Chapter 35

3.6K 276 4
                                    

"Gue besok pergi ke Los Angeles." Ucap Morela, di samping nya ada Maxim yang menoleh saat gadis itu mengatakan apa tujuan nya membawa Maxim di rooptof.

"Lo pindah?" Tanya Maxim.

"No, ada yang gue urus di sana." Jawab Morela sambil menatap Maxim dengan tatapan datar. Maxim mengangguk, rasa nya sangat aneh, ditinggalkan orang yang ia sayang, apalagi orang itu benar-benar bukan milik nya.

"Gue bakal kangen sama lo." Ujar Maxim, menyugar rambutnya.

Jari-jari Morela menyentuh pelan wajah Maxim, membuat cowok itu diam tak berkutik, jantung nya berdetak dengan cepat bahkan wajah nya sudah memerah sekarang.

"Ela, lo...?"

Ucapan Maxim terpotong ketika Morela  meletakkan jari telunjuk nya di bibir Maxim.

"Gue tinggal ya, nanti gue balik bawain kejutan buat lo." Maxim terdiam, mereka saling bertatapan di rooptof sekolah tidak peduli ada orang yang berpikir apa-apa tentang mereka.

Tangan Maxim terangkat membelai rambut panjang Morela. Hal yang Maxim suka bila di dekat Morela adalah aroma rambut nya.

"Gue sayang sama lo." Ucap Maxim.

Ujung sudut bibir Morela terangkat. Ia memegang tangan Maxim saat membelai rambut nya dan menjatuhkan nya lagi.

"Jangan di pegang, nanti rambut gue banyak kuman nya."

Maxim tertawa pelan. Bersamaan dari itu Morela mengeluarkan kertas dalam saku baju nya.

"Jadwal penerbangan gue sekitar dua puluh menit lagi. Gue duluan. See you, Max." Morela meninggalkan Maxim di rooptof sendirian seraya masih memegang kertas yang baru Morela berikan.

"Gue bakal menanti kejutan dari lo, Ela." Sahut Maxim ketika Morela telah melangkah jauh.

Saat di depan gerbang sekolah, ada Mirela yang telah menunggu bersama sopir pribadi kakek nya. Bergegas saja, Morela masuk dan meninggalkan sekolah nya.

"Udah?" Tanya Mirela. Morela mengangguk.

Gadis itu menatap ke arah luar jendela mobil. Pikiran nya melayang ke mana-mana. Di otak nya telah ada susunan strategi untuk menghancurkan keluarga Wriston. Setelah pulang dari Los Angeles, Morela akan menyiapkan kejutan. Kejutan yang tak akan pernah Maxim lupa seumur hidup nya.

Tunggu tiga hari lagi. Semua itu akan tiba.

Mobil yang mereka tumpangi telah sampai di bandara internasional. Di sana telah ada Mr. Bre lengkap dengan jas hitam nya serta kaca mata yang bertengger di hidung mancung nya.

Si kembar berlari memeluk kakek nya.

"Kakek!" Seru mereka. Mr. Bre membalas pelukan cucu kembar nya. Kemudian membawa mereka berdua masuk ke dalam pesawat pribadi.

☠☠☠

Sekumpul gadis-gadis, berdiri di sebuah rumah minimalis mewah, yang terlihat kosong. Mereka di undang oleh lelaki yang bernama Maxim untuk hadir di sebuah acara di rumah itu.

Semula mereka berpikir, jika Maxim sedang membohongi mereka. Tetapi Maxim mengabari mereka satu-satu untuk masuk ke dalam rumah tersebut.

Terlihat angker saat membuka gerbang rumah itu. Sekumpul gadis itu berdesakan untuk masuk ke dalam.

Kemudian berkumpul di teras rumah itu untuk menunggu intruksi dari Maxim selanjutnya.

Sesaat, Maxim menyuruh sekumpulan gadis itu untuk masuk ke dalam rumah dan masuk ke kamar nomor13.

Tentu saja mereka berlomba-lomba masuk ke dalam rumah dan mencari kamar no13. Setelah itu pintu kamar yang bernomor13 berderit.

Menampilkan sosok Maxim dengan baju putih, dua kancing atas sengaja tidak ia kancingkan. Maxim menatap tajam satu persatu gadis itu.

"Masuk sayang, ayo puaskan aku." Ucap Maxim dengan nada berat.

☠☠☠

Bebarapa jam berlalu. Kini Morela dan Mirela bersama kakek nya telah sampai di Los Angeles. Morela memejamkan mata nya, membuka nya secara perlahan dengan manik mata menatap tajam ke setiap penjuru. Mirela pun melakukan hal yang sama dengan Morela.

Ini kedua kali nya mereka mengunjungi tanah kelahiran nya.

Tepat sepuluh tahun berturut-turut. Keluarga Bresta tidak mampu untuk kembali ke sini. Di karenakan musuh. Mengincar satu persatu anggota keluarga Bresta. Di sini memang bukan tempat yang aman. Dan untuk saat ini pun ada seseorang yang terus mengintai mereka.

Morela dan Mirela merasakan sesak, sakit, pedih di dalam hati nya. Mereka berdua bersumpah akan menghancurkan, melenyapkan, membinasakan orang yang berani mengusik keluarga mereka.  

Puluhan pengawal Mr. Bre berdatangan menjemput majikan nya yang telah lama mereka nanti.

Mr. Bre mengajak kedua cucu nya untuk masuk ke dalam mobil. Sebelum ada seseorang yang menyadari kehadiran mereka kembali di sini.

Sepuluh menit kemudian. Mereka sampai di rumah orang tua Morela dan Mirela. Tidak ada yang berubah sejak mereka tinggalkan. Oh, tidak. Rumah besar ini memang tidak di rubah sejak pertama kali di bangun, ketika kebarakan besar terjadi. Mr. Bre memperbaiki rumah ini seperti sedia kala tanpa mengurangi dan menambahi bentuk-bentuk asalnya.

"Keren ya rumah kita." Ucap Mirela.

"Ya keren lah." Jawab Morela.

Kedua gadis itu masuk ke dalan rumah.  Mata mereka bergerilya menatap dekorasi-dekorasi yang memenuhi dinding rumah tersebut.

Dan ada yang lebih keren dari itu, yaitu foto mereka berdua yang masih bayi terpajang di dinding ruang tamu. Terlihat imut dan menggemaskan.

"Muka lo gak sama pas bayi." Ucap Morela menunjuk wajah Mirela waktu kecil.

"Ya iyalah. Tambah cantik kan?" Tanya Mirela dengan pede nya.

"Dih ga, tambah burik lo." Tawa Morela.

"Lo juga, hahaha." Sahut Mirela. Mereka saling mengejek satu sama lain ketika melihat foto mereka sendiri.

Mr. Bre masuk ke kamar terlebih dahulu. Kamar yang di tempati Mr. Bre banyak terpanjang foto dirinya dan istri tercinta, Mrs. Casta.

Mr. Bre menghela nafas, ia masih merasa kehadiran istrinya ada di sekitarnya, memeluk-meluk dirinya. Mengelus-elus rambut nya. Dan sekarang yang Mr. Bre dapat hanya lah kesunyian. Diri nya merasa sepi.

"Tidak mau balik, Casta? Aku di sini menunggu mu." Mr. Bre mengusap figura foto istrinya.

"Cucu kita udah besar semua." Mr. Bre tertawa kecut.

Tak lama bahu nya bergetar menahan nangis. Mafia ternama nomor satu didunia bisa menangis karena kehilangan belahan jiwa nya tanpa pamit.

☠☠☠

Maaf, bru up soal nya sibuk PTS








TWO M MAFIA GIRL'S [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang