Dua puluh tiga

1.8K 132 34
                                    


Biarkan harapan
Bukan keperihan
Untuk mengasah masa depanku
-Safina-

Hening ...

Hingga beberapa saat tak ada yang bicara. Di kursinya, Fina sibuk menenangkan degup jantungnya dan Sedang Aswin masing asik menatap pemandangan luar dalam diam. Sudah beberapa menit lalu pula Fina mengetik pesan pada Dina. Akhirnya yang ditunggu pun muncul. Membawa dua mug moccachino dan sepiring kecil berisi beberapa croissant dan brownies. Kudapan pelengkap kopi itu hasil kolaborasi dengan salah satu bakery kenalan Seno.

"Mari sambil mencicipi kopinya Om...", ujar Fina mengusir kecanggungan.

Aswin menoleh dan berdehem. Segera beranjak dan menyesap kopi. Satu kali. Dua kali. Sesaat ia terdiam. Tangannya beralih mencomot croissant. Menggigitnya perlahan. Masih tak bersuara.

"Selain kopi, kami di sini juga menyediakan croissant, brownies dan puding Om. Gimana rasanya.. cocok ga Om? Tapi masih enak lapis legitnya mama San...eh Tante Santi maksud Fina ya Om?"

Tanpa sadar Fina sampai menepuk bibirnya sendiri sambil meringis.  Aduh.. gaswat salah sebut..

"Hmm.... "

"Fina kerjasama sama bakery temannya Seno"

"mmm...."

Fina sedikit menelan ludah kasar.. Gak dijawab gapapa... yang penting habis..

Fina ikut menyesap kopi dan mencomot satu potong brownis.

"Jadi kamu orang Semarang?"

"Eh..Gimana Om ? eh.. I-iya.. Om... Fina asli Semarang. Dibesarkan di Semarang maksudnya. Sejak kecil Fina tidak pernah tau siapa orangtua Fina. Katanya mereka meninggal karena kecelakaan ketika Fina lahir. Sepertinya mereka memang asli Semarang", tak ada nada sedih ketika  mengatakan itu. Sudah hal biasa bagi Fina.

"Mmmm.... ", Aswin meraih mug sekali lagi.

"Di pabrik busa itu kamu jadi apa dulu?"

Dahi Fina berkenyit. Busa?

"Oo.. maksudnya springbed ya Om? Fina jadi office manager di sana  Om"

Lelaki itu mangut-mangut.

"Berapa taun di sana?"

"Hampir empat taun Om..."

Fina mengatur napasnya. Kenapa begini aja bikin deg-degan ya.. berasa wawancara sama HRD..tau Sen..

Aswin mengubah duduknya, satu kaki ia angkat menopang di satu sisi lain.

"Terus di Bandung, kamu langsung di Pesona?"

"Tadinya Fina di Adiswara grup Om bantu Bu Risa di internal audit,  baru kemudian dipindah ke Pesona Adi"

"Trus kenapa milih ruko yang ini ketimbang yang di Kalibata? Bukannya lebih besar yang di sana? Kamu gak mau serius bikin usaha?"

Sejenak Fina terhenyak. Pertanyaan Aswin bisa random gitu ya....

"Fina kan baru buka usaha sendiri baru sekarang Om.. jadi tempat sebesar ini saja sudah cukup bagi pemula seperti Fina rasanya"

Hmm.... Aswin menyesap lagi kopinya.

"Kenapa milih kopi? Emang sudah kamu pelajari pasar di sekitar sini atau main nekad aja daripada nganggur?"

Fina menelan ludah kasar. Gak gitu juga kali Om.... Ya ampun Sen.. Bapak kamu nggemesin banget deh...

"Kalo kopi rasanya banyak yang suka Om... dan lagipula di sekitar sini banyak perkantoran dan kampus. Rasanya gak salah ambil kopi Om..", selesai berucap, Fina menggigit bibir bawah. Berharap gak ada sangkalan lagi dari pak dosen..eh

Ayo Kita Pisah (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang