15

1.3K 191 15
                                    

***

Tiba di Irkutsk, Jiyong yang pertama turun berdiri di peron. Pria itu melihat-lihat sekeliling, mencari pintu keluar kemudian mengira-ngira dimana tempat penyewaan mobilnya. Pria itu sudah menyewa mobil sejak kereta masih bergerak, melalui aplikasi semuanya mudah, meski sinyal tidak terlalu mendukung.

"Tempat penyewaan mobilnya ada di dekat pintu keluar," kata Jiyong, pada Jiwon yang menghampirinya. "Mana yang lainnya?" susul pria itu, karena Jiwon datang sendirian dengan mata yang fokus menatap layar handphonenya. Memastikan sekali lagi kalau mereka sudah memesan penginapan yang benar.

"Membeli suvenir," jawab Jiwon. "Kau tidak apa-apa menyetir sekarang?" susul pria itu, mengatakan kalau jarak penginapan mereka sekitar satu jam perjalanan dengan mobil.

"Kau mau menggantikanku menyetir, hyung?"

"Tidak."

"Kalau begitu tidak perlu berbasa-basi," kata Jiyong sembari melirik sebal. "Apa yang akan kita makan malam ini? Aku bosan makan makanan instan," susulnya. "Kita tidak banyak mengeluarkan uang selama di kereta. Sepertinya tidak apa-apa kalau kita makan lebih banyak malam ini, iya kan?"

"Uang untuk kereta selanjutnya, penginapan dan mobil sudah disisihkan. Uang untuk kapal feri ke Pulau Olkhon juga sudah. Kurasa kita bisa makan steak dan wine malam ini," angguk Jiwon, sembari mengecek uang yang ada di tasnya.

"Kalau begitu, malam ini kita makan daging?"

"Setuju. Lalu besok kita pesta barbeque di Pulau Olkhon. Liburan ini akan menyenangkan," santai Jiwon. Ia menoleh ke belakang, memperhatikan tiga teman mereka yang masih berdiri di pintu gerbong dekat dengan ruang kondektur kereta. Mereka masih membeli suvenir pada kondektur kereta itu, padahal selepas dari pulau Olkhon, mereka akan naik kereta lagi. "Heish... Mereka lama sekali," gerutu Jiwon.

Lima menit setelah Jiwon mengeluh, Mino dan para gadis datang dengan barang belanjaan mereka— hanya lima gelang dengan lima gantungan kunci. Mereka ingin membeli cangkir cantik yang di jual di kereta itu, mereka juga ingin membeli miniatur keretanya, mereka ingin membeli banyak hal namun memutuskan untuk tidak membelinya. Alasannya, karena tidak ada banyak ruang di ransel mereka.

"Nanti di kereta terakhir aku harus membeli cangkirnya," tegas Lisa, sembari berjalan di belakang Jiyong dengan kedua tangan yang sibuk memegangi tas pria itu. Lisa membantu Jiyong membawa tasnya, memastikan bahu supir mereka tidak kelelahan karena ransel beratnya. Tidak ada yang menyuruhnya, ia hanya berinisiatif dan Jiyong pun tidak melarangnya. "Padahal tasku tidak terlalu berat sekarang. Camilannya sudah banyak berkurang, isi tasku jadi sepi. Tapi Sungkyung eonni melarangku membeli cangkirnya," cerita Lisa, pada Jiyong juga Jiwon yang tadi tidak ikut membeli suvenir.

"Kita akan banyak berjalan sekarang. Kau mau memegangi cangkirmu terus? Cangkirnya bisa pecah kalau kau masukan tas," kata Sungkyung, mengulang kata-kata yang sudah pernah ia katakan.

"Aku juga harus membeli cangkirnya. Pasti cantik kalau untuk minum kopi," susul Mino, baru ikut berkomentar setelah ia membalas beberapa pesan di handphonenya. "Lisa-ya, apa tasmu sangat ringan?"

"Tidak," geleng gadis yang Mino ajak bicara.

"Lalu kenapa kau mengangkat tas Jiyong hyung?"

"Hanya ingin."

"Bagaimana kalau aku melepaskan tasku dan kau membawanya sekalian?" tawar Jiyong, sedikit memanfaatkan keadaan dan keinginan gadis berponi di belakangnya.

"Tidak mau, tidak romantis," santai Lisa sampai akhirnya mereka menemukan tempat penyewaan mobilnya.

Jiyong dan Jiwon yang mengurus mobilnya. Mereka yang memilih juga membayar mobil itu. Sedang yang lainnya hanya menunggu tidak jauh dari tempat penyewaannya. Lama menunggu, akhirnya Jiyong dan Jiwon kembali dengan kunci mobil dan seorang petugas. Mereka diantar menuju mobil yang mereka sewa, kemudian dibantu memasukkan barang ke bagasi dan dibiarkan pergi bersama mobil sewaan itu.

Sungkyung duduk di depan, di sebelah Jiyong yang mengemudi. Lisa, Mino dan Jiwon duduk di kursi bagian tengah, sedang kursi yang paling belakang dilipat untuk menambah ruang menyimpan tas-tas mereka. Sembari duduk di sebelah jendela, Lisa memakai kameranya untuk memotret. Jiwon dan Mino bercanda, membicarakan Seungyoon yang beberapa bulan lalu bekerja dengan Jiwon.

Seungyoon menggilai ping pong akhir-akhir ini. Sejak dulu pria itu memang sering bermain ping pong, namun beberapa bulan terakhir ini Seungyoon menghabiskan semua waktu luangnya hanya untuk bermain ping pong. "Karena tidak lagi punya teman kencan, jadi dia bisa bermain ping pong sepanjang hari," kata Mino sembari terkekeh, meledek Lisa yang sama sekali tidak menanggapi pembicaraan itu. Gadis itu terlalu sibuk memotret lampu-lampu jalanan dan pemandangan malam di kota Irkutsk.

"Kenapa Lisa dan Seungyoon putus?" tanya Sungkyung, sengaja menoleh ke belakang karena penasaran. Ia tahu Mino sedang meledek Lisa dan ia pun tahu kalau pria itu diabaikan.

"Kalau kau, kenapa kau putus dengan Joohyuk?" tanya Jiyong, bergabung dalam pembicaraan itu.

"Karena kepribadian kami ternyata tidak cocok?" santai Sungkyung, tidak lagi terganggu dengan kisah cintanya yang lalu.

"Kalau begitu, mungkin alasan Lisa dan Seungyoon putus juga sama."

"Tidak sama," geleng Mino. "Hyung tidak lihat dengan siapa Lisa sering menghabiskan waktunya sekarang?"

"Denganmu?"

"Tidak!" geleng Mino. "Dia lebih sering bermain dengan Seunghoon," kata pria itu dengan nada membela diri yang berlebihan.

"Ya!" protes Lisa akhirnya membuka mulutnya. Gadis itu memukul bahu Mino, memelototi pria itu kemudian berkata, "kenapa kau bilang begitu?! Seolah-olah aku selingkuh dengan Seunghoon oppa! Aku tidak selingkuh! Enak saja! Ish! Ternyata semua rumor buruk tentangku berasal darimu?! Dasar nenek-nenek penggosip!" omelnya.

Mobil melaju selama satu jam, Jiyong menyetir dengan aman, ditemani dengan keributan antara Lalisa BLACKPINK dan Mino WINNER. Mereka akhirnya tiba di penginapan. Lepas mobil terparkir rapi di posisinya, Jiwon melangkah lebih dulu masuk ke dalam penginapan itu. Ia selesaikan transaksinya di meja depan hotel itu, kemudian kembali ke mobil untuk barang-barang juga teman-temannya.

Mereka menginap di sebuah hotel malam ini. Dua kamar di pesan, sebuah kamar dengan extra bed untuk para pria dan sebuah kamar lainnya untuk para wanita. Kamar mereka bersebelahan, ada di ujung lorong lantai lima dari gedung delapan lantai itu. "Ada restoran di depan hotel, kita taruh barang-barang, mandi lalu makan malam, oke?" pesan Jiwon, sebelum Lisa dan Sungkyung masuk ke kamar mereka.

"Apa yang akan kita makan oppa?" tanya Lisa.

"Tidak tahu, apapun yang ada di sekitar sini, istirahat saja dulu, pasti banyak restoran dua puluh empat jam di sini," balas Jiwon terlampau santai. "Ya! Aku yang memakai extra bed-nya! Kalian berdua tidur seranjang!" seru Jiwon, memilih lebih dulu tempat tidurnya. Ia tidak ingin berbagi ranjang, meski ranjang itu berukuran king size.

***

Trans Siberian Pathfinders (YG's Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang