Chapter 34

3.7K 264 1
                                    

Tidak ada hari tanpa masalah, Maxim baru saja selesai berdebat dengan papa nya karena seekor singa milik nya hilang entah kepada dan kini muncul lagi masalah baru di markas nya. Mau tak mau Maxim melajukan motor nya secepat kilat ke markas.

Kata Gabrian, markas Devil Black Gang di serang oleh puluhan gangster, tidak ada tujuan yang pasti mengapa mereka menyerang markas Maxim.

Segera Maxim memarkirkan motornya, lalu berjalan menuju kerumunan antara gangster-gangster itu.

"Mau ngapain lo di markas gue? Nyari mati?" Tanya Maxim datar, luar markas sangat berantakan sekali.

"Lo duluan yang mulai! Lo terlihat sangat berkuasa di sini, aslinya lo itu sampah. Lo bikin hidup kami menderita, Max." Ucap ketua gangster tersebut—Hyper. Maxim menyerit, seumur hidupnya ia tidak pernah berususan apalagi bermasalah dengan anak gangster.

Lawannya hanya penguasa penting, beban semesta alam atau manusia yang memang pantas dimusnahkan.

"Tujuan lo ke sini apa?" Tanya Maxim.

"Gue mau minta pertanggungjawaban atas kelakuan lo!"

"Gue gak berbuat apa-apa." Elak Maxim, dan itu memang benar. "Tiba-tiba lo nyerang markas gue, nuduh-nuduh gue yang gak jelas kayak gini, maksud lo apa hah?!" Maxim mencengkeram kerah baju ketua gangster tersebut.

"Gak usah pura-pura gak tau. Lo kan yang lapor polisi tentang grup gue, sampai temen-temen gue pada di tangkap dan sebagian berhasil kabur. Kita udah temenan lama, Max. Lo bikin kita kayak gini, gue kecewa sama lo." Dengan cepat Maxim menarik tangan Hyper lalu menatap nya dalam-dalam.

"Gue gak tau masalah apa yang menimpa sama lo, temen-temen lo. Yang pasti bukan gue pelakunya, gue gak ada sangkut pautnya sama masalah lo." Jelas Maxim, urat leher nya terlihat menonjol, wajah nya memerah. Maxim tidak terima di di tuduh.

"Ya terus selain lo siapa lagi hah?" Jawab lawan bicara nya tak kalah marah.

Maxim melepaskan genggaman nya dengan hentakan. Persetan, Maxim benar-benar tidak mengerti kenapa hidupnya sekarang banyak masalah seperti ini.

Terutama, kejadian satu minggu yang lalu. Maxim berserta anak buah nya masih mencari pelaku yang memecahkan kaca jendela markas nya. Pendendam? Seperti nya tidak. Maxim hanya merasa dirinya di permainkan. Ia masih tidak terima.

"Kenapa lo jadi mikir yang lapor lo pada ke polisi itu gue?" Tanya Maxim.

"Gue ada bukti." Jawab nya.

"Mana? Gue liat bukti nya." Ucap Maxim, Hyper menunjukkan rekaman jika Maxim ke kantor polisi lalu melaporkan sesuatu. Maxim semakin bingung, kejadian nya semalam. Berpikir sebentar, Maxim rasa diri nya tidak ada keluar kamar ataupun rumah. Bukan nya kemaren ia menghabiskan waktu dengan ayah nya bermain biliar.

"Itu bukan gue." Tekan Maxim.

"Itu lo, Max! Masih gak mau ngaku?" Hyper berteriak marah, anak buah nya yang tersisa ingin menghantam Maxim. Tetapi di cegat oleh ratusan pengawal.

Orang yang ada di rekaman tersebut, menggunakan jaket hitam yang di belakang nya di desain tengkorak berapi. Itu merupakan salah satu ciri dari Devil Black Gang, untuk desain milik ketuanya di tambah kelopak bunga mawar yang bertaburan.

Nah yang Maxim lihat, orang yang ada di rekaman itu memakai jaket milik nya. Jaket itu bukan sembarang jaket yang bisa di beli di toko manapun, di buat khusus oleh seseorang.

"Terus dengan melihat rekaman ini, lo pikir itu gue yang buat? Terus terang gue gak pernah mikir buat bikin lo seperti ini. Dan misalkan gue yang salah disini, apa tujuan gue bikin grup lo hancur kaya sekarang?" Tanya Maxim sambil menggenggam tangan nya di samping kiri dan kanan.

Hyper terdiam, memandang Maxim mencari kejujuran di mata lelaki itu. Akhirnya pikiran nya terbuka lebar, benar kata Maxim untuk apa dirinya membuat grup Hyper hancur tanpa ada kesalahan antara dua kubu yang di perbuat.

"Sorry bro." Ujar Hyper.

Maxim mengembuskan nafas nya. "Lo tau kan? Sekarang Devil Black Gang gak aman. Gue merasa sedang di awasi oleh seseorang." Terang Maxim, menyampaikan apa yang ia selidiki akhir-akhir ini.

"Dan datang nya lo kesini membawa berkah bagi gue." Lanjut nya.

Hyper mendengus geli. "Berkah apa an?"

"Gak ada lupakan." Ujar Maxim, ia menatap seluruh inci depan markas nya, lalu berkata. "Lo gabung sama gue, nyawa lo di incar dua orang, masuk markas gue bakal jelasin apa yang terjadi." Suruh Maxim. Hyper mengangguk, bagaimanapun ia dengan senang hati mengikuti ajakan Maxim. Diri nya tidak punya tempat tinggal lagi, bahkan markas mereka di kelilingi oleh garis polisi.

"Gue sedang dalam gak baik-baik aja." Ucap Maxim saat dua cowok tersebut mendudukkan punggung di sofa panjang.

Lalu Maxim menceritakan tentang apa yang terjadi di markas nya, hal-hal lain yang ia rasakan. Pesan misterius di email nya, sampai sekarang pesan itu masih tersimpan baik.

"Ternyata masalah lo lebih rumit dari gue. Sorry bro, bikin keributan di markas lo." Maxim mengangguk, tidak masalah.

"Bukan cuman itu, gue lagi menyelidiki sesuatu yang gue rasa cukup ganjal. Lo mau bantu gue? Gue rasa dengan kehadiran lo disini bikin masalah gue berkurang." Hyper mengiyakan ajakan Maxim untuk bekerja sama.

"Setelah gue pikir, kita berdua sedang di adu domba." Ucap Hyper kepada Maxim yang tengah meneguk wine, mendengar ucapan Hyper hampir membuat Maxim tersedak.

"Siapa yang berani main adu domba sama gue?" Tanya Maxim murka.

Hyper mengambil satu batang rokok dari bungkus nya, mengapitnya di antara jari telunjuk dan tengah, lalu mendekatkan rokok tersebut di bibir merah nya, tanpa ada api yang tersulut di batang rokok itu.

"Ya maka gue tau." Jawab Hyper, terdengar jengkel di telinga Maxim. "Temen lo kemana?" Tanya Hyper, yang ia maksud adalah, Dean, Gabrian, dan Felix.

"Di bawah mungkin, Felix lagi di kamar." Jawab Maxim seadanya.

"Felix masih sama kaya dulu?"

"Masih. Bedanya sekarang dia lebih sering di depan komputer."

"Ohh." Singkat Hyper. Kemudian ia terbelalak mengingat sesuatu. Ia nampak nya ragu untuk bertanya kepada Maxim.

"Max...?"

Maxim menoleh." Apa, wine?"

Hyper menggeleng. "Lo tau Medussa?"

☠☠☠

Hay gaysss

Ada tokoh tambahan nih, hahaha

TWO M MAFIA GIRL'S [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang