Dua

3.5K 138 6
                                    


Mata bisa bicara apa saja..
Tanya saja hatimu...

- Safina-

POV Author

"Bian sudah tidur Mbok?"

"Barusan Bu.. tadinya mau nunggu Ibu" 

Ada rasa bersalah merambat di hati Fina. Pulang pukul sembilan malam terhitung terlalu larut untuknya. Persiapan national meeting Minggu depan memaksa ia bekerja lebih keras. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan menjelang keberangkatannya nanti.

Dan untuk anak seumuran Febian, memang sudah seharusnya sudah berangkat tidur pada jam segini.

PING
Fin... Besok pagi sarapan soto ya, pengin nih ..

Oke

Sepertinya manajer barunya itu tipe doyan jajan. Tadi sebelum Fina mengantarnya ke hotel tempat dia menginap, Seno ingin mencicipi nasi goreng yang terkenal di kawasan Gajahmada, menuruti referensi jejak TripAdvisor yang dibacanya.

"Bu...Bapak pulang kapan Bu?"

"Katanya Sabtu Mbok"

Dari pertanyaan Mbok Suri baru Fina sadar bahwa seharian ini suaminya tak menghubunginya. Padahal kebiasaan setiap siang selalu say hello walau hanya sekedar mengingatkan Fina untuk makan siang. Hal sepele yang selalu dilakukannya sejak dulu.

Dan ini hari ketiga sang suami bertugas ke Purwokerto. Ada satu pekerjaan pembangunan mall yang ditanganinya. Ia memang bekerja sebagai site manager salah satu kontraktor besar yang cukup ternama di kota ini.

Mas.. sudah tidur?
Jangan lupa minum vitamin

Pesan WhatsApp itu sudah terkirim sejak satu jam yang lalu. Bahkan sampai Fina selesai membersihkan diri dan bersiap tidur masih masih centang satu. Fina coba memencet menu panggilan, tapi hanya mbak operator yang menjawab.

Fina memang bukan tipe wanita posesif yang mewajibkan sang suami menghubungi istri setiap sekian jam sekali. Apalagi masa pernikahannya yang sudah memasuki usia dua belas tahun. Cukup rasa percaya satu sama lain jadi modal utamanya. Apalagi mereka sudah mengenal sejak masa kuliah dulu. Dan Fina merasa pernikahannya dengan seorang ARYA DEWANTARA selalu baik-baik saja. Begitu pemikirannya.

"Ayah pulang kapan?"

Maaf ya nak...
Ayah Senin baru pulang

Ga jadi Sabtu mas? Anakmu pengin berkuda lho mas

Maaf  Nda.. ada yang harus aku selesaikan akhir Minggu ini . Gak bisa aku tinggal

Yaah.. ayah ... Minggu kemarin udah batal. Koq batal lagi sih?

Maaf ya sayang...


Wajah Bian berubah lesu. Ponsel yang masih posisi loud speak itu diletakannya kasar.  Sarapan pagi di hadapannya, yang masih separo isi, urung dilanjutkan. Hanya dipandangi dengan bibir mengerucut. Matanya menyiratkan kekecewaan mendalam.

"Sayang.. gimana kalo Sabtu berenang sama Bunda?"

Bukannya menjawab, Bian malah melengos, turun dari kursi dan segera meraih ransel birunya dan sepatu hitamnya. Dengan menhentakkan kaki melangkah masuk ke mobil.

Ayo Kita Pisah (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang