Chapter 33

3.8K 261 2
                                    

Mirela tak berhenti nya bertanya kepada Morela apakah tangan nya sakit akibat tertusuk pisau? Ia mengkhawatirkan kembaran nya itu, sungguh menggelikan.

"Udahan napa, La. Gue gak apa-apa kok." Morela memutar bola mata nya jengah.

"Tangan lo ketusuk anjir, siapa yang udah berani nyakitin kembaran gue? Gue gelindingin ke jurang." Ujar Mirela dengan nafas menggebu-gebu. Melihat tangan kembaran nya yang terlilit perban, membuat Mirela marah besar. Apalagi kalo anggota tubuh kembaran nya yang hilang, bisa hancur dunia karenanya. "Lagian kenapa sih lo nyari penyakit kaya gini." Lanjut Mirela lagi, ia mengomel kepada kembaran nya.

"Gue cuman mau main-main doang sama Maxim." Mirela terbelalak, mulut nya terbuka lebar.

"Maxim yang buat lo kaya gini? Harus di kasih pelajaran tuh cowok." Mirela mengepalkan tangan satu nya sambil memukul-mulul telapak tangan nya, bak orang pengen baku hantam.

"Cuman gini doang mah kecil kali." Ucap Morela sinis. "Lo ikut turun atau gue tinggal di sini." Ancam Morela.

"Ikut lah, gue kan mau belajar." Mirela mengerucutkan bibir nya.

Morela dan Mirela meletakkan tas nya setelah sampai ke bangku masing-masing. Morela sibuk dengan ponsel nya dan Mirela yang sibuk menghitung kapan puncak balas dendam mereka.

Setidaknya, serum yang Mirela buat sudah sempurna. Ia akan melihat nanti, apakah serum tersebut berkerja dengan baik atau malah sebaliknya.

"Gue mau ke loker dulu, ada yang ketinggalan." Ucap Morela, lalu meninggalkan Mirela seorang diri.

Morela berjalan ke arah loker nya. Ia juga pertama kali membuka loker nya, menurutnya tidak penting juga menyimpan barang berharga di dalam loker, kecuali untuk menyimpan pistol dan pisau nya.

"Morela." Morela memejamkan mata nya sejenak saat sapaan hangat terdengar di telinga nya.

"Kenapa?" Morela membalikkan badan nya, Maxim tersenyum senang. Cowok itu tidak merasa lelah tersenyum terus kepada Morela.

"Lo cantik." Ucap Maxim tanpa di duga, alis Morela berkerut seketika.

"Gak jelas. Awas, minggir." Morela merasa terkurung di sini, sepertinya Maxim tidak akan membiarkan nya bebas.

Maxim akan tersadar satu hal yang aneh dari Morela. Yakni, telapak tangan nya yang di perban. Hal itu membuat Maxim panik.

"Tangan lo kenapa? Lo habis jatuh dimana?" Tanya Maxim dengan tidak sabaran.

"Ini gara-gara lo, gila." Maki Morela di dalam hati.

"Sakit gak?" Tanya Maxim lagi. Morela membalas dengan gelengan kepala. Tangan Maxim terulur menyentuh telapak tangan Morela yang terbalut perban.

"Queen-nya Max, jangan sampai terluka kaya gini lagi ya. Sorry malam tadi gak sengaja." Maxim menarik lembut tangan Morela, lalu mengecup singkat sambil tersenyum menatap Morela yang memandang nya tak berkedip.

"Gak usah kaget gitu, gue udah tau yang ngalangin jalan gue tadi malam itu lo, jahil banget sih." Maxim tidak marah, malahan ia yang meminta maaf kepada Morela.

"Hah lo ngomong apa?" Morela pura-pura tuli. Sial sekali, kenapa ia bisa ketahuan sama Maxim.

"I love you, Ela. Selama nya gue cinta sama lo."

Morela menyerit tak suka. "Lo gak ada kata lain selain itu, Max? Perasaan itu-itu mulu yang lo bilang ke gue."

Maxim memikirkan sebentar kata-kata yang belum pernah ia ucapkan kepada gadis di depan nya ini.

TWO M MAFIA GIRL'S [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang