Chapter 7

7.3K 540 4
                                    

Hai semua :D

Jangan lupa tinggalkan jejak woey:D

Komen setiap paragraf pliss:D

Happy Reading⚔

"mari saksikan pertunjukkan kami malam ini"
~TWO M

Brak'

Ruangan kosong terbuka lebar saat Morela menendang pintu tersebut dan memaksa seseorang untuk masuk kedalam.

"Lo kenapa bawa gue ke sini?" Orang itu adalah Opi. Seperti kata Morela ia akan menghabisi nyawa orang yang sudah berani menyentuh adik nya. Seujung jari pun.

"Menurut lo?" Morela malah balik bertanya.

Opi menggeleng tak tahu. "Lepasin iketan nya, tangan gue sakit."

Morela melempar pisau nya, tepat di samping Opi, hampir mengenai cewek itu. "Lo tau kesalahan lo apa?" Tanya Morela.

"Apa an sih?! Gue gak tau. Cepat lepasin gue atau lo bakal gue laporin ke polisi." Ancam Opi.

Morela menganga pura-pura terkejut dan takut. Opi mengurai senyum penuh kemenangan. Sepekian detik, Morela mengubah raut wajah nya menjadi sinis.

"Lo mau laporin gue ke polisi?" Morela mencabut pisau nya yang melekat di tembok. "Gak semudah itu." Satu tususkan Opi dapatkan di perut nya.

Opi melolotkan mata nya. Ia memandang Morela dengan ketakutan. "L-lepasin gue, gue janji gak bakal ngasih tau siapa-siapa. Gue mohon." Wajah Opi telah penuh dengan air mata. Darah mengucur dengan deras di bagian perut.

"Sayang nya gue gak tertarik dengan permohonan busuk lo. Malah gue akan buat lo semakin menderita di sini."

"Psikopat." Desis Opi.

"Gue emang psikopat. Gue manusia tak berperasaan." Balas Morela. Ia kembali menusuk lengan Opi bergantian dengan sadis.

Suara jeritan keras terdengar di seluruh penjuru ruangan. Untung nya ruang bawah tanah milik Morela, kedap suara walau berteriak sekuat apa pun.

"Gue suka liat lo jerit-jerit kayak gitu. Bikin gue semakin semangat buat congkel mata lo." Ucap Morela datar seraya memotong satu-satu jari Opi.

"J-jangan gue mohon. Lebih baik lo bunuh gue sekalian." Opi memohon meronta-ronta. Nyata nya berurusan dengan Morela membuat hidup nya sangat menderita.

"Gak asik kalo gue langsung bunuh lo begitu aja. Lebih baik gue bermain-main dengan cewek pembully seperti lo."

"GILA, STRES, BAJINGAN, GAK BERPERASAAN, BIADAB." Segala umpatan cacian keluar dari mulut Opi. Rasa sakit di tubuh nya semakin menjadi-jadi. Apalagi jari-jari tangan-kaki nya hilang semua.

Morela menutup mulut Opi dengan pisau nya sambil menatap dingin wajah Opi yang berlumuran darah dan peluh.

"Lanjutkan lagi, yang banyak." Morela tersenyum manis.

Opi menggeleng. Ia menangis dalam diam. Mengharapkan balas kasihan Morela sangatlah tidak masuk akal. Jiwa iblis nya sudah keluar, dan itu sangat menakutkan.

"Bibir lo bagus. Tapi lebih bagus lagi, kalo bibir lo gue potong. Gimana?" Opi menggeleng keras.

"Oh, gak mau ya?"

Srettt'

Satu telinga Opi jatuh ke bawah. Itu membuat Opi semakin histeris.

"B-berhenti plis, gue gak kuat lagi. Udah cukup lo nyiksa gue. Gue mohon. Atau lo bunuh aja gue biar cepet mati." Dengan berderai air mata, Opi memohon kepada Morela.

Morela tersenyum simpul. "Mengampuni lo adalah urusan Tuhan. Mengirimkan lo kepada tuhan itu urusan gue." Morela menarik dagu Opi agar menatap mata nya.

"Denger baik-baik, sekeras apa pun lo meminta buat gue lepasin lo. Gue gak akan pernah lepasin, sebelum lo balik ke tempat asal lo. Neraka." Morela menghempaskan dagu Opi.

"Sampai di sini penyiksaan gue, sekian terima luka dan good bye. Kita akan berjumpa di neraka." Morela melemparkan pisau lipat nya ke pada Mirela yang baru masuk.

Mirela masuk dengan penuh seringai kehausan. Sudah lama tidak melakukan penyiksaan ini.

"Bunuh gue, bunuh gue, cepet bunuh!" Jerit Opi.

"Ssstt." Mirela membekap mulut Opi. Tangan nya yang memegang pisau, menggores pelan pipi Opi hingga tercetak sayatan panjang.

"Lo mau cantik? Oke tenang gue akan buat lo tambah cantik."

Pisau lipat bermain-main indah di atas kulit wajah Opi. Ia meringis menahan sakit yang teramat sangat. Dua gadis kembar itu menyiksa nya tanpa ampun. Dan lihat lah sekarang. Wajah Opi berlumuran darah karena Mirela menggambar Smile di sana.

"Sempurna. Lo kek nya gak tau ya kalo gue hobi menggambar, karena kertas gambar gue habis. Seperti nya muka lo cocok buat gue gambar." Ucap Mirela sarkas.

"Bunuh gue sekarang." Suara Opi mulai melemah. Darah nya terkuras habis akibat sayatan di mana-mana.

"Seperti apa yang lo mau. Gue bakal bunuh lo." Mirela menusuk dada Opi dengan pisau lipat. "Ini kan yang lo mau? Selamat jalan, Opiya Quela." Mirela menggeluarkan pistol nya, mengarahkan ke arah kepala Opi. Selanjut nya suara tembakan terdengar di selingi hancur nya kepala Opi.

☠☠☠

Ngakak ga tuh:D

Jangan lupa tinggalkan jejak woey. Biar aku lebih semangat lagi coks:D

Dan thanks buat kalian yang udah baca cerita aku ini woey

Salam dari duo maot😎🤟
~morela
~mirela

TWO M MAFIA GIRL'S [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang