28

542 85 12
                                    

***

Rasanya terlambat adalah rutinitas mereka. Meski sebelumnya sudah berencana kalau mereka akan pergi ke distrik Izmaylovo pada pukul sebelas siang, nyatanya baru di jam dua belas mereka keluar dari flat. Tidak ada halaman di penginapan itu, sebuah gedung bergaya Eropa dengan lima lantai. Pintu depannya hanya seperti pintu rumah pada umumnya. Begitu masuk, bagian dalamnya pun terlihat biasa, dengan tangga kayu dan lift klasik yang pintunya masih harus digeser manual.

Di trotoar, Lisa berdiri dengan kamera di tangannya. Mino dan Jiyong pun membawa sebuah kamera di tangan mereka, berdiri sembari menunggu mobil yang mereka sewa. Staff yang mengambil mobil sewaan itu, sebab semalam mereka pergi dari stasiun dengan taksi. Dua menit mereka menunggu, sembari mendengarkan ocehan Lisa yang bercerita tentang pagi membosankannya.

"Sudah, sudah, kita keluar sekarang. Kita akan bersenang-senang sekarang," kata Jiyong, menenangkan si bocah cerewet yang terus protes.

"Harusnya oppa tidak mengiming-imingiku," kata Lisa. "Oppa bersikeras kita harus bangun jam sepuluh agar bisa keluar jam sebelas tapi oppa juga yang bangun jam sebelas, tsk... Harusnya sedari awal kita tidak menentukan jamnya, hanya... Begitu bangun kita pergi belanja, harusnya begitu," ia terus mengoceh, sampai akhirnya mobil mereka datang dan Lisa di dorong untuk segera masuk ke dalam mobil lalu berhenti bicara.

Jiyong yang mengemudi kali ini, mereka berangkat setelah mengatur navigasinya. Menurut navigasinya perjalanan ke Izmaylovo akan memakan waktu dua puluh menit. Di jalan, mereka mulai berbincang, tentang arsitektur di sana, tentang menariknya pemandangan di jalan-jalan. Hanya saja, kali ini Lisa membisu. Gadis itu duduk di sebelah pengemudi dan hanya diam, tidak bicara sama sekali.

"Lisa-ya berhenti-" Jiyong akan menegur gadis yang dipikirnya marah itu. Namun Lisa menyela ucapannya dengan kekehan kecilnya.

Tiba-tiba saja Lisa terkekeh, tiba-tiba saja Lisa tertawa. Dari belakang Sungkyung bertanya alasannya tertawa, namun Lisa tidak berhenti tertawa. "Aku tiba-tiba ingat bagaimana Mino oppa jatuh kemarin," katanya, membuat yang lainnya ikut terkekeh. Sedang Mino justru mengeluh, meminta yang lainnya melupakan kecelakaan itu.

"Bisa-bisanya dia jatuh ke belakang seperti itu," komentar Jiwon. "Aku kaget sekali mendengar suaranya. Dia jatuh dan terguling di belakangku, aku pikir aku sedang menonton film action saat melihat rekamannya," susulnya, meledek Mino yang sempat terguling.

"Aku harus menceritakan itu pada Jennie eonni, dia pasti tertawa sampai sakit perut," Lisa berkata, tiba-tiba merasa terhibur karena ingatannya sendiri. "Saat trainee dulu, Mino oppa selalu gagal saat salto, tapi kemarin dia seperti sedang salto! Dia berguling-guling!" Lisa tidak bisa melupakan kecelakaan itu.

Sepanjang perjalanan mereka membicarakan kecelakaan itu. Meski sudah berkali-kali dibicarakan, kecelakaan itu tetap terasa lucu bagi mereka. Terlebih karena Mino tidak terluka—sama sekali. Bahkan sedikit lecet pun tidak. Seolah Mino memang sengaja melakukan aksi salto itu.

Tiba di tempat tujuan, Lisa kembali berseru. Tempatnya seperti taman hiburan. "Ini bukan Disneyland kan?" Sungkyung ikut berseru melihatnya. Bak tokoh utama dalam sebuah drama akhir pekan, mereka berlima berdiri di depan pasar Izmaylovo, sebuah gerbang besi tinggi ada di depan mereka. Gerbang besar itu tertutup, rapat dengan rantai, namun di sisi-sisinya, ada pintu besi lain yang bisa mereka lewati untuk masuk.

"Katanya, semua suvenir berpusat dari sini, ini tempat termurah, dan masih bisa di tawar," Mino berkata, memberi informasi yang sebelumnya ia dapatkan dari acara lain.

"Kalau begitu, aku harus membelikan sesuatu untuk Seungyoon oppa," senang Lisa, sembari mengalungkan kameranya, ia akan banyak berfoto di dalam sana.

Mendengar ucapannya, para pria menoleh menatap Lisa. "Untuk siapa?" Jiyong bertanya dan Lisa mengulangi ucapannya tadi, memberikan jawaban yang sama, mengulang nama yang sama.

"Kenapa? Tidak boleh?" tanya Lisa. "Aku juga akan membelikan sesuatu untuk Seunghoon oppa," susulnya. "Boneka yang kalau dibuka ada boneka lagi di dalamnya, boneka itu, Yoon oppa minta dibelikan itu, tapi aku bilang aku tidak mau membelikannya kalau mahal, tapi katanya di sini murah, aku bisa membelikannya, iya kan? Boneka itu murah kan di sini?" tanyanya lagi.

"Kau masih menghubungi mantan pacarmu? Masih bertukar oleh-oleh juga?" tanya Jiwon dan Lisa mengangguk.

"Meski putus, kami masih bekerja bersama. Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa memusuhinya terlalu lama," santai Lisa, lantas melangkah lebih dulu, menggandeng Mino untuk mengajaknya berbelanja.

Begitu masuk, asap dari arang menyambut mereka. Di kanan dan kiri jalan—yang hanya bisa dilewati pejalan kaki—berderet banyak penjual makanan. Tentu tujuan pertama mereka adalah makan siang. Sembari melangkah, mereka melihat-lihat makanan yang dijual di sana, sekaligus mencari tempat untuk duduk dan makan.

"Oppa, apa yang ingin kau makan?" di sebelah Jiwon, Sungkyung bertanya. "Ya! Lisa-ya! Lihat itu!" serunya kemudian, menunjukan sederet daging yang sedang dipanggang. Daging itu sudah dipotong dadu, ditusuk pada sebuah batang besi lalu dipanggang di atas arang—shashlik.

"Oh? Oh? Song Mino! Mino oppa! Mino oppa!" Lisa ikut berseru setelah ia melihat makanan yang Sungkyung tunjukan.

Sembari membawa kamera dengan tangannya, juga kamera yang ia kalungkan di lehernya, gadis itu berlari kecil, mengejar Jiyong dan Mino yang berjalan di depan. Lalu ditepuknya punggung Mino, hampir mengenai kepalanya. "Oppa! Aku sudah bilang, harusnya dagingnya di potong-potong dulu! Lihat itu!" serunya kemudian, menunjukan apa yang tadi Sungkyung tunjukan padanya.

Dua orang itu kemudian berdebat. "Aku tidak tahu kalau mereka harusnya di potong-potong," Mino berkata, di depan tiga orang dewasa yang menonton debat kusir itu.

"Aku sudah memberitahumu kalau dagingnya harus dipotong dulu," balas Lisa. "Harusnya oppa mempercayaiku!" katanya.

"Biarkan saja mereka bertengkar di sana," Sungkyung yang menyulut pertengkaran itu terkekeh sembari menarik tangan Jiyong juga Jiwon menuju restoran di sebelah kanan. Meninggalkan Lisa juga Mino berdebat di jalan. "Apa yang akan kita makan?" tanyanya setelah mereka menemukan tempat untuk duduk. "Shashlik lagi?" tawarnya kemudian.

"Mereka seperti pasangan yang sedang bertengkar," komentar Jiyong, masih menonton Lisa dan Mino dari kursinya. "Oppa selingkuh dengan temanku, aku melihatnya!" serunya, dengan gaya bicara aneh yang ia buat-buat. Mencoba untuk menirukan cara Lisa bicara.

"Tidak, aku tidak berselingkuh! Kami hanya berteman!" Jiwon membalas Jiyong, juga dengan suara aneh yang ia buat-buat. Juga mencoba menirukan suara Mino.

Setidaknya lima belas menit keadaan begitu, sampai akhirnya Lisa sadar kalau tiga pelancong lain meninggalkan mereka. Lisa menoleh ke kanan dan kiri, mencari yang lainnya. Mino pun melakukan hal yang sama, sampai akhirnya mereka berdua menemukan yang lainnya.

"Eonni!"

"Hyung!" keduanya berseru, hampir bersamaan. Sama-sama menunjukan wajah kesalnya, karena ditinggal berdua di jalanan itu. Sedang tiga yang lainnya, hanya melambaikan tangan mereka, menunjukan kalau mereka memang sengaja meninggalkan keduanya.

Sampai akhir, perjalanannya terus begitu. Mino dan Lisa bertengkar lalu tiga lainnya meninggalkan mereka menjahili mereka dan mendoakan mereka—"kalau bertengkar terus, kalian akan jatuh cinta dan berkencan, hati-hati," begitu yang mereka katakan. Terus begitu, sampai akhirnya mereka tiba di Seoul dan perjalanan ini pun berakhir.

***
Tamat, sampai jumpa di Unexpected Mart.

***Tamat, sampai jumpa di Unexpected Mart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Trans Siberian Pathfinders (YG's Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang