Chapter 11

6K 464 2
                                    

Maxim duduk sambil bertopang dagu di samping brankar Morela. Sudah 1 jam lalu, Morela belum sadarkan diri juga.

Maxim terdiam dalam bisu nya. Sesekali melihat wajah Morela yang tertidur dengan sangat damai. Bahkan wajah nya bertambah dua kali lebih cantik.

Ingin sekali Maxim menyentuh lembut pipi Morela yang nampak mempesona bagi nya.

Karena tidak kuat lagi. Tangan Maxin benar-benar menyentuh pipi Morela.

"Pipi lo chubby banget, minta di cium." Gumam Maxim.

Tiba-tiba Morela bangun dari pingsan nya, langsung memelintir tangan Maxim yang sudah menyentuh pipi nya.

"Lo lancang banget." Ujar Morela sinis.

Maxim meringis kesakitan. "Lepasin bego! Tangan gue bisa patah lo gituin."

Bukan nya melepas, Morela semakin bersemangat untuk membuat tangan Maxim patah.

"Biarin, hukuman buat lo. Karena berani pegang-pegang pipi gue."

"Lo cantik banget, Ela." Kata Maxim lembut.

Hening. Morela terdiam. Ela? Hanya orang terdekat nya yang memanggil nya dengan sebutan Ela. Jarang sekali ada yang tau dengan nama panggilan itu.

"Lo manggil gue Ela?" Morela bertanya. Tangan nya masih kuat memelintir tangan Maxim.

Maxim mengangguk. "Morela-Ela. Cewek yang bakal jadi pacar ke seratus gue."

Plak'

Morela menggeplak kepala Maxim. Sebelum itu terjadi Morela akan menghancurkan kepala Maxim. Berani sekali dia.

"Gak akan pernah. Sampai kapan pun gue gak sudi sama lo!"

"Perasaan gak bisa di tebak. Gue bakal berusaha dapetin lo! Gak mau tau pokok nya gue mau sama lo. Titik!" Jelas Maxim. Entah kesambet setan penghuni UKS atau apa. Bisa-bisa Maxim tiba-tiba suka sama Morela.

"Jangan maksa." Jawab Morela. Kaki nya menuruni brankar. Ribet banget berususan sama Maxim.

"Tapi gue mau lo Morela. Cuman lo! Apa pun itu gue mau sama lo." Ucapan Maxim gak boleh di bantah.

Morela terdiam di depan pintu UKS tanpa menoleh ke arah belakang menatap Maxim. "Jangan suka sama gue atau lo bakal nyesel nanti."

"Kenapa?" Tanya Maxim penasaran. Morela tak menjawab justru meninggalkan Maxim sendirian di UKS.

"Morela! Lo belum bagi nomor whatsAPP lo apa?!" Teriak Maxim saat Morela sudah jauh dari pandangan mata nya.

☠☠☠

"Lo pada tau gak sih? Kalo di sekolah kita ada pelakor murahan. Berani banget rebutin pacar orang. Gak ada malu." Teresa duduk di dekat tempat duduk Morela dan Mirela. Ia sedang menyindir Morela.

"Muka nya sih oke! Tapi kelakuan nya busuk banget." Sindir Teresa lagi. Mata nya menatap tajam ke arah Morela yang sibuk memakan nasi goreng nya.

"Pacar gue di deketin, hati-hati ya guys pacar kalian harus di jaga. Nanti di embat si itu tuh." Teresa memonyongkan bibir nya, menunjuk Morela.

"Oalah ada pelakor baru rupa nya." Selina datang memanas-manasi.

Selina menyenggol tangan Morela. Hingga sendok yang di tangan Morela jatuh ke bawah. Morela meredam amarah nya. Jangan sampai kelepasan atau kantin ini hancur tanpa sisa.

"Maksud lo apa?" Tanya Morela. Bersikap tenang lebih dahulu. Ia memungut sendok nya lagi.

"Wahhh, belum merasa bersalah ya lo?" Selina tersenyum angkuh.

"Gak tuh." Jawab Morela. Emang apa salah nya? Datang-datang udah main sindir-sindiran.

"Lo caper sama pacar gue, bitch!" Tekan Teresa.

"Pacar lo yang mana ya?"

"Maxim, bego! Dia pacar gue. Lo pasti pura-pura pingsan, biar di bantuin sama Maxim terus lo bisa dua-dua an sama dia. Lo pikir gue gak tau apa?!" Teresa tersulut api amarah nya.

"Oh." Cuman itu jawaban dari Morela. Simple, lagi malas ribut.

"Bener-bener PELAKOR." Teresa menekan kata di akhir kalimat nya. Morela masih tidak bergeming.

"Pengecut lo!" Maki Teresa pelan.

Prang'

Morela melempar piring berisi nasi goreng nya. Kemudian menggapai jus milik siswi lain. Menumpahkan nya ke baju putih Teresa. Setelah itu Morela berjalan mendekati Teresa nya. Mendorong tubuh gadis itu hingga jatuh ke bawah.

Morela berjongkok di atas tubuh Teresa. Mata nya memancarkan kobaran amarah nya. Namun sebisa mungkin ia hanya menampilkan raut datar.

"Gue diem bukan berarti pengecut, gue bergerak dada lo remuk ntar" Teresa merinding mendengar ucapan Morela.

Morela memukul pipi Teresa beberapa kali. "Lo salah cari lawan sama gue."

Usai nya. Morela menarik rambut Teresa. Aksi tak terduga, Morela melempar tubuh Teresa ke tumpukan kursi panjang.

Sontak seisi kantin menjadi ricuh. Para cepu-cepu berlarian segera melapor kepada guru. Sebagian nya. Masih berada di situ untuk melihat kelanjutan perkelahian ini.

Apalagi Selina. Ia bersumpah tidak mau ikut campur lagi, melihat Teresa babak belur seperti itu. Ia jadi ketar-ketir sendiri. Dan berlari meninggalkan kantin. Takut menjadi sasaran amukan Morela selanjutnya.

Teresa bangun dari duduk nya. Menatap nyalang ke arah Morela. Ia memerintahkan kepada teman nya untuk memanggil pasukan nya dan memanggil Maxim.

Beberapa menit kemudian Maxim datang bersamaan dengan dayang-dayang nya Teresa. Maxim terlihat khawatir dengan keaadan Teresa yang mengenaskan.

"Lo kenapa bisa gini?" Teresa memulai akting nya. Pura-pura sedih dan terlihat lemah.

"Aku gak tau, dia yang dorong aku duluan. Karena aku gak terima di dorong sama dia. Aku balik serang. Eh, dia malah numpahin baju aku sam jus." Adu Teresa.

"Siapa orang nya?"

"Dia!" Teresa menunjuk Morela. Sedangkan yang di tunjuk duduk di atas meja dengan santai.

"Morela." Gumam Maxim tak percaya.

"Iya gue. Yang udah buat pacar lo jadi kayak gitu. Gimana? Keren kan?" Morela menaik turunkan alis nya.

Maxim beneran tak habis pikir. Makin ke sini makin bar-bar aja si Morela.

"Dia ada salah apa sama lo?"

Wow! Seperti nya Maxim mendukung pacar nya.

"Banyak." Singkat Mirela.

"Ya apa?"

"Tanya sama pacar lo sendiri. Dia yang lebih tahu."

Morela berbalik meninggalkan kantin yang tiba-tiba berubah menjadi kuburan. Ia mengambil hp nya di saku. Lalu mengirimkan satu pesan kepada seseorang.

Teresa

Lo sentuh dia? Lo bakal nyusul teman lo di neraka

M2

☠☠☠

Double up

Janlup votmen nyaaaa

TWO M MAFIA GIRL'S [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang