*ghelzie POV*
Udara berhembus terasa begitu kuat sampai-sampai tubuhku yang terbalut jaket hitamku rasanya tak berguna. Tapi tubuh pria ini, pria yang berada dihadapanku, mampu mengubah udara dingin ini menjadi hangat. Mataku masih memandang lurus kearah bola mata hazelnya. Dia menatapku, dia melihatku. Tapi bukan itu yang kurasakan, tatapannya kosong. Wajahnya yang pucat terlihat sangat dingin, ingin rasanya aku meletakkan kedua telapak tanganku di kedua pipinya, agar dia merasa hangat. Bibirnya pucat sama halnya seperti kulitnya. Sebentar? Bukankah aku juga seperti dia?
Aku tersadar, tapi aku tak mau melepaskan rangkulan tanganku pada lehernya. Kubiarkan waktu berjalan begitu saja. Dia mengedipkan matanya beberapa kali, matanya mulai menjalar kearah lain diwajahku. Setelah itu dia langsung melepaskan tanganku darinya dengan lembut.
Aku menurutinya, dia diam dan melangkah meninggalkanku. Dia tak mengucapkan sepatah katapun. Seperti tak terjadi apapun. Sama hal nya sepertiku, aku masih berdiri tegak dan melihat langkah demi langkahnya yang mulai menghilang dikeramaian para siswa.
*author POV*
Ghelzie tak bergerak sedikitpun dari tempatnya tadi bersama pria itu. Dia mematung dengan degupan jantungnya yang terdengar bersuara sampai dia saja bisa mendengarnya.
“ghelzie?” ucap sebuah suara sambil menepuk pelan bahunya.
Wanita itu menoleh dengan ekspresi bingungnya. Dia melihat adiknya sudah berdiri dihadapannya. Ghelzie mengerjapkan matanya beberapa kali. Grayson menatap bingung kearahnya.
“kenapa? Disini kau tak boleh berimajinasi, ini sekolah saatnya kita serius sambil bermain” ucap grayson dan menarik tangan kakaknya.
“aku melihatnya…pangeran berkuda putih itu ada disini” ucap ghelzie mengimbangi langkah grayson yang terlalu cepat baginya.
Grayson hanya tersenyum menanggapinya dan menggenggam tangan ghelzie semakin erat agar langkahnya cepat.
Selama dijalan menuju kelasnya banyak para murid yang sedang berkumpul atau berdiri didepan lokernya menatap heran kearah ghelzie. Mereka berbisik ntah apa yang membuat ghelzie merasa risih.
“gray…mereka kenapa? Apa sekolah seperti ini?” bisik ghelzie menahan langkah gray yang terlalu cepat
“mereka siapa? Disini banyak orang ghelzie. Mungkin mereka mengira kau glemarie. Kau taukan glemarie anak popular disini. Ya pasti mereka terkejut melihat glemarie jadi dua haha” canda grayson.
Ghelzie mengangguk mengerti. Saat dia berhadapan dengan glemarie, mereka pasti langsung tau membedakannya. Cukup melihat kulit saja. Ghelziekan pucat sedangkan glemarie berkulit kuninglangsat yang menjadi warna favorite disana.
Sesampainya dikelas, pelajaran hampir dimulai, grayson meletakkan tas ghelzie pada mejanya lalu pergi menuju kelasnya. Ghelzie melihat glemarie disana, tapi wanita itu tak memperdulikan kembarannya, melainkan dia sibuk dengan cermin serta sisirnya. Orang-orang dikelas mulai berkenalan dengan ghelzie. Wanita itu terlihat kewalahan melayaninya, rasanya ini terlalu banyak.
***
“hey, kau tidak ke kantin?” ucap seorang wanita menghampiri ghelzie. dia hanya menggeleng dengan senyum manisnya. Dia melirik glemarie yang berada tak jauh darinya.
Ghelzie melangkah menuju dimana kursi glemarie, cukup sulit bagi ghelzie menjangkaunya, tapi ketika dia sampai dihadapan glemarie, dengan santainya wanita itu pergi tak memperdulikan ghelzie yang menghampirinya.
Ghelzie mematung ditempatnya, ingin rasanya dia menangis mendapat perlakuan seperti ini dari saudara kembarnya sendiri. Dia meremas jarinya dan tersenyum bodoh pada orang yang melihat kejadian itu. Tentu dia malu, kesal, tapi apalagi yang bisa dilakukannya. Ini lebih baik dari pada melihat glemarie membentaknya didepan orang sebanyak ini.