7

940 215 19
                                    

***

Kereta mulai bergerak. Jiyong dan Sungkyung masih duduk di atas ranjang Sungkyung, Jiwon duduk di atas ranjangnya sendiri, sedang Lisa berhadapan dengan Mino di meja dekat jendela. Mereka masih duduk dengan menatap handphone masing-masing, meski tidak ada seorang pun yang bisa Lisa hubungi selain orangtuanya juga keempat anggota grupnya. Tidak seperti yang lainnya, yang punya segudang hubungan, Lisa tidak merasa perlu menghubungi siapapun.

"Kita butuh uang untuk mandi," ucap Lisa kemudian. "Kamar mandi dan toiletnya terpisah, kita harus membayar kalau mau mandi," susulnya, membuat mereka masing-masing mendapatkan tiga dolar untuk mandi.

Tidak lama setelah kereta bergerak, Lisa kembali memanjat ranjang Jiwon dan Mino. Gadis itu perlu mengambil pakaian juga peralatan mandinya, meski ia harus dimarahi karena tidak mengambil barang-barang itu dari awal. Jiwon yang mengomel. "Kau harusnya mengambil barang-barangmu dari awal, Lisa!" omel Jiwon, risih melihat Lisa naik dan turun, kesulitan mengambil barang-barangnya di bagasi di atas ranjang.

"Ssstt! Oppa bantu aku!" balas Lisa, yang tidak lagi memakai sepatunya. Gadis itu perlu mengeluarkan sepasang pakaian, alat mandi juga sandal dari dalam tasnya. "Ah tidak! Jangan! Jangan bantu aku! Jangan lihat pakaian dalamku!" susulnya, membuat Jiwon membeku, terlampau kaget hingga tidak bisa berkata-kata lagi.

"Wahh... acara ini lebih sulit dari perkiraanku," komentar Jiwon. "Selain panas, Lisa juga sulit. Ya! Apa kau boleh bilang begitu?! Managermu akan marah!" seru Jiwon, masih memperhatikan Lisa yang menginjak tangga di sebelah ranjangnya, menjatuhkan kausnya, celananya, sandalnya juga tas mandinya ke atas ranjang Jiwon, tepat di sebelah Jiwon.

"Aku sudah kebal di marahi," balas Lisa, sembari terkekeh, melompat turun dengan pakaian dalam tergulung dalam tangannya. Gadis itu buru-buru menyembunyikan pakaian dalamnya dalam lipatan kausnya, memaksanya masuk ke dalam tas mandinya, membuat tas kecil itu tidak bisa lagi tertutup resleting. "Tapi... Eonni, kau tidak mau mandi sekarang?" tanya Lisa, membuat Sungkyung menggeleng.

"Masih panas, nanti, aku masih lelah," geleng Sungkyung.

"Lalu dengan siapa aku mandi?"

"Sendiri!" seru Jiyong, bersamaan dengan Jiwon yang mentalnya mulai tertekan karena berada di sana.

Mino terkekeh, begitu juga dengan Sungkyung. Sedang Lisa hanya mengibaskan rambutnya, mengatai Jiyong juga Jiwon berotak mesum karena respon mereka. Sekarang, mereka tidak akan bisa berlibur dengan tenang karena kejahilan-kejahilan lainnya akan terus terjadi, menjamur seolah sengaja dibiakan di sana.

"Augh! Aku benci Lisa," komentar Jiyong, membuat Lisa semakin terkekeh karena raut wajah Jiyong.

"Tapi aku sungguh-sungguh kalian tidak ada yang mau mandi? Tidak bisakah kita mencari kamar mandinya bersama? Bagaimana kalau aku tersesat?" tanya Lisa, memakai sandalnya sembari memeluk perlengkapan mandinya.

"Lisa, kau benar-benar punya celana dalam couple dengan Rose?" tanya Sungkyung, tiba-tiba penasaran.

"Ya? Oh! Iya!" tawa Lisa kemudian. "Rose yang memberikannya, sebagai hadiah. Aku membawanya sekarang, nanti kalau ada kesempatan aku akan menunjukannya padamu, eonni," cerita Lisa, sementara pria-pria lain di sana langsung menundukan kepala mereka, menghindari obrolan yang sulit itu.

"Aku menyesal mengenalkan Lisa pada Jessi noona," komentar Mino, sengaja memalingkan wajahnya, menatap keluar jendela, memperhatikan kereta mereka yang mulai menjauhi stasiun.

Akhirnya Lisa pergi sendirian. Dengan sebuah kamera kecil, gadis itu berjalan menyusuri gerbong-gerbong keretanya. Ia hanya perlu berjalan lurus, tidak akan tersesat kecuali dirinya sengaja melompat keluar kereta. Di ujung gerbong tempatnya duduk, gadis itu melihat sebuah pemanas besar di sebrang ruang kondektur.

"Oh! Ini pasti dispenser air panasnya," komentar Lisa. "Besar sekali... Aku harus membuatkan oppa dan eonni kopi besok pagi, walaupun hanya kopi instan," susulnya, di sela kekehannya ia juga mengatakan kalau baru-baru ini ia belajar menyeduh kopi bersama Jennie.

Setelah melewati dua gerbong kelas tiga yang penuh sesak dengan lima puluh empat penumpang di masing-masing gerbongnya, Lisa masuk ke gerbong kelas dua. Gerbong kelas dua punya banyak ruangan di sisi kirinya. Masing-masing ruangannya berisi dua ranjang tingkat. Sekat dan pintu membuat ruang-ruangnya jadi lebih tertutup, lebih pribadi.

"Wahh... Di sini lebih luas," komentar Lisa kemudian. "Tapi aku lebih suka di gerbong kelas tiga, lebih ramai, lebih menyenangkan," susulnya, mengatakan hal yang sama juga ketika ia tiba di gerbong kelas satu. Sama seperti gerbong kelas dua, di gerbong kelas satu juga ada banyak ruang-ruang untuk penumpang. Bedanya, karpet di lantai dan eksterior di dalam gerbong kelas satu lebih mewah dari gerbong kelas dua. Tiap ruang di gerbong kelas satu juga hanya untuk dua orang, ranjangnya sedikit lebih luas dan bukan ranjang tingkat.

"Dimana kamar mandinya? Lisa harus mandi, tadi panas sekali," nyanyi gadis itu kemudian, di ujung gerbong kelas satu, sampai seorang kondektur kereta yang bertugas di gerbong kelas satu itu menghampirinya.

Setelah membayar pada tuan kondektur itu, Lisa di persilahkan masuk ke dalam kamar mandinya. Ia bersihkan tubuhnya di sana, memakai kaus tanpa lengan dengan celana pendek sepanjang lutut yang nyaman untuk tidur. Ia bahkan mencuci rambutnya dan mengeringkan rambutnya di kamar mandi itu dan baru kembali ke gerbongnya setelah tiga puluh menit.

Saat Lisa kembali, semuanya sudah berada di tempatnya. Stop kontak dengan kabel panjang sudah ada di atas meja, kipas angin portabel yang Mino beli juga sudah ada di atas meja. Seseorang sudah mengisikan daya handphonenya, bahkan memasangkan seprai untuknya. Kali ini, Jiyong yang duduk di kursi, sementara Sungkyung, Jiwon dan Mino berbaring di ranjang masing-masing.

"Kamar mandinya lumayan," jawab Lisa, menanggapi pertanyaan Jiyong. "Aku bahkan bisa mencuci rambutku, mau menciumnya?" pamer Lisa, memamerkan aroma shampoo yang baru di belinya.

"Tidak, tidak perlu," geleng Jiyong. "Mana peralatan mandinya?" tanya Jiyong kemudian, meminta peralatan mandi Lisa agar ia bisa segera mandi juga.

Bergantian mereka pergi mandi, sampai hampir tengah malam, lampu kereta di matikan. Semua orang harus pergi tidur sekarang. Sungkyung yang terakhir mandi kembali saat semua orang sudah ada di ranjang masing-masing.

"Eonni, di sini menyenangkan," komentar Lisa, melambai dari ranjangnya di depan dua ranjang tingkat lainnya. "Aku bisa melihat kalian semua dari sini. Tapi akan lebih menyenangkan kalau aku punya guling, tidak ada yang bisa aku peluk."

"Pakai saja botol airnya," komentar Jiwon dari ranjangnya, di bawah ranjang Mino. "Peluk saja botol airnya, botolnya seperti guling minimalis, atau... Lengan kekasihmu?"

"Please, berhenti membicarakan kekasihku!" protes Lisa. "Tapi aku mau memeluk botolnya. Eonni, ambilkan botolnya, aku tidak kuat turun lagi," susulnya, meminta Sungkyung yang masih terkekeh harus memberikannya sebuah botol minum yang masih tersegel. Agar si bungsu bisa segera tidur.

***

Trans Siberian Pathfinders (YG's Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang