22

324 98 1
                                    

***

Daging domba yang Mino panggang hangus di satu sisinya. Pria itu sudah bersusah payah membakar dagingnya, namun api yang Jiwon buat terlalu membara. Terlalu besar dan sulit dikendalikan. Ditambah angin yang cukup kencang di sana, membuat apinya jadi semakin sulit diatasi. Meski begitu, Mino yakin bisa menyelesaikan masalahnya.

Begitu ia merasa dagingnya matang, Mino mengikis daging hangusnya dengan pisau. Menyingkirkan sedikit demi sedikit arang di atas daging domba itu. Jiwon menertawakannya, begitu juga dengan Jiyong dan Lisa. Mino berusaha, sementara Sungkyung sibuk memanggang steak mereka di kompor. Gadis itu enggan memakai arang, enggan memakai panggangan yang Jiwon siapkan. Apinya terlalu besar.

"Awas saja kalau usahaku menyalakan api sia-sia," komentar Jiwon, duduk di atas dinding pendek yang mengelilingi dapur terbuka itu. Lisa ikut duduk di sebelahnya, malam semakin larut dan Lisa bertanya—apa ia boleh bersandar ke bahu Jiwon.

"Aku kelaparan," keluh gadis itu kemudian, berbisik sembari menyandarkan kepalanya ke bahu Jiwon. "Tidak boleh aku mencicipi kentangnya lagi?" tanyanya namun jelas Jiyong melarangnya. Kentangnya akan habis karena Lisa terus mencicipinya sedari tadi. Setiap kali ia berdiri di dekat meja tengah dapur terbuka itu. "Kalau begitu, dimana kita akan makan? Aku akan menyiapkan tempatnya," katanya kemudian. Melakukan apapun agar mereka bisa cepat-cepat makan. Lisa bahkan sudah mencuci sebagian piring kotornya. Ia sudah mengosongkan bak cuci piringnya. Hanya piring-piring dan peralatan yang sedang dipakai yang tidak ia cuci.

"Di kamar? Jadi selesai makan kita bisa langsung tidur," kata Jiyong, yang Lisa setujui dengan senyuman dan acungan ibu jarinya.

"Oppa, acaranya akan ditayangkan," Sungkyung menolak. "Jangan terang-terangan menunjukkan pada penonton kalau kau malas, seperti babi," katanya.

"Tapi tidur setelah makan itu nikmat sekali. Kau juga menyukainya, mengaku saja," debat Jiyong.

"Tidak, aku tidak begitu," bantah Sungkyung. "Mana mungkin aku begitu," susulnya.

Namun debat kusir itu tidak juga selesai karena Jiyong terus menanggapinya. Membuat mata Lisa bergerak dari kanan ke kiri di tiap dialognya. Ia melihat ke kanan saat Jiyong bicara dan matanya bergerak ke kiri saat Sungkyung membalas ucapannya. Sedang di depan Lisa dan Jiwon, ada Mino yang sama sekali tidak terganggu dengan debat itu. Mino sedang sangat serius dengan daging dombanya.

"Apa aku dan Mino oppa terlihat seperti mereka kalau berdebat?" tanya Lisa, dan Jiwon menggelengkan kepalanya. Mengatakan kalau Lisa dan Mino berdebat dengan cara yang jauh lebih brutal. "Seberapa brutal?" tanya Lisa, yang kini kembali duduk tegak setelah ia mendapatkan lagi kekuatannya.

Jiwon tidak menjawab. Pria itu hanya menaikan bahunya, tidak benar-benar yakin akan jawaban yang harus ia berikan saat itu. Tidak seberapa lama, Sungkyung selesai. Semua makanan sudah siap di meja tengah dapur terbuka itu. Lima porsi steak, dengan semangkuk besar salad dan sepiring shashlik. Jiwon berkata kalau mereka makan di sana saja. Ada beberapa kursi lipat di sebelah lemari es, mereka bisa memakainya untuk makan di meja panjang itu.

Daripada pergi ke kamar di lantai dua, mereka akhirnya memutuskan untuk makan di sana. Lisa membantu Sungkyung menyingkirkan peralatan yang tidak dipakai, sedang tiga pria lainnya menata kursi. Tidak lama, hanya beberapa menit sebelum akhirnya mereka semua bisa makan malam bersama sekarang.

Jam sudah menunjuk pukul delapan dan semua orang sudah kelaparan. Pertama, mereka menggigit beberapa kentang goreng. Lalu mencicipi saladnya. Menenggak beberapa teguk air mineral kemudian mengulurkan garpu untuk mencicipi shashlik buatan Mino.

Lisa yang pertama menggigit daging domba itu. Mengunyahnya dengan dahi berkerut. "Kenapa rasanya begini?" tanya gadis itu. "Asin sekali," katanya. Sungkyung mencicipi shashlik-nya, begitu juga dengan yang lainnya. Masing-masing mengambil sepotong daging dengan garpu mereka.

Dahi Jiwon berkerut, tetap mengunyah dagingnya. Mino pun sama, tetap mengunyah daging itu meski ia harus memejamkan matanya karena terlalu asin. Sungkyung mengerang, terkejut dengan rasa luar biasa yang tiba-tiba muncul di mulutnya. Sedang Jiyong, buru-buru meraih selembar tissue dapur, tidak bisa lagi membiarkan daging domba itu tetap berada di mulutnya.

"Apa rasanya memang begini? Asin sekali!" Jiyong berkata setelah ia membilas mulutnya dengan air mineral.

Mino bergidik ngeri, buru-buru menghilangkan rasa asin dari daging domba tadi dengan steak buatan Sungkyung. Steaknya enak, jauh lebih enak daripada daging dombanya. Merasakan sari daging sapi di dalam mulutnya, Mino berkata, "aku tidak membumbui shashlik-nya tadi. Aku tidak bersalah. Rasa asinnya tidak datang dari arang," ujarnya, enggan di salahkan.

"Aku tidak bisa memakan itu lagi," balas Jiwon, tidak peduli siapa yang bersalah atas rasa daging asin mereka.

Kini, masing-masing dari mereka menikmati steaknya. Tidak seorang pun menyentuh shashlik asin tadi. Bahkan Mino dan Jiwon yang sangat menginginkan daging domba itu. Selesai makan, mereka bermain. Sembari menyesap wine, kelimanya tertawa dengan permainan-permainan kecil mereka. Mencari siapa yang kalah lalu akan dihukum untuk mencuci piring-piring kotornya.

Di tengah obrolan itu, Sungkyung tiba-tiba bertanya, "saat fans mengajakmu menikah, apa yang kau lakukan?" katanya setelah menyesap sedikit wine-nya.

"Huh? Tiba-tiba?" Jiwon bertanya.

"Tiba-tiba penasaran," jawabnya yang kemudian menunjukan layar handphonenya. Menunjukan sebuah video yang bilang kalau Hailey Bieber sebelumnya adalah fans Justin Bieber. "Apa mungkin kalian akan menikahi seorang fans?" katanya penasaran.

"Mereka mungkin saja, aku tidak," geleng Jiwon sembari menunjuk anggota lain dari grup diskusi itu. "Para idol biasanya bilang—aku berkencan dengan fans-fansku, kekasihku adalah fans-fansku—idol biasanya menjual imajinasi itu," katanya dan Mino menaikan alisnya.

"Hyung, kau juga idol," komentar Mino.

"Aku tidak pernah diajak menikah oleh fansku," Jiyong menjawab pertanyaan Sungkyung. "Aku pernah lihat video Lisa diajak menikah fansnya, lalu dia mengulurkan tangannya, seolah bilang—beri aku cincin—iya kan?" susulnya.

"Aku? Kapan?" bingung Lisa, mencoba mengingat-ingat kapan ia melakukannya.

"Tidak tahu, hanya video beberapa detik di Instagram," Jiyong mengangkat bahunya.

"Oppa sungguh tidak pernah ditanya begitu? Jiyong oppa marry me—oppa tidak pernah diajak begitu?" Sungkyung bertanya dan Jiyong menggelengkan kepalanya.

"VIP berbeda dari fans lainnya," Kwon Jiyong berkata. Lantas bercerita kalau dalam sebuah fan-meeting, seorang fans pernah ditanya, "apa kau menyukai G Dragon?—begitu kata MC-nya dan fans itu mengangguk. Mengatakan kalau dia sangat menyukaiku, sambil tersenyum malu-malu. Aku juga sedikit malu waktu itu. Lalu, MC-nya bertanya lagi—kau ingin menikah dengannya?—dan raut fansku langsung berubah. Dia tetap tersenyum tapi tidak lagi malu-malu..."

"Apa jawabannya?"

"Tidak, perasaanku tidak sedalam itu—begitu katanya," jawab Jiyong. "Fansku, tidak sangat menyukaiku sampai ingin menikah denganku," katanya.

"Mungkin itu karena dia tahu kalau kau playboy?" Jiwon berkomentar dan Lisa langsung menutup mulutnya. Menahan tawa yang hampir meledak bersama sedikit wine di mulutnya.

***

Trans Siberian Pathfinders (YG's Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang