***
Dari kamar para pria, Mino yang pertama bangun. Ia duduk di ranjangnya, menoleh ke kanan dan kiri, melihat Jiwon juga Jiyong masih terlelap, sama-sama memunggunginya. Pria itu lalu melihat jam, sudah pukul delapan. Pihak penginapan akan menyajikan sarapan diantara jam 6 sampai jam 10 pagi, di lobby dekat resepsionis. Mereka masih punya banyak waktu untuk sarapan.
Satu menit, dua menit, tiga menit Song Mino melamun di ranjangnya. Kemudian turun dari sana dan masuk ke kamar mandi. Pria itu hanya membasuh wajahnya, juga menggosok giginya. Setelah merasa tampan dengan perawatan minimalis itu, ia kembali keluar dan di ranjang masing-masing kedua Ji masih terlelap, nyenyak sama sekali tidak terganggu dengan suara Mino.
"Tsk... Jiyong hyung bilang kita harus bangun pagi hari ini, tapi lihat lah dia," kata Mino, yang mengambil kamera di atas meja, menyalakannya lantas merekam Jiyong yang terlelap dengan selimut menutupi kepalanya. Kepala sampai paha Jiyong tertutup selimut, sedang kakinya yang di tattoo justru terekspos oleh kamera Mino. "Dia bangun pagi di mimpinya sendiri," Mino berkata sekali lagi, sebelum kemudian ia melangkah keluar dari kamarnya.
Di luar, pria itu berdiri dengan celana pendek dan kaus tanpa lengannya. Cuaca cukup dingin, namun tidak sampai membuat pria itu menggigil. Matahari sudah lama bersinar sejak tadi. Selesai meregangkan tubuhnya di balkon depan kamar, Mino melangkah ke kamar sebelah. Mengetuk pintu kamarnya, lalu menunggu jawaban dari dalam.
"Mereka juga belum bangun? Tsk... Semua orang di sini benar-benar pemalas," kata Mino, setelah beberapa ketukannya diabaikan oleh para gadis. "Kalau begitu, aku sarapan saja sendiri," Mino kembali berkata. Bicara pada dirinya sendiri, sembari melangkah turun ke lantai satu. Pergi ke ruang makan di sebrang resepsionis.
Ada beberapa meja untuk makan di sana. Sebagian meja untuk empat orang, dan sebagian lainnya untuk dua orang. Selain itu, ada sebuah meja panjang juga di sudut, menempel pada dinding. Sebuah meja yang penuh dengan makan, juga dengan beberapa dispenser air. Ada kopi, ada teh, juga air mineral dengan lemon dan daun mint. Ada juga sebuah pitcher berisi susu di dekat dispenser-dispenser itu.
Mino menikmati semangkuk sereal dengan secangkir kopi untuk sarapannya. Sedang pria itu menikmati sarapannya seorang diri, di tempat lain Lalisa Manoban melangkah menginjak pasir bersama Sungkyung. Tiga menit dari penginapan, setelah membelah hutan pinus, tepian danau Baikal berada. Saking luasnya danau itu, Lisa berseru—"whoa! Ini bukan danau, ini seperti laut, ujungnya tidak terlihat," katanya, sembari merekam danau biru itu dengan kameranya.
Sebelah tangan Lisa menggandeng milik Sungkyung, keduanya berjalan di atas pasir, dengan kaus dan celana pendek, juga sepasang slipper. Keduanya sudah bangun sejak pukul enam tadi, bersiap kemudian menunggu para pria bangun. Namun karena pria-pria itu tidak kunjung keluar dari kamar mereka, keduanya memutuskan untuk pergi sendirian.
Suasana di tepian danau itu persis seperti di pantai pinggir laut. Ombak terbentuk karena gerakan dari kapal feri di sisi lain danau, membuatnya persis bak pantai pinggir laut yang airnya sangat jernih. "Apa airnya asin?" tanya Sungkyung, mengajak Lisa untuk berlari kecil ke tepian danau, menginjak airnya lantas mencicipinya dengan ujung jari. "Oh! Tidak asin!" katanya kemudian. "Ini benar-benar danau, bukan laut," susulnya memberitahu Lisa yang juga mencicipi air dari danau itu.
"Harusnya aku bawa baju renang," kata Lisa setelah itu, setelah melihat beberapa pengunjung danau Baikal yang berenang di tepian danau itu. Persis seperti mereka yang berenang di tepi laut. "Tapi eonni... Sapi-sapi di sini seperti kucing, mereka ada dimana-mana dan dibiarkan begitu saja," katanya, menunjuk seekor sapi yang sedang meminum air dari danau itu. Sapi itu ada sekitar sepuluh meter dari mereka.
Kedua gadis itu kemudian bermain di tepian pantai danau Baikal. Saling memotret, puluhan kali berganti pose hingga akhirnya, dengan kaus pas badan dan celana jeans pendeknya, Lisa akhirnya berenang di danau itu. Awalnya gadis itu jatuh, seluruh pakaiannya basah dan ia enggan untuk bangun lagi. Bersama beberapa anak kecil, Lisa bermain air di tepian danau, berendam, duduk di atas pasir.
"Eonni! Kau tidak mau ke sini juga? Di sini menyenangkan! Airnya dingin!" seru Lisa, sedang Sungkyung hanya merekamnya dari tepian danau, enggan membasahi celana dan kausnya.
"Tidak mau!" seru Sungkyung, mengatakan kalau ia tidak mau bajunya basah dan menambah beban bawaannya nanti.
"Oh?! Benar juga!" Lisa yang baru ingat kalau pakaian basah akan berat di tasnya, kemudian bangkit. Berdiri di tepian danau yang masih landai itu dan berlari menghampiri Sungkyung. "Akan ku minta managerku membawakan baju basahnya nanti," serunya, terus mengejar Sungkyung, ingin memeluknya agar gadis itu juga basah, sama sepertinya.
Keduanya berlarian, saling menyiram satu sama lain dengan air danaunya. Sampai akhirnya mereka tiba di depan tong besar berbahan kayu. "Eonni, apa ini?" tanya Lisa, memperhatikan tong kecoklatan di depannya. "Seperti mesin untuk memanggang ubi," katanya sekali lagi.
"Tempat menyimpan wine?" asal Sungkyung, masih sibuk menyingkirkan pasir di celananya. Beberapa menit lalu gadis itu jatuh, berguling di atas pasir karena tersandung kakinya sendiri, ketika Lisa mengejarnya.
"Tong untuk wine ada cerobong asapnya?" Lisa bertanya, menunjuk sebuah cerobong asap kecil di depannya. Gadis itu kemudian melangkah, mencoba untuk mengelilingi tong besar itu. Siapa tahu, setelah mengelilinginya, Lisa bisa menemukan tulisan yang mendefinisikan benda itu. "Oh! Ada pintunya! Itu bagian belakangnya, di sini bagian depannya," ia memanggil Sungkyung yang ternyata berdiri di belakang tong itu.
Tanpa menunggu Sungkyung menghampirinya, Lisa menarik terbuka pintu tong itu. "Oh! Sorry!" serunya, yang langsung menutup kembali pintunya. Ada tiga wanita dewasa di dalam tong itu. Ketiganya memakai bikini mereka dan berkeringat.
Tidak lama setelah Lisa menutup pintunya, Sungkyung datang. Jelas bertanya apa yang gadis itu lakukan, bertanya apa yang membuat Lisa terkejut. Di saat yang sama, seorang wanita dari dalam tong membuka lagi pintunya, sama bingungnya seperti Lisa.
"Maaf, aku tidak tahu kalau ada orang di dalam. Tapi, tempat apa ini?" tanya Lisa, dengan bahasa Inggrisnya, sebab wanita yang baru saja keluar dari tong itu ternyata bisa berbahasa Inggris.
Tong itu adalah sauna, dengan batu panggang di dalamnya. Batunya sudah dipanaskan, di dalam tungku. Nantinya, batu itu perlu di siram dengan air, untuk membuat kesan lembab yang panas. Untuk mendapatkan uap panasnya. Setelah tahu tempat apa itu, Lisa dan Sungkyung duduk di atas pasir, beberapa meter dari tong kayu tadi. Sekarang, mereka mengantri untuk masuk ke dalam saunanya. Menunggu pasir dalam jam pasir turun seluruhnya, lalu bergantian dengan tiga wanita tadi.
Kembali ke penginapan, Mino yang sudah selesai dengan sarapannya kini menikmati secangkir kopinya dengan santai. Sembari menggambar hutan pinus di atas kertas gambarnya, pria itu menikmati santai paginya. Lalu di tengah-tengah liburan santainya, Kwon Jiyong datang dengan rambut basahnya.
"Kau sendirian? Yang lainnya belum bangun?" Jiyong menyapa Mino, duduk di depannya tanpa membawa apapun. Hanya handphone dan rokok yang ia simpan di saku kemejanya. Sebuah kemeja dengan motif garis yang melapisi kaus putihnya. Sama seperti Mino, pagi ini Jiyong pun memakai celana pendeknya.
"Belum, aku yang pertama bangun," kata Mino, kemudian menunjukan hasil gambarnya. Ingin mengatakan kalau ia sudah lama sekali bangun, dan kesepian.
"Gadis-gadis juga belum bangun?"
"Gadis-gadis malas itu masih bersenang-senang dalam mimpi mereka," santai Mino. "Sarapan saja lebih dulu, aku yakin mereka baru akan bangun jam sepuluh nanti. Di detik-detik terakhir waktunya sarapan," katanya, sedang lawan bicaranya kini sedang melihat-lihat. Hanya mendongakkan kepalanya, melihat-lihat menu sarapan yang disajikan tanpa bangkit dari duduknya.
***
Share feedback about yuwiuee anonymously.
yuwiuee will never know who sent the message.
😍 *SECRET BOOK* 😍
https://secreto.site/a4y9y6
KAMU SEDANG MEMBACA
Trans Siberian Pathfinders (YG's Version)
Fiksi PenggemarK-Ocean Pathfinder YG's Version Season 2.