Pedih saat ini tak ada artinya dibandingkan sukacita yang kita nikmati nanti
*Ghelzie POV*
Sinar matahari pagi begitu terasa menyilaukan wajahku yang masih terlelap dalam tidur nyenyakku. Secara perlahan aku menggeliatkan tubuhku lalu membuka mataku secara perlahan pula. Kulihat seorang pria masih terlelap dalam tidurnya. Damai dan nyaman sekali rasanya membuatku ingin sekali ikut masuk kedalam mimpinya. Tanpa sadar bibirku tersenyum memandanginya, kugerakkan tanganku untuk mengelus pipinya. Kelopak matanya terlihat bergerak-gerak. Apa ada sesuatu yang mengganggu tidurnya? Semakin lama seluruh pernak-pernik diwajahnya mulai bergerak tak beraturan bahkan desahannya mulai terdengar. Aku mengernyitkan alisku dan mencoba menyadarkannya dengan menggoyangkan wajahnya.
“justin” ucapku
“sakit…” desahnya dan menjauhkan tangannya dari tubuhku lalu memegangi kepalanya
“kepalamu sakit lagi?” ucapku mulai panic. Semakin panic ketika melihat justin tak membuka sedikitpun matanya dan tak menjawab pertanyaanku.
“Aaacch!! Sakit!!!” teriak justin dan kedua tangannya memegangi kepalanya seperti ingin melepaskannya dari tubuhnya.
Tubuhku secara reflex bangkit dari tidur dan duduk disamping justin. Kupegang kepalanya dengan kedua tanganku berharap justin membuka matanya dan mungkin akan merasa sedikit baikan.
“justiin?” ucapku dengan suara mulai bergetar, aku panic. Takut. Aku tak bisa melihatnya seperti ini.
“sakit…aaach sakitt” teriak justin semakin kuat membuatku tak tau lagi apa yang harus kulakukan selain memanggil dokter atau apapun yang bisa menolong justin. Kulihat sebuah tombol disamping tempat tidur ini. jika aku menekannya maka seseorang akan muncul menolong justin.
*author pov*
Ghelzie terlihat sangat panic. Segera dia menurunkan kakinya berharap dia segera meraih tombol tersebut. Tapi ketika dia hendak melangkahkan kakinya yang terjadi dia justru terjatuh dilantai. Gadis itu terdiam ditempatnya. Matanya membulat dengan wajahnya yang mengukir seribu pertanyaan.
“kakiku? Ini kenapa? A-aku kenapa?” ucap gadis itu mulai bergetar dengan tampang shocknya.
Tenaga gadis itu kembali hilang. Dia terus bertanya-tanya kenapa tenaganya masih belum pulih, bukankah dia sudah istirahat semalaman ini. nafasnya mulai tak beraturan, dia mencoba kembali berdiri tapi yang terjadi ketika dia melangkahkan kakinya dia kembali terjatuh.
“sakiiit” teriak justin lagi
Ghelzie frustasi sekarang. Dia tak bisa bergerak dan dia harus mendengar jeritan sakit dari justin. Perfect dia benar-benar menjadi gila, matanya mulai mengeluarkan butiran-butiran airmata. Menjadi berubah seperti orang terbodoh dan tak berguna. Berjalan saja sudah tak sanggup. Mendengar jeritan sakit justin menciptakan goresan tersendiri dihatinya membuatnya merasakan perih yang luar biasa.
“kenapa harus sekarang hah?! Kenapa aku tak mendapatkan tenagaku kembali?! Ini tak ADIL!!!” desis ghelzie dan kembali berusaha berdiri walaupun dia harus kembali jatuh membuat kulit serta jari-jarinya tergores bahkan terjadi luka-luka ringan. Rasa sakit yang ditimbulkan seperti tak dirasakannya lagi, yang dia tau hanya justin. Sampai akhirnya dia menyerah dan hanya bisa menangisi kegagalannya.
“tolooong! Ku mohoon tolong aku” teriak ghelzie dengan sekuat tenaganya dan menyeret tubuhnya menuju pintu.
“TOLOOONG!!! Tolong aku” ucap ghelzie lagi dan seluruh tubuhnya tergeletak tak berdaya dilantai, dia tak sanggup lagi :’(