Jangan ceritakan mimpimu ..
Jika itu hanya dusta...-Safina-
Gagalnya acara berenang dengan Bian ternyata berbuntut panjang. Bian mogok bicara pada Arya. Berbagai rayuan yang dilancarkan sang ayah sejak bangun pagi tak diindahkannya. Bisa jadi karena Bian ingin ayahnya turut merasakan bagaimana rasanya dicuekin.
"Kak.. nanti malam. Ke Timezone yuk.. Ayah janji bakal pulang cepat!"
Bukannya menjawab, Bian buru-buru menyudahi sarapan cerealnya. Meraih sepatu kets tingginya dan mencangklong ransel biru dari sofa. Aryapun segera melesat meraih kunci Terios dan menyiapkan mobil untuk keluar dari garasi.
Sepanjang limabelas menit perjalanan, aksi mogok Bian masih berlanjut. Kesabaran Arya benar-benar diuji.
"Kak.. Ayah mohon maaf ya. Ayah janji bakal luangin waktu buat Bian"
Mobil sudah sampai di depan sekolah Bian.
"Ayah gak asik kayak om Seno! Bbrraaakk!!"
Telinga Arya sampai berdenging merasai pintu mobil yang ditutup kasar. Ditambah lagi rasa terkejutnya yang menangkap satu nama asing yang baru didengarnya.
Siapa Seno? Om katanya? Temen Fina? Atau tetangga?
Naluri kelakiannya terasa terusik. Ada nama lain di hati anaknya. Itu jelas bukan berita baik. Tak bisa dianggap sepele. Arya tak terima.
"Bun.. Siapa Seno?"
Gerakan Fina yang terburu dandan di depan cermin kamar terhenti. Matanya menatap pantulan wajah Arya yang masih belum mandi itu dari dalam cermin.
"Oo.. FM aku di kantor Mas. Kemarin dia main ke sini. Koq tau? Dari Bian? Ngomong apa Bian?"
Raut muka Arya langsung berubah tak senang.
"Ngapain dia urusan sama Bian, harusnya kan urusan dia sama kamu cuman urusan kantor Bun?"
"Ya..kebetulan aja Mas.. pas dia ke sini Bian lagi ngambek di teras", selanjutnya Fina menjelaskan runtut ceritanya.
"Jangan diulang lagi. Aku gak suka kayak gitu"
"Mas harusnya terimakasih sama dia, ka..."
"Oo.. jadi kamu sekarang bela atasan kamu itu?"
"Mas.. mas Arya yang gak bisa ngertiin anakmu. Mas Arya yang selalu sibuk gak punya waktu buat Bian. Sekarang mas malah nyalahin orang lain. Harusnya mas Arya instropeksi diri dong"
"Aku kerja buat kalian Fin... Bukan buat main-main.. atau jangan-jangan kamu ada rasa sama atasan kamu?"
"Maass...!"Mata Fina terbelalak. Tak mengira Arya menuduhnya seperti itu.
"Iya kan... Jujur aja? Makanya kamu menolak aku semalam ?"
"Maass...tega kamu Mas..!!" Dada Fina bedenyut nyeri. Sakit rasanya. Tuduhan Arya sungguh tak beralasan.
"Kenapa? Kaget ketahuan hah?"
"Astaghfirullah Mas Arya...!" Fina membekap mulutnya. Arya benar-bebar keterlaluan. Dengan kesal Fina meraih satchel bagnya. Lebih baik ia ke kantor saja. Sebelum pertengkaran mereka semakin panas.
"Bagus.. kamu sekarang berani ngelawan suamimu hah? Temui sana bos kamu itu. Pasti dia ganteng kan? Dan lebih banyak duitnya dari aku?"
Kata-kata Arya sungguh menyakitkan. Tak terasa setitik embun membasahi sudut matanya. Dia sungguh tak mengira keadaannya bisa jadi berbalik begini. Seharusnya ia yang mencurigai Arya. Tapi kenapa sekarang keadaan malah menyudutkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo Kita Pisah (end)
RomanceSafina seorang manager sebuah perusahaan dan sudah menikah. Suatu saat ia mencurigai suaminya telah berselingkuh. Segala upaya ia lakukan demi mencari tau perselingkuhan itu. Tapi keadaan malah menjadi berbalik.sang suami pun mencurigainya telah ber...