23

5.2K 432 38
                                    

🐊

Gracio terbangun dari tidurnya saat mendengar isakan dari seseorang. Jujur matanya masih terlalu berat untuk dibuka sepenuhnya, jam ditangannya bahkan menunjukkan pukul 5, dia baru saja tertidur jam 2

Gracio melangkah saat mendapati Anya tengah menangis dengan memeluk kedua lututnya diatas ranjang. Usapan lembut Gracio berikan dikepala Anya

"Nya, ada gue. Lo gak usah sedih karena ngerasa sendiri, gue disini Nya"

Lirihnya masih mengelus kepala Anya. Tangisan Anya semakin terdengar menyayat hatinya. Bagaimana bisa Tuhan memberikan cobaan yang berat pada Gadis baik seperti Anya.

"Aku benci anak ini, aku gamau dia ada di dunia Gre"

Anya akhirnya mengangkat kepalanya menatap Gracio dengan tatapan yang sangat memprihatinkan, air matanya masih terus keluar

"Jangan Nya, please jangan. Dia gak salah, jangan pernah ngomong kaya gitu Nya, dia gak tau apa-apa"

Gracio duduk di tepi ranjang memegang kedua bahu Anya yang masih terus terisak itu

Anya kembali menunduk menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya. Bagaimana bisa dia menerima anak yang ada didalam kandungannya saat ini jika Anya saja sangat membenci dirinya sendiri. Dia tidak pernah menyangka jika ini semua akan terjadi pada dirinya. Dari semua cobaan kenapa harus masalah ini yang dia hadapi.

"Aku salah apa Gre? Kenapa Tuhan bisa ngehukum aku sampe segininya?"

Gracio menatap iba pada Anya, ah perkataannya benar kenapa Tuhan bisa setega itu memberi cobaan pada Anya? Anya adalah anak yang baik, tidak pernah terkena masalah bahkan gadis ini selalu membawa makanan kucing untuk diberikan pada kucing yang selalu berkeliaran di halaman sekolah

Gracio dengan sabar terus menenangkan Anya untuk tidak menangis terus, hingga setengah jam kemudian Anyapun kembali tertidur.

🐊

Sudah tiga hari Gracio bolak-balik ke Rumah Sakit untuk melihat perkembangan kesembuhan Anya, sehari setelah kejadian itu dokter menyarankan untuk Anya ditangani oleh ahli psikiater dan diharuskan untuk tetap di Rumah sakit seminggu kedepan. Takut jika Anya melakukan hal nekat kembali jika tidak ada yang mengawasinya.

Terhitung sudah 3 hari Gracio juga tidak pernah menyerah untuk menemui Shani dengan mengunjungi rumah mertuanya, meski penolakan yang selalu ia terima. Shani masih enggan untuk bertemu dengan Gracio.

Tapi si pemilik mata almond itu tidak pernah menolak untuk menerima makanan atau minuman yang dibelikan oleh suaminya itu. Selalu ia habiskan tanpa menyisakan sedikitpun.

"Bi, Shani nya dimana?"

Gracio mengedarkan pandangannya setelah berjalan mengikuti langkah Bi Inah dibelakang

"Non Shani diatas kayaknya Den, gak keluar-keluar kamar setelah sarapan tadi"

Bi Inah yang sedang menuangkan manisan buah itu menoleh kearah Gracio yang saat ini sedang duduk menopang dagunya di meja makan

"Sini biar aku aja yang ngasih Bi" Gracio mengambil alih nampan yang sedang di pegang Bi Inah

Bi Inah pun mengangguk dan membiarkan Gracio mengantarkan manisan itu ke kamar Shani. Gracio mengambil nafas panjang setelah dia berada tepat di depan pintu kamar Shani. Dia akan mencoba peruntungannya hari ini, cukup 3 hari dia selalu mendapat penolakkan dari Shani

Gracio tidak ingin masalahnya menjadi semakin runyam jika terus seperti ini, kesalah pahaman Shani harus segera ia luruskan hari ini juga, semoga.

Off My Face | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang