5

1.2K 221 21
                                    

***

"Kita perlu mencetak tiketnya," ucap Mino, menunjukan apa yang tertulis dalam amplop tiket yang staff berikan padanya. Dalam amplop itu sudah ada hasil print out dari tiket elektronik mereka, yang masih perlu dipindai dan ditukar dengan tiket kereta sungguhan.

Kereta mereka akan berangkat pukul sepuluh nanti, namun karena tidak satupun dari mereka yang tahu dimana loket penukaran tiketnya, mereka datang ke stasiun lebih awal. "Sekarang masih jam lima sore, kita tukar tiketnya, makan malam lalu membeli air minum dan kembali ke sini, bagaimana?" tawar Jiyong, yang sudah pasti disetujui semua orang.

"Boleh kita cari tempat penitipan tas juga?" tanya Sungkyung yang selanjutnya membagi mereka jadi dua kelompok.

Kelompok pertama Mino, Jiwon dan dirinya yang akan mencari loket tiket. Kelompok kedua, Jiyong dan Lisa yang harus mencari tempat penitipan tas. Mereka berpisah di pintu utama stasiun besar itu, kelompok pertama berjalan ke kanan, kelompok kedua pergi ke kiri. Lima belas menit kedua kelompok itu berkeliling, namun keduanya bertemu lagi di lobby utama stasiunnya.

"Loket tiketnya tidak ada di sana," lapor Mino, yang berpapasan dengan Jiyong di lobby utama. Sedang Lisa masih melirik semua celah pintu, mencari tempat penitipan tas.

"Tempat penitipan tasnya juga belum ketemu," balas Jiyong. "Aku lebih pusing karena mengawasinya daripada mencari tempat penitipan- mana Lisa?! Dia hilang lagi?! Augh!" seru Jiyong, sebab Lisa dan tas besarnya kembali menghilang dari jangkauan matanya.

Seolah Lisa sedang berkeliling sendirian, ia tidak peduli dimana Jiyong. Ia terus berjalan, mencari tempat penitipan tas itu. Dalam kepalanya kini ada sebuah pertandingan, antara kelompoknya dengan kelompok Mino, juga pertandingan antara dirinya dengan Jiyong— ia harus menemukan tempat penitipan tas itu lebih dulu daripada yang lainnya.

Tiga puluh menit mencari, akhirnya mereka menemukan loket tiket juga tempat penitipan tasnya. Lisa yang menemukan loket tiket itu, sedang Jiyong yang menemukan tempat penitipan tasnya. Tempat penitipan tasnya tersembunyi, di belakang loket tiket yang Lisa temukan.

Bebas dari ransel berat masing-masing, kini mereka berlima keluar dari stasiun. Jam sudah menunjuk pukul enam ketika mereka ada di depan stasiun. "Wah... Tempat ini menakjubkan!" seru Sungkyung, menikmati pemandangan sore kota yang jauh berbeda dari tempat tinggalnya. Gedung-gedungnya bergaya Eropa klasik, tidak terlalu tinggi dengan banyak jendela-jendela melengkung dan langit oranye khas matahari terbenam. "Seperti lukisan, iya kan?" susulnya, bicara pada Jiyong juga Mino yang akhir-akhir ini gemar melukis.

"Halo," lambai Lisa, sendirian keluar dari pembicaraan Sungkyung dan tiga pria lainnya. Seolah ia datang sendirian ke sana, gadis itu berdiri jauh dari keempat temannya, melambai pada sepasang kekasih yang lewat dan melihatnya. "Oh! Hai!" lambainya lagi, kali ini pada seorang wanita yang kebetulan lewat, kebetulan bertukar tatap dengannya.

"Hhh... Dia mulai lagi," komentar Jiyong, sama seperti lainnya, seharian ini ia sudah belasan kali melihat Lisa menyapa siapapun yang kebetulan bertukar tatap dengannya. Meski tidak bisa berbahasa Russia, gadis itu bahkan berbincang lama dengan kasir di restoran saat mereka makan siang tadi. Mereka berbincang dengan campuran bahasa Inggris dan bahasa tubuh yang aneh.

Dengan berjalan kaki, kelima orang itu menikmati pemandangan sore di stasiun kereta. Mereka melangkah, menyebrangi jalan, berfoto di trotoar sampai akhirnya mereka tiba di sebuah jalan yang penuh pedagang kaki lima. Sebagian dari pedagang-pedagang itu menjual minuman, gula-gula, camilan, juga suvenir.

"Huhuhu, semua orang datang ke sini untuk berkencan," iri Lisa, yang berjalan di sebelah Jiwon, sedang Sungkyung ada di depannya dengan Mino dan Jiyong ada di belakang mereka, sibuk bertelepon.

"Bukankah kau mengencani seseorang, Lisa?" tanya Sungkyung, dari depan, tanpa menoleh.

"Sudah putus. Sudah lama sekali putus." santai Lisa, yang kemudian meraih lengan Jiwon, memeluknya. "Sekarang aku berkencan dengan Jiwon oppa, iya kan sayang?" susulnya, bercanda.

"Aku tidak ingin bergabung dalam drama picisan kalian, siapapun selamatkan aku," celetuk Jiwon, meski ia tidak berusaha melepaskan tangannya dari pelukan Lisa. Gadis itu akan malu kalau ia mendorongnya menjauh. "Jiyongie, selamatkan aku," susulnya, sembari menoleh ke belakang, menatap Jiyong yang masih menelepon.

Jiyong menaikan dagunya, bertanya— "ada apa?"— dengan isyarat wajahnya. Lantas menyelipkan tubuhnya di antara Jiwon dan Lisa untuk memisahkan mereka, menyelamatkan Jiwon.

"Kalau aku berkencan dengan Mino," ucap Sungkyung, juga memeluk lengan Mino.

"Oh! Sekarang kekasihku berubah jadi G Dragon, mohon bantuannya," sopan gadis itu seolah tengah berdiri di depan kelas, dihari pertamanya pindah sekolah. "Tapi berhentilah menelepon. Kita sedang berkencan," rewel Lisa kemudian.

Di menit selanjutnya, Jiyong mengakhiri panggilan itu. Ia katakan kalau ia punya urusan pribadi yang harus segera di selesaikan. Jiyong sedang bekerja untuk sepasang sepatu baru dan ia perlu menelepon untuk pekerjaannya itu. Setelah lama berjalan, mereka tiba di sebuah restoran makanan laut untuk makan malam. Siang tadi mereka sudah mencicipi pasta di restoran dekat penginapan dan sekarang mereka ingin makan kepiting untuk makan malam.

Selesai makan malam, mereka kembali ke stasiun kereta. Di akhir langkah, sebelum mereka tiba di stasiun kereta, kelimanya berbelok masuk ke sebuah toserba kecil. Mereka perlu air minum juga beberapa camilan untuk menemani perjalanan di atas rel besi nanti. Di dalam sana, mereka berpencar, Sungkyung berjalan bersama Jiwon, sedang Lisa bersama Jiyong dan Mino.

"Oppa aku mau ini," pinta Lisa, menunjukan sebungkus camilan pada Jiyong dan Mino.

"Hm... Ambil saja," santai Mino, sedang Jiyong yang sedang memilih permen jelly tidak menggubrisnya.

"Tidak, itu tidak enak," celetuk Jiwon, dari rak sebelah. Pria itu sedang memilih mie instan dalam kemasan mangkuk di rak sebelah.

"Oppa..." rengek Lisa, memaksa agar dibelikan camilan yang diinginkannya.

"Ambil saja, ambil saja," suruh Mino sedang Jiwon hanya berdecak, mengatakan kalau camilan yang Lisa inginkan itu tidak enak— meski pada akhirnya camilan itu tetap sampai ke meja kasir.

Makan malam sudah. Membeli air dan beberapa camilan juga sudah. Kini mereka kembali ke stasiun, menunggu pukul sepuluh untuk meninggalkan Vladivostok dengan kereta panjangnya. Lisa antusias, membayangkan dua belas hari di dalam kereta yang penuh penumpang. Di ruang tunggu dekat pintu peron, mereka duduk. Masih ada satu jam sebelum pukul sepuluh dan pintu peronnya belum di buka.

Sungkyung dan Lisa pergi mandi di kamar mandi, di sebelah tempat penitipan tas. Mino pergi berkeliling untuk melihat-lihat, merekam sendiri tur kecilnya di sekitaran stasiun. Mino rekam perjalanan dari pintu utama, ke tempat penukaran tiket, kemudian ke tempat penitipan tas dan kamar mandinya. Sedang dua pria lainnya, menjaga tas mereka di ruang tunggu.

Pengumuman keberangkatan terdengar, mengatakan semua penumpang yang akan naik Trans-Siberia bisa masuk dan menunggu di peron sekarang. Tidak lama setelah pengumuman itu, Lisa dan Sungkyung kembali dengan wajah dan tubuh segar selepas mandi. Mino juga kembali dengan kameranya, lantas mereka mulai merapikan barang-barang, mulai memakai tas masing-masing, hendak pergi ke peron.

"Hyung, tiketnya tidak ada," panik Mino, sibuk mengeluarkan barang-barang dari tas kecilnya. Seharusnya tiket mereka ada di sana, seharusnya ia meletakan lagi tiket mereka di tas itu setelah mereka memakai tiketnya untuk mengambil ransel di tempat penitipan tadi.

"Apa katamu?!" seru Lisa. "Oppa! Kau tidak meninggalkannya di tempat penitipan tadi kan?" tanya Lisa ikut panik.

"Harusnya sudah ku masukan tas," Mino bersikeras namun ia tidak menemukan satu pun tiket mereka di sana.

"Ya! Coba cari ke tempat penitipan tadi!" seru Jiyong, yang sudah memakai ranselnya, melangkah lebih dulu ke tempat penitipan barang.

"Mino-ya, kau tidak menjatuhkannya kan?" tanya Sungkyung, memastikan sekali lagi sebelum melangkah ke tempat penitipan tas dengan ransel beratnya. "Coba cari lagi, mungkin di ranselmu?" tanyanya, ikut mencari tiket itu di tempat lain, termasuk tas orang lain. Sungkyung mencari tiket mereka di tas-tas lainnya, sedang Mino pergi ke tempat penitipan tas bersama Jiyong. Semoga saja tiket mereka tertinggal di sana, bukannya hilang.

***

Trans Siberian Pathfinders (YG's Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang