13. Sakit

587 75 1
                                    

"Ini seriusan parkirnya disini? Jangan nipu anjir!"

Fajar turun dari boncengan Reyhan, mengamati lingkungan calon kampusnya, tempat yang akan ia jadikan penumpu hidupnya dalam beberapa bulan lagi.

"Ntar kalau gue salah parkir gimana? Kalau ada kating yang ngesok'in gue tiba-tiba nyimpen motor tanpa permisi gimana?"

Reyhan nyerocos lagi masih panik ini ia di bawa sama Raga nyimpan motor yang ada papan triplek dengan tulisan 'Khusus Senior'.

Ya Reyhan mah aslinya bukan tipe orang yang gampang takut, atau gak bisa bersosilisasi. Tapi tetap aja disini statusnya Reyhan masih calon maba, ini aja baru pertama dia datang ke kampus abang tetehnya, ya kali tanpa permisi udah ngambil parkir di tempat pw aja kan?

Rania yang ikut di belakang boncengan Raga mendecak, "Ya ini kan elo udah dikasi jalur khusus sama jegernya langsung. Takut apa lagi anjir? Udah sih kalem, banyak anak buahnya Raga sama Bima disini. Gak ada yang berani macam-macam."

Raga terkekeh mengangguk setuju, "Muka-muka lo berempat bareng Farel Galang udah gue share di grup anak circlrle'an gue, udah pada ngetag lo pada adeknya Bima. Tenang aja."

Giliran Fajar yang mendecak, "Gak usah nyebar-nyebar gue adek-adek lo pada dah. Gak gila hormat gue!"

"HIHH!" Rania nyentil kening Fajar gemas, "Siapa bilang gue nyuruh anak-anak hormat ke elo sih Jar! Gue cuma bilang lo aman disini, gak akan ada yang ngusik. Ah bodolah males teteh ngomong sama lo!"

Fajar mendengus ngusap-ngusapin keningnya yang pedas, "Iyaiya bawel!"

Rania melotot, baru aja dia mau turun dari motor, keburu ditahan lututnya sama Raga, "Cicing teh! Bacot sia mah sumpah!"

"Ya itu Fajar-nya ngeselin, emosi gue lama-lama!"

"Tapi seriusan, jangan nyebar-nyebar gue adekan lo pada lah bang, teh. Gapapa kita-kita bisa jalan sendiri, santai aja." tutur Reyhan sambil natap kaca spion merapihkan rambutnya.

Rania mendengus, "Serah lo berdua."

Raga ngangguk-ngangguk aja. Sebenarnya dia sama Rania juga udah diskusi tadi malam, bakal ngeshare di grup angkatan kalau adek-adeknya mau masuk sini, atau gak usah.

Tapi Bima yang minta biar di share aja, dia malah lebih takut adek-adeknya yang perempuan yang nanti jadi korban, lalu diperbudak sama mahasiswa senior, mengingat kampus tempat mereka sekarang masih menjunjung tinggi dengan yang namanya hormat senioritas.

Bukannya mau panjat sosial, tapi mereka lebih mencegah kemungkinan-kemungkinan yang enggak-enggak dikemudian hari nanti. Seenggaknya kalau orang tau ini adik-adiknya masih satu circle sama empat serangkai pentolan kampus, kan lumayan orang-orang pasti bakal segan kalau mau seenaknya juga.

"Yaudah gampang lah, di circle gue pokoknya udah ngetag. Gue usahain gak nyebar sekampuseun, yang penting ini lo nyimpan motor disini aman. Tar kalau bawa mobil, urusannya sama Adel yang ngatur." kata Raga pada akhirnya.

"Yaudah sih ah bacot amat berdua! Ayo bang buruan, gue keburu telat ini!" seru Rania heboh nyubit pinggang Raga yang berseru mengaduh.

"Iya anjir sakit! Yaudah dah gue nganter sampe sini doang. Fakultasnya cari sendiri, baca peta di mading noh. Ada apa-apa kabarin aja, gue cabut." pamit Raga menstater motornya kembali.

"Dadaah adek-adeknya teteh!" Rania melambaikan tangannya seiring dengan motor Raga yang keluar dari lingkungan kampus.

"Ke Kedokteran dulu apa Interior dulu?"

TENTANG KITA || 01L 02L ft 97L [SQ Anak Gang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang