Chapter 15

5.3K 382 2
                                    

Morela dan Mirela saling merangkul saat memasuki mansion nya. Terdengar gelak tawa dari mereka. Melihat motor Maxim yang tak berdaya di pinggir jalan merupakan sebuah lelucon bagi nya. Maxim memang payah, kata nya kaya bensin kok gak unlimited.

Mr. Bre duduk di ruang tamu sambil membaca berita yang sangat pupoler hari ini. Ya, tentang kebakaran perusahan yang di alami oleh keluarga Wriston.

Mendengar suara gelak tawa. Mr. Bre menutup tablet android milik nya. Dan merentangkan tangan menyambut kedatangan cucu kesayangan.

"Hey, cucu kakek!" Mr. Bre mencium bergantian pipi Morela dan Mirela. Si kembar tampak terkikik geli saat kumis tipis kakek nya menyentuh permukaan kulit mereka.

"Kakek geli." Ucap kedua nya.

Mr. Bre melepaskan pelukan nya. Kedua cucu nya sangat bersinar siang ini.

"Wow." Morela berdecak kagum, melihat ke arah layar tablet android milik kakek nya. Menampilkan berita yang sangat ia tunggu.

"Udah masuk berita ya?" Tanya Mirela. Ia ikut melihat juga. Lalu kedua nya tertawa sambil ber-tos ria.

"Gimana? Keren kan kek?" Morela tersenyum senang.

"Apa nya yang keren?" Mr. Bre masih tidak paham.

"Berita kebakaran itu. Ulah kita berdua." Mirela memasang wajah penuh kebanggaan.

Mr. Bre tidak terkejut. Ia sudah menduga itu ulah kedua cucu usil nya. Walaupun begitu, ia tidak pernah memarahi mereka hanya karna masalah sepele seperti ini. Garis bawahi masalah sepele.

Lagian Mr. Bre tahu kok. Cucu nya tidak akan meninggalkan secuil jejak pun saat beraksi.

"Ya, kalian sangat hebat." Puji Mr. Bre.

"Tak tertandingi!" Sahut Morela.

☠☠☠

Maxim menghempaskan tas nya ke atas king size bed nya. Maxim mengacak rambut nya, hingga berantakan. Ia masih kesal atas motor nya yang mogok. Di tambah ibu-ibu yang terus mencibir nya.

Jika mereka tahu, orang yang mereka kasih cibiran itu anak tunggal Wriston bisa mampus mereka semua.

Maxim menyandarkan badan nya di dinding kamar nya. Sambil melihat ke arah hp nya. Potret Morela saat sedang makan di kantin. Maxim terus tersenyum menatap itu.

Katakan saja jika Maxim sudah gila dengan Morela. Memang itu fakta nya.

"Oh shitt! Morela lo sangat sempurna. Gimana cara nya biar gue bisa dapetin lo!" Ucap Maxim lirih.

"Gue santet aja kali. Ahhhhh, gue makin tambah cinta sama lo!" Ungkap Maxim frustasi.

Maxim mengarahkan pandangan nya ke atas langit-langit kamar. Bayangan Morela terus menghantui nya.

Tidak lama kemudian hp nya berdering. Maxim menekan tombol hijau ke atas, panggilan tersambung.

"Bos! Ada penyusup di markas." Ucap salah satu anak buah nya.

"Siapa?" Tanya Maxim datar.

"Saya belum liat orang nya. Tapi yang lain udah sekap dia di ruang bawah tanah." Jawab nya.

"Oke! Gue segera ke sana." Maxim memutuskan panggilan nya.

Dengan segera, menyambar jaket. Tanpa terlebih dahulu mengganti baju seragam nya. Maxim akan menginterogasi orang itu saat ia sudah sampai di sana.

"Hai Max, mau kemana?" Tanya Alice. Menatap putra tunggal nya keluar dengan terdesak-desak.

"Markas. Ada penyusup." Jawab Maxim singkat. Ia menghidupkan mobil nya. Lalu keluar dari mansion milik keluarga nya.

Beberapa menit, ia telah sampai di markas. Gabrian, Dean dan Felix sudah berada di sana. Maxim membuka ruang bawah tanah. Terlihat seseorang duduk di kursi, tangan nya di ikat begitu pun mata nya di tutup menggunakan kain.

Maxim melepas ikatan di mata nya.

"Akhhh, le-lepasin gue." Ucap orang itu dengan nada serak.

Maxim berjongkok di hadapan orang itu. "To the poin. Lo suruhan siapa?" Tanya Maxim.

Orang itu terdiam sambil menatap Maxim tajam. Ia menggerakkan tubuh nya ke sana kemari. Membuat kursi yang ia duduki bergerak juga.

"Jawab! Jangan sampai gue congkel mata lo." Ancam Maxim sangar.

"SAMPAI KAPAN PUN GUE GAK AKAN JAWAB PERTANYAAN LO!" Teriak orang itu, suara nya menggema di seluruh ruangan.

"Dean buka iketan nya. Sama baju nya!" Suruh Maxim tak terbantah. Dean mengangguk mantap. Segera membuka ikatan dan baju orang itu. Tidak ada apa-apa di tubuh nya, hanya ada luka goresan membekas panjang di dada hingga perut.

"Balik badan lo!" Suruh Maxim lagi. Orang itu hanya menurut.

Maxim tersenyum simpul saat mendapat apa yang ia cari di tubuh orang itu.

"Suruhan Robert." Ucap Maxim. Tentu saja ia tahu. Tato harimau di belakang telinga. Sudah menjadi tanda orang itu anak buah Robert.

Orang itu diam membeku. Nasib sudah, lawan nya mengetahui dari mana asal nya.

"Atas dasar apa, hah?" Tanya Maxim.

Tidak ada jawaban. "Lo diam sekali lagi gue jahit mulut lo!" Maxim mengancam dengan nada kegeraman.

Orang itu mendecih pelan. "Gue gak peduli." Ujar nya.

Maxim mendecakkan lidah nya. "Dah lah males gue sama lo!"

Sret'

Tanpa babibu lagi, Maxim memenggal kepala orang itu. Maxim tidak suka orang yang terlalu bertele-tele. Tapi kalau dia yang bertele-tele sih gak apa-apa.

Maxim mengambil kepala orang itu. Lalu, ia buat kedalam sebuah toples.

Ah, kalian tahu sisi menyebalkan nya Maxim saja kan? Kalian belum tahu gimana menyeramkan nya sosok Maxim si play boy tengil.

"Daging penyusup ini, kasih makan Kitty. Pasti dia lapar." Suruh Maxim. Ia memotong-motong daging orang itu menjadi dadu.

Darah membasahi baju putih Maxim. Aroma anyir menyeruak memenuhi ruangan. Maxim menyukai bau darah orang yang menantang nya.

"Sisa nya, kalian urus sendiri." Ucap Maxim pada anak buah nya.

Setelah itu Maxim melepaskan baju nya. Membuang nya ke tempat sampah. Jangan sampai mama nya tahu kalau dia sudah membunuh orang hari ini.

ʕ•ᴥ•ʔ


See you⚔
     

TWO M MAFIA GIRL'S [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang