sembilan belas

1.6K 111 5
                                    

Jika aku menjauh..

Jangan biarkan...

-Safina-

yeayyy... akhirnya up lagi....
masih sabar kan ??

Berhadapan dengan kedua kakak iparnya yang sama-sama cerewet itu memang bisa membuat Seno frustasi. Sepagi ini Celin dan Fiona kompak sekali menyambangi Seno setelah urusan rumah mereka selesai. Padahal Celin baru kemarin datang dari Aussie. Niat sekali mereka. Bebawaan yang berjudul sarapan pagi dan teman-temannya begitu lengkap tersedia di meja makan.

Tingkah keduanya seperti jaksa penuntut umum yang mengejar pengakuan seorang tersangka pelaku pemerkosaan saja. Pertanyaan demi pertanyaan dari mereka kudu mesti ia jawab dengan jujur. Bertiga mereka ngobrol di meja makan. Kebetulan juga hari ini, Seno berniat siang hari baru ke kantor. Setelah beberapa hari kesibukannya cukup menggila.

Kedua kakak iparnya itu memang memiliki kemiripan sifat. Sama-sama cerewet dan galak. Tapi amat sangat baik hati. Yang membuat kedua kakak Arseno, Arkana dan Adrian menjadi suami bucin pada istrinya masing-masing. Dan keduanya pula yang dulu diam-diam mendukung Seno untuk membatalkan perjodohannya dengan Ayundira dan membuat Seno aman ketika harus pergi jauh meninggalkanJakarta. Seno tak akan pernah lupa bagaimana kedua wanita cantik itu berakting dengan pura-pura tidak tahu ketika Aswin blingsatan kesana kemari mencari keberadaannya.

"Trus kapan kamu mau ngenalin ke Papa Dik?" tanya Celin sambil menuang susu UHT dari kotaknya lagi setelah semangkuk sereal tandas sebagai sarapan paginya.

"Menurut mbak Fio, Papa responnya gimana kalo liat Fina?" yang ditanya hanya balas menatap Seno tanpa menjawab. Sorot matanya jelas meragu. Mulutnya sendiri asik menguyah mete madu kesukaannya.

"Kalo denger cerita kamu dan Fio nih... terus terang aku belum bisa yakin kamu mampu mempertahankan Fina di depan Papa. Berat Dik. Secara kalo istilah mas Iyan itu bibit bobot bebet nya gak ada yang masuk di Papa". Omongan Celin memang tak ada salahnya.

"Saran aku ya.. Sen...", ucap Fiona sambil terlebih dahulu mencepol asal rambut panjangnya. "Jangan pernah bawa Fina ke depan Papa, kalo hati kamu belum bulat. Ngerti maksud aku...? jadi kamu harus semantap mungkin sama Fina. Entah dari sifatnya dia. Entah dari asal dia. Entah dari masa lalunya. Jangan pernah ada secuil keraguan dari satu itu yang masih ada di hati kamu ketika kamu berani bawa Fina di depan Papa. Kamu tahu kan Dik.. bisa setajam apa mulut Papa kalau ngomong. Yang aku khawatirkan bukan kamunya tapi Fina..."

Fiona mengambil jeda sejenak. Seteguk air mineral dingin kini ia butuhkan untuk ngobrol panjang kali lebar seserius ini.

"Maksud mbak Fio .. Fina bakal tersinggung gitu sama Papa?"

"Bukan tersinggung.. kamu tau Sen... perempuan yang habis bercerai itu seringkali rasa pedenya ilang. Dia ngrasa dia banyak kurangnya. Dia ngrasa gak pantas bersanding dengan siapapun. Dan itu biasanya bikin dia kacau. Cowok yang gak tau gimana dia, bakal liat dia kayak orang pesakitan yang gak menarik. Dan kamu kalau emang berniat pengin deketin dia, stok sabar kamu itu kudu unlimited dan kudu sale sampe abis istilah mbak shopee. Kamu kudu siap liat dia gak percaya diri yang bikin kamu boring. Kamu kudu siap liat up and down-nya dia ketika berhadapan sama masa lalunya. Bisa jadi lho.. ketika dia bertemu dengan mantannya, dia masih terbawa suasana. Walaupun maksud hati dia bukan untuk kembali. Berat lho Dik. Ujiannya bisa kayak tesis. Bisa bikin suasana hatimu jumpalitan kayak roller coaster. Bayangin aja pernikahan dua belas tahun, mereka udah tau satu sama lain. ibarat tahi lalatnya aja mereka tahu adanya di sebelah mana.. Iya kan..? Satu lagi.. perempuan kayak gitu biasanya gampang nglepas seseorang yang menurut dia gak akan kuat untuk bersama dia. Ngerti gak apa yang aku omongin ini Dik?"

Ayo Kita Pisah (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang