7. Pupus

590 88 1
                                    

"MAMAH CANTIK~ ADA DIMANA?"

"BELAKANG, SINI BANG" Suara Rose terdengar dari dapur.

Raga melempar asal tasnya ke sembarang tempat, lalu buru-buru berlari kebelakang waktu hidungnya gak sengaja nyium sesuatu yang enak dari arah dapur.

"Asik masak kue, mau dong Mah." Raga ngebuntutin Rose yang baru aja ngeluarin kue kering dari panggangan.

Rose nepok tangan Raga yang mau nyomot kuenya, "Nanti dulu kenapa sih? Baru juga keluar dari oven, masih panas. Kamu juga bukannya ganti baju cuci tangan kaki, main langsung nyelonong kesini."

"Abisan wanginya sampai ke depan tau Mah, kan jadi laper. Btw, Mamah jangan ngomel-ngomel, aku jadi makin naksir, hehe..."

"Kamu ngomong gitu lagi! Papah buang kamu ke sungai ya bang!"

Raga meringis pelan waktu tangannya lagi-lagi di tabok, tapi pelakunya kini adalah sang Papah yang tumbenan banget siang-siang begini ada di rumah. Mamahnya juga gak biasa pulang awal, biasanya sampai sore betah banget diem di playground.

"Di omongin malah ngelamun. Awas aja kalau ngelamunin nikahin Mamah lagi. Di gorok Papah kamu, tau rasa ya nanti!"

Rose berkacak pinggang di depan anaknya ini, benar-benar ketebak jalan fikirannya yang suka nge-blong. Sama aja kaya June yang suka random kemana-mana.

Raga nyengir, lalu setelahnya merajuk memelas melukin pinggang Mamahnya, "Mah... Kenapa Mamah lahirnya duluan sih, atau kenapa juga aku lahirnya kelamaan. Keburu aja Mamah di tikung sama Papah kan. Sebel Raga tuh!"

"Anak sinting, sialan. Lo lama-lama gue bawa ke psikiater juga ya Ga! Sadar, itu nyokap bukan gebetan elo. Mikir, tanpa nyokap bokap juga belom tentu lo bisa bernyawa disini. Jangan incest sialan! Merinding gue!"

"Teteh! Bahasanya di rem!" tegur June melemparkan tatapan horornya ke anak perempuan tengah di keluarganya.

Rania menghela nafas, ia berjalan menghampiri abang juga Mamahnya di dapur. Mengambil duduk persis di depan Raga, lalu setelahnya menganyunkan kakinya di bawah meja dengan sekuat tenaga.

"DAMN! SAKIT! CEWEK SINTING!"

Rania tersenyum puas luar biasa melihat Raga menunduk kesakitan setelah tulang keringnya di tendang oleh Rania.

"Rasain! Biar sadar sekalian!"

Raga memicingkan matanya sinis, "Halah bilang aja lo iri sama Mamah kan? Aslinya mah itu pengen banget manja-manjaan sama gue."

Rania mendesis, "Sori! Gue juga anti berdekatan sama makhluk gak tau asal muasalnya kaya lo gini. Jauh-jauh sana!"

"Gue daritadi juga disini! Lo aja yang cabut sana!"

June yang sedari tadi duduk diam di meja wastafel, menemani Rose yang sedang membersihkan piring, menahan nafas. Benar-benar dia di buat bingung dengan memikirkan, kira-kira dulu kesalahan apa yang udah dirinya perbuat, bisa-bisanya sekarang dia punya anak yang semuanya luar biasa. Yang satu incest, yang satu psikopat.

Padahal seingat June, waktu Rose ngidam dua anak ini, gak pernah kepengen sesuatu yang aneh-aneh atau sampai menyusahkan orang-orang kok. Tapi kenapa begitu udah lahiran bentukannya pada jadi begini sih?

Gak tau aja yang satu lagi gimana aslinya. Nanti June dalamin lagi tentang si bungsu.

Rose nempelin telapak tangannya di kening Rania. Udah gak sepanas tadi malam. "Udah gak panas teh, masih pusing gak?"

Wajah Rania berubah jadi murung, lalu mengangguk-anggukan kepalanya, "Masih Mah. Pusing banget teteh. Terus hidung jadi ikut-ikutan mampet. Jadinya lemes, gak suka ih Mah..."

TENTANG KITA || 01L 02L ft 97L [SQ Anak Gang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang