10

870 195 19
                                    

***

Karena sudah ada berada di kereta, kurang rasanya kalau mereka tidak mencicipi makanan di restoran kereta itu. Stasiun selanjutnya masih jauh, lepas bermain dan beristirahat Jiwon mengeluarkan mainan yang mereka beli— walkie talkie. Mereka berencana mencoba mainan dengan baterai itu. Lisa dan Mino yang akan pergi ke restoran lebih dulu, melihat situasi di sana kemudian memanggil senior-senior mereka setelah yakin kalau mereka berlima bisa duduk bersama di restoran.

"Tes? Halo? Kijang Satu? Tes tes? Kijang Dua di sini," kata Lisa, mencoba walkie talkie-nya setelah ia dan Mino meninggalkan gerbong.

"Kenapa kau jadi Kijang Dua?" tanya Jiwon, menjawab suara yang muncul dari walkie talkie-nya di tangannya.

"Tidak tahu. Aku pikir kita butuh semacam kode, seperti di film."

"Kalau di film kodenya lebih keren, Alpha atau Beta, bukan Kijang," celetuk Mino, yang melangkah di depan Lisa, memimpin jalan menuju restoran.

"Memang ada apa dengan Kijang? Kenapa kau mengejek Kijang? Bagaimana kalau pecinta Kijang marah lalu meng-cancel-mu?" balas Lisa, masih sembari menekan tombol bicara di walkie talkie-nya, ia buat Jiwon, Jiyong juga Sungkyung bisa mendengarnya.

"Memang apa yang aku bilang?"

"Kau bilang Kijang norak," kata Lisa.

"Aku bilang Alpha dan Beta lebih keren," balas Mino mendebat gadis di belakangnya.

"Ya, oppa bilang begitu. Dan itu artinya oppa tidak menyukai Kijang," susul Lisa mengabaikan Jiwon yang menyuruh mereka berhenti.

"Kau suka pancake dan waffle kan? Mana yang lebih kau suka?"

"Waffle, kenapa kita membicarakan waffle?"

"Berarti kau membenci pancake?"

"Tidak-"

"Nah! Alpha dan Beta lebih keren dari Kijang Satu dan Kijang Dua, aku hanya bilang begitu. Tidak perlu menarik kesimpulan kalau aku benci Kijang. Kau tidak membenci pancake hanya karena kau lebih suka waffle."

"Oppa, aku ingin kembali saja," cemberut Lisa kemudian, kali ini ia bicara pada Jiwon, yang sedari tadi harus mendengarkan debat tanpa arti itu.

"Padahal itu yang membuatmu ditinggalkan, kau masih tidak memahaminya?" cibir Mino, yang selanjutnya mengaduh kesakitan karena Lisa menendang kakinya. "Ya! Sakit! Kau benar-benar-"

"Aku juga sakit!" potong Lisa, yang selanjutnya sedikit mendorong Mino untuk mendapatkan ruang lebih banyak, agar ia bisa melangkah mendahului pria itu.

Tiba di restoran, mereka duduk berhadapan. Keduanya masih sama-sama cemberut, sama-sama kesal karena respon satu sama lain. Namun perasaan itu memudar begitu seorang pelayan di restoran kereta datang dan memberikan buku menu dengan penjelasan berbahasa Inggris.

"Hhh... Harusnya Jiwon hyung yang ke sini," komentar Mino setelah melihat buku menunya.

"Kenapa?"

"Dia pernah tinggal di Hawaii, dia pintar Bahasa Inggris," jawab pria itu.

"Jiwon oppa cepat kesini," kata Lisa kemudian, pada pria yang memegang walkie talkie lainnya. "Sebenarnya aku bisa Bahasa Inggris, tapi aku tidak pernah tinggal di Hawaii. Seandainya aku bisa pergi ke Hawaii... Pre-wedding di sana pasti- ups... Sorry," ocehnya, yang kemudian langsung melepaskan walkie talkie di tangannya, menjatuhkannya ke atas meja dan menatap Mino dengan canggung.

Pelayan meninggalkan mereka, memberi ruang agar mereka bisa membicarakan menu makanan di restoran itu. "Membaca menunya seperti sedang ujian Bahasa Inggris di agensi," komentar Mino setelah membaca beberapa baris menu. Lisa terkekeh mendengarnya.

Selesai membaca menunya— hanya sepintas— keduanya kembali memanggil pelayan di restoran itu. Mereka tidak menunggu Jiwon, tidak menunggu Sungkyung juga Jiyong. Mereka berdua memesan menu yang paling spesial di sana, menu yang paling terkenal, juga yang paling laris di sana. Ada banyak orang yang memesan makanan itu, tidak mungkin rasanya tidak enak— anggap keduanya.

Jiwon dan dua orang lainnya baru datang bersamaan dengan makanan yang datang. Mereka pesan pasta makaroni, steak juga sup masing-masing dua, di tambah sebuket roti gandum. "Kenapa tidak pesan minum?" tanya Jiyong begitu datang. Ia ambil duduk di sebelah Lisa, kemudian dengan santai meraih sepotong roti gandum dari dalam keranjang kecilnya. Keranjangnya hanya sebesar mangkuk, di pesan untuk teman menghabiskan sup.

"Hemat," singkat Lisa. "Aku mau makan sehari tiga kali."

"Lalu kita minum apa?"

"Minum air yang ada di gerbong atau buat saja kopi sendiri," ide gadis itu membuat Jiwon langsung menyunggingkan senyum tipisnya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Dan situasinya jadi lebih lucu lagi karena wajah heran Jiyong.

"Kalau begitu pergi buat kopinya," suruh Jiyong dan lagi-lagi Lisa menggeleng.

"Tidak sopan kalau membawa makanan sendiri ke restoran," geleng Lisa, menolak untuk membuatkan kopi. "Tahan dulu hausnya, habiskan makanannya lalu minum saat kita kembali ke gerbong. Lihat aku sudah memesan sup untuk membasahi sedikit tenggorokanmu, oppa. Aku pengertian sekali kan?"

"Hyung, hari ini kita sedang merekam acara apa?" tanya Jiyong kemudian, pada Jiwon yang duduk di depannya. "Ini bukan 1N2D atau New Journey To The West kan? Tidak ada Produser Na di sini, kan?" heran pria itu.

"Beberapa gelas minuman tidak akan semahal itu, cepat pesan minum," suruh Sungkyung selanjutnya. Ia minta Mino yang memesan minuman, sedang Lisa hanya mendengus. Gadis itu tidak keberatan kalau mereka harus memesan minuman, namun ia bersumpah kalau dirinya akan marah jika mereka harus makan kurang dari tiga kali sehari. "Jangan khawatir Lisa, kita punya banyak uang. Kalau terpaksa, kita bisa memakai black card-nya," susul gadis itu, menunjuk Jiyong yang duduk di sebelahnya dengan dagunya.

"Aku tidak membawanya," geleng Jiyong yang langsung Jiwon tertawakan. Pria itu tertawa terbahak-bahak karena pembicaraan teman-temannya namun tawanya langsung berhenti ketika seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan minuman mereka. Untuk teman makan kali ini, mereka memesan secangkir kopi dan dua botol soda.

Makanannya tidak buruk. Meski tidak benar-benar merasa kenyang, mereka menghabiskan pesanan mereka. Sup dan rotinya enak, steaknya pun sama. Masalah justru datang dari menu favorit di sana— pasta makaroni. Saat datang, makaroni itu terlihat pucat dengan beberapa taburan keju di atasnya, dan terlihat lengket karena saus mayonaise.

"Rasanya seperti makaroni rebus dengan mayonaise," komentar Lisa, tidak menyukai menu favorit itu. "Hm... Hanya seperti makaroni yang di rebus lalu diberi mayonaise dan beberapa helai keju, aku bisa membuat ini sendiri," tuturnya meski semua orang di meja itu sudah mencicipinya. Mereka semua tahu bagaimana rasanya dan Jiwon, Mino juga Jiyong berhenti menyentuh makaroni itu. Mereka tidak menyukainya dan memilih untuk berhenti makan.

"Kau menyukainya?" tanya Mino kemudian. "Noona menyukainya juga?" susulnya, sebab Lisa dan Sungkyung masih terus menyuap makaroni rebus itu.

"Tidak," geleng kedua gadis di sana, bersamaan.

"Tapi kenapa masih menyendoknya?"

"Sayang kalau dibuang, kita sudah membayarnya," santai Lisa, menghabiskan satu piring pasta makaroni itu, sedang Sungkyung menghabiskan isi piring lainnya.

"Diamlah, aku sedang membayangkan ada saus bolognese di antara tepung-tepung ini," celetuk Sungkyung, yang makan sembari menutup matanya.

***

Trans Siberian Pathfinders (YG's Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang