tujuh belas

1.6K 109 6
                                    


Tulusnya hatimu..
Membuatku selalu ingin tersenyum..

-Safina-

Dada Seno bergemuruh. Kali ini ia tak bisa bisa tinggal diam. Wajahnya menegang. Tangannya mencengkeram kuat lengan Fina.

"Masuk Fin.. diam di situ.. tunggu aku. Jangan keluar dan jangan noleh ke belakang.. please..", mata Fina sampai mengerjap. Nada bicara Seno meninggi. Belum pernah ia mendapati  Seno setegang ini. Tapi ia menurut saja. Sambil berusaha meredam emosinya sendiri. Kakinya terasa lemas jika mengingat apa yang dilihatnya barusan.

Seno segera berbalik. Tadi saat membawa Fina , ia menyakini ada sosok yang mengikutinya keluar. Dugaannya benar. Lelaki di ujung area parkir itu menatapnya sambil bersidekap.

Tangan Seno mengepal, rahangnya mengeras. Langkahnya tergesa menghampiri. Jiwa liarnya rasanya terusik lagi.

"Bangsat Lo Arya.. Dia itu mantan istri Lo. Ibunya Bian. Tapi Lo tega berbuat kejam sama dia...  ", dicengkeramnya kerah kemeja Arya yang  tersenyum sinis padanya tanpa rasa takut. Didorongnya tubuh tinggi itu hingga membentur tembok di belakangnya. Bau alkohol sedikit tercium dari mulutnya. Keluarga Adipraja memang selalu menyediakan minuman itu di setiap acara yang diselenggarakannya.

"Hey.. santai men... Apanya yang salah hah? Gue gak ngerasa ..."

Buugh...!! Satu pukulan Seno diarahkan ke perut Arya. Pukulan yang lemah hanya untuk memperingatkan lelaki itu.

"Gak ngerasa kata Lo?? Lo kira gue gak ngerti maksud busuk Lo hah?? Lo.. Lo kurang puas udah ninggalin dia hah? Belum cukup liat dia menderita gara-gara napsu Lo  itu hah?"

Arya malah menyeringai dan tertawa terbahak setelahnya. Baginya reaksi Seno sangatlah lucu.

"Mau jadi pahlawan Lo? Fina aja yang perasa.. terlalu cengeng..., apa-apa dipikir.. sakit sedikit nangis.. heh... Lo masih mau ama perempuan model begitu??"

Bugh.. bugh.. dua pukulan Seno layangkan ke perut Arya. Emosinya sudah tersulut. Ia butuh samsak sekarang. Tapi lagi-lagi lelaki itu tak membalas. Seakan pukulan Seno tak berarti baginya

"Lo itu emang yakin bisa nikahin dia?  Gue kasih tau Lo Sen...Fina itu masih punya rasa ma gue. Dia type cewek yang susah move on.  Lo aja yang kebaperan. Gue itu cinta pertamanya dia. Dia gak bakal bisa ngelupain gue..", tawa Arya semakin lebar bernada mengejek membuat Seno semakin geram. Wajahnya sampai merah padam. Tapi cengkeramannya mengendur, Seno merasai satu hal dari sikap Arya. Lelaki itu tak berniat membalas pukulannya. Arya malah puas bisa memancing emosinya.

"Kenapa nyadar Lo sekarang hah?", Lelaki itu merosot di lantai. Pandangannya kosong. Tapi mulutnya sepertinya belum mau berhenti bicara.

"Apa karena Lo udah ngrasain having sex sama dia jadi Lo keenakan?" , Seno tak habis pikir bagaimana bisa laki-laki itu mengucapkan hal tak sopan seperti itu. "Fina itu kelihatannya saja cuek tapi kalo sudah di ranjang...."

"Cukup Ar!!! Lo emang gila?!", Tawa Arya malah semakin kencang. Dia seperti merasa mendapat lotre, mendapati wajah Seno yang memerah.

Sepanjang perjalanan pulang tak ada yang bicara. Kondisi Seno yang berantakan dengan wajah menegang dan peluh yang menetes ke dahinya membuat Fina memilih untuk diam. Padahal dia sendiri tak tau kemana Seno membawanya malam ini.

Ayo Kita Pisah (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang