24. Takut akan kecewa

415 65 0
                                    

Sudah di kepala dua
Harus mulai dari mana?
Ambisiku bergejolak
Antusias tak karuan
Banyak mimpi-mimpi yang 'kan kukejar

Lika-liku perjalanan
Ku terjebak sendirian
Tumbuh dari kebaikan
Bangkit dari kesalahan
Berusaha pendamkan kenyataan bahwa

Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang kukira
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak sekuat yang kukira


"Teh, apa rasanya jadi mahasiswa kedokteran?"

Merasa hanya dirinya yang ditanya, Adel mengalihkan pandangannya dari novel. Memandang dari kaca Stella yang sedang sibuk menyisir rambut panjang hitamnya dengan sisir di depan cermin.

"Yaa gitu aja, biasa aja, sama seperti mahasiswa pada umumnya. Gak ada yang beda."

"Teteh ngomong begitu, karena teteh itu pinter, coba aja Senja yang ada dikedokteran sekarang, udah loncat dari pohon jambunya om Jungkook ahh..."

Stella sama Adel reflek ketawa kecil mendengar gerutuan Senja yang lagi gogoleran di kasur, dengan tangannya yang memgang ponsel tepat di depan wajahnya.

"Kenapa di dunia tuh harus ada yang namanya hitung menghitung sih?! Gue kabur dari Ipa ngindarin fisika, malah ketemu akuntasi di Ips. Gak ngerti apa otak gue tuh penuh dengan yang namanya tambah ini, kurang itu, bagi segini, kali segitu. Lieur anjir!"

Senja berseru kesal sendiri dengan tangannya yang menunjuk-nunjuk langit-langit kamar penuh emosi.

"Atuh, Senja cenah pengen jadi apoteker, gimana bisa lulus apoteker kalau musuhin itung-itungan, dek?"

Senja melirik Adel yang juga menatapnya kini, lalu mengedikan bahunya tak perduli, "Ada kalkulator teteh, gampang. Lagian emang dasar manusia aja, ada yang gampang, masih aja sok ngide mempersulit ini itu. Haish!"

Stella mengumpat kecil dalam hati. Telinganya udah bosan ngedengar keluh kesah Senja yang benci setengah mati sama matematikan dan anak-anaknya.

"Udah tua, kurang-kurangin benci akutansi. Itungan bulan kita udah ujian akhir, jangan sampe lo gak lulus gegara gak bisa nyontek akuntansi!" Peringat Stella dibalas pelototan dari Senja.

"Amit-amit! Gak akan, demi ujian keknya gue memang harus les private dadakan akuntansi ini mah." Ucap Senja sok ngide sendiri.

Adel terkekeh, "Sok, private sana sok, gak usah jauh-jauh, bisa minta tolongin Raga. Kan anaknya mantan Ips dulu. Tar bilang aja langsung ke...."

Ucapan Adel berhenti ngeggantung di udara, setelah dua adiknya kini menatapnya dengan wajah yang merengut. Stella yang membalikan badannya menghadap cermin, juga Senja yang kembali membaringkan badannya di kasur.

Adel mengumpat dalam hati, bisa-bisanya ia lupa kalau Raga tengah mematahkan hati adik-adiknya ini gara-gara pemuda itu tidak bisa bergabung di liburan mereka kali ini.

Adel meringis, "Sori sori, teteh lupa pisan."

Senja yang kini menatap langit-langit atap dengan sendu, semakin merengut dibuatnya. Ia lalu menghirup udara banyak-banyak dengan hidungnya,

"HIHHH BANG RAGA NGESELIN BANGET! AWAS AJA NANTI PULANG GUE GAK MAU NEGUR DIA! PENGEN GUE JOROKIN KE KOLAM IKAN POKOKNYA! AWAS AJA!"

"Shuttt dah malem! Main teriak-teriak aja." Seru Rania dari balik pintu yang ia buka sedikit, lalu ada sosok Reyhan juga Bima yang ikut mengintip dibelakangnya.

Rania membuka lebar pintu dengan dirinya yang melangkah masuk ke dalam kamar, diikuti Sonya sama Salsa yang nenteng-nenteng guling masing-masing.

"Kita nginep disini ya, kamar sebelah dipake mereka." Kata Rania menunjuk dua laki-laki di daun pintu.

TENTANG KITA || 01L 02L ft 97L [SQ Anak Gang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang