandi kemudian mengeringkannya dengan tissue.

Padahal masih ada waktu lebih dari dua jam sebelum kereta berhenti. Tapi gadis itu tidak ingin terburu-buru saat berkemas, jadi ia memulainya lebih dulu. Selesai dengan peralatan makan, gadis itu kembali bergerak merapikan peralatan mandi. Sungkyung sudah banyak bergerak, beberapa kali pergi dan kembali dari toilet bahkan memanjat anak tangga untuk menyelipkan beberapa barang pribadi di ranselnya, namun tidak satupun dari teman-temannya yang bangun.

Mino tetap berbaring di ranjang Sungkyung, Lisa masih di ranjangnya, sesekali tertawa entah karena apa, Jiwon dan Jiyong masih mengobrol, membicarakan Pulau Olkhon juga penginapan. "Turun, cepat, apa yang kau lakukan di sana?" tegur Sungkyung, memukul bokong Lisa yang ada di sebelahnya. "Menonton drama? Tonton lagi nanti, cepat bereskan mainanmu," suruh Sungkyung.

"Baik, eomma," balas Lisa, membalik posisinya kemudian perlahan-lahan turun dari ranjangnya.

Tidak langsung bekerja, gadis itu justru duduk di sebelah Jiwon, di antara Jiwon juga Jiyong yang sedang memilih penginapan. "Oppa, kita akan tidur bersama atau memesan dua kamar?" tanya Lisa, sembari ikut melihat-lihat gambar kamar di handphone Jiyong. Setelah keluar dari hutan dan mulai masuk ke pemukiman dekat stasiun mereka bisa dapat sedikit sinyal.

"Lisa-"

"Aku sedang melakukannya," potong Lisa, mengangkat tangannya untuk menunjukan kartu-kartu monopoli yang sedang ia rapikan. Kartu yang sebelumnya Jiwon baca kini ada di tangannya dan akan ia masukan ke kotaknya.

"Aku belum mengatakan apapun," balas Sungkyung.

"Aku kira eonni akan memarahiku," kata Lisa dengan senyum manisnya. "Ada apa, eonni?"

"Kau membawa banyak kaus? Kurasa aku salah membawa pakaian, aku terlalu banyak membawa pakaian musim dingin," katanya, setelah ia melihat beberapa orang di luar kereta— di pemukiman— lebih banyak memakai kaus dan celana pendek.

"Ah... Eonni bisa memakai pakaianku," tenang Lisa. "Tapi kalau hanya kaus, eonni juga bisa meminjam milik Jiyong oppa, atau milik Mino, milik Jiwon oppa juga," tenang Lisa. "Ini bagus, ini saja, ada pondok barbeque juga, ayo kita pesta barbeque," ucapnya, kali ini bicara pada Jiyong dan Jiwon. Ia baru saja memilih penginapan dengan dinding kayu di Pulau Olkhon.

"Aku setuju-"

"Kalau begitu cepat selesaikan lalu rapikan barang-barang kalian, oppa," potong Sungkyung. "Kita harus melipat selimut dan seprei juga, cepat bangun kalian semua, kerja, kerja, kerja, kalian pemalas sekali," oceh gadis itu, memaksa semua orang untuk berdiri dan mulai bergerak. Mereka sudah terlalu banyak berbaring dan malas-malasan di kereta.

***

Trans Siberian Pathfinders (YG's Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang