36. Nguping?

338 64 3
                                    

"Bang, teteh mana?"

"Hng?" Raga nyuap satu sendok penuh nasi padang kemulutnya, lalu menoleh ke arah Salsa yang sepertinya baru pulang nongkrong.

"Teh Rania mana? Dah pulang belum?"

"Udah makan belum? Mau makan gak? Nih masih ada setengah lagi, bisi mau." Tanpa menjawab, Raga menawarkan nasi bungkus miliknya, lalu mengangkat satu sendok ke depan wajah Salsa.

Salsa yang merasa perutnya juga tengah keroncongan kini mengambil duduk diseberang Raga, membuka mulut lebar-lebar saat abangnya itu menyuapinya.

"Pake ayam apa rendang?"

"Rendang..."

Raga menyubit potongan daging di piringnya dengan tangan, lalu menyuapi adiknya yang kini membuka mulutnya lagi lebar-lebar.

"Udah abisin aja, kenyang gue." Ucap Raga meneguk minumnya, lalu mendorong piringnya ke arah Salsa, tapi malah di dorong balik sama gadis itu membuat Raga mengerutkan keningnya bingung,

"Suapin dong, mager hehehe..." pinta Salsa lalu terkekeh melihat Raga yang menghela nafas pasrah.

"Aaaa..." Suap Raga lagi pada akhirnya.

"Lo darimana atau mau kemana ini teh? Meni rapih dek?" Tanya Raga melihat dandanan apik adiknya masih tertata rapih diwajahnya.

Dengan mulut penuh Salsa menjawab, "Baru pulang sama Sonya tadi, habis maen."

"Berdua doang tumben? Cella Senja gak ikut?"

Salsa ngangguk, lalu ngegeleng lagi, "Tadi perginya berempat, tapi mencar, gue sama Sonya nongkrong. Cella Senja tetiba berubah haluan, mau meetup sama teman sekolahnya di Jakarta kemaren cenah."

"Apa rasanya sekolah di luar kota ya bang?" Lanjut Salsa dengan tatapan menerawang ke langit-langit atap.

Raga tiba-tiba mendecak, "Jangan ngerencanain sekolah, ataupun tinggal yang jauh dari rumah ya dek. Cella Senja itu terakhir, jangan sampai kejadian mbak Shua keulang lagi."

Salsa tiba-tiba terhenyak, menatap abangnya yang berubah murung. Mungkin teringat kejadian kecelakaan mbak Shua dulu, yang memang sekolahnya gak di Bandung, tapi di Jakarta. Jadi setiap sabtu minggu dipastikan mbak Shua bolak-balik Bandung Jakarta.

Kejadian kecelakan kakak tertua mereka pun pada saat itu terjadi di hari sabtu pagi, dimana Shua baru mau pulang ke Bandung dengan maksud melepas rindu dengan keluarga juga anak-anak Gang.

Naas, bahkan saat mobil masih baru melaju di tol, malah kecelakan, dan berakhir Shua meninggal di tempat, gara-gara pendarahan di otak.

"Udah-udah jangan dipikirin lagi." Ucap Raga tiba-tiba melihat adiknya malah melamun dengan wajah sendu.

Salsa reflek mendecak, "Abang yang ngingatin padahal!" Serunya kesal, membuat Raga terkekeh.

"Iya maap... Dek, Mamah gak pulang cenah, nginep di rumah om Jihoon. Baju jaitan lo sama Mamah ada di kamar katanya, udah beres, besok tinggal lo bayar ke tukang jaitnya." Ucap Raga mengingat pesan Mamahnya sebelum pergi tadi maghrib.

Salsa meraih gelas abangnya, meneguk sedikit, "Loh, iya? Papah gimana? Tidur sendiri dong?"

"Udah minggat dia ke rumah sebelah."

"Sebelah mana? Kanan apa kiri?"

"Kanan. Ujung depan, nginap sama om Bam dia. Ibun yang ngungsi di rumah tante Jiho."

Salsa terkekeh, "Lah, jadi terusir kan Ibunnya. Papah mah, suka nyusahin orang emang. Sama kek abang!"

Raga yang baru aja bersiap mau menyuapi adik bungsunya lagi, kini melototi adiknya yang terbahak didepannya.

TENTANG KITA || 01L 02L ft 97L [SQ Anak Gang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang